Tony menyukai Thor. Saat pertama melihatnya, Tony bahkan langsung berfantasi betapa fantastisnya jika menghabiskan malam panas bersama pria tinggi itu. Tony menginginkan Thor, segalanya mengenai Thor. Entah menjadi penghangat ranjangnya ketika dingin malam menusuk tulang, atau sekedar menjadi teman bicara ketika akhir minggu melepas penat. Tony ingin bebas menyentuh otot-otot Thor yang menyembul setiap inci tubuhnya, Tony ingin menggigit bibir merah Thor, sebelum akhirnya bertarung kasar dengan lidahnya. Tony ingin segalanya. Dan ketika Tony menginginkan sesuatu, ia akan mendapatkannya. Selalu, apapun itu.
Namun untuk mendapatkan Thor, Tony cukup sadar diri. Ia hanya manusia dengan armor besinya. Well, Tony memang jenius, miliarder, playboy, dan dermawan. Tapi tentu semua itu tak ada artinya dihadapan Dewa Petir pelindung Asgard.
Dan tak ada yang tak tahu bahwa Thor menyukai Loki, adik angkatnya. Pria jangkung berkulit pucat dan.. tampan. Well, tentu semua itu hanya prasangka Tony. Pria itu selalu berprasangka. Bahkan pada anjing yang sibuk mengorek kotak sampah dihalaman rumahnya.
Tony benci ketika Thor dengan bangga membicarakan adiknya. Dan sayangnya, Thor selalu membicarakan Loki-dimanapun,kapanpun.
Ketika persiapan sebelum misi, ketika menjalani misi, ketika evaluasi misi, seluruhnya Thor adalah Loki. bahkan ketika mereka menjemur pakaian, menonton film, atau sekedar menggoreng telur mata sapi.
Loki selalu begini, Loki selalu begitu, Loki akan seperti ini, Loki bercita-cita ini, bahkan Thor dengan terbahak sendiri mengisahkan Loki yang hingga kini selalu bermasalah dengan kecoak terbang. Well, Tony baru tahu bahwa di Asgard makhluk itu juga berkembang biak.
Thor sangat bahagia ketika mulutnya berbusa mengudarakan nama Loki.
Maka Tony lenyap ketika Loki mengunjungi Avengers Tower minggu lalu. Ia dapat melihat sinar mata Thor menjadi cerah ketika mendapat berita itu. Saudaranya, oh! atau mungkin kekasihnya akan mengunjungi Thor dan teman teman pahlawannya. Tak ada yang lebih mengherankan, ketika Sang Dewa Petir menghias sendiri Avengers Tower dengan balon bertulis "Welcome Brother!". Pita warna-warni menominasi dinding, dan Thor memasak hampir seluruh bahan makanan yang tersedia.
Tony muak, wajah tampan Steve Rogers bahkan hampir dihancurkannya. Tony ingin merubuhkan Avengers Tower saat itu agar Loki tak perlu berkunjung, atau bahkan merusak Bifrost agar Loki terkurung selamanya di Asgard. Namun, Tony menyayangi Thor. Ia tak akan melakukan itu. Bagi Tony, bahagianya Thor juga bahagia Tony-Bullshit!-.
Dua hari menjelang kedatangan tamu istimewa dari Asgard, Thor tak henti-hentinya mengoceh. Ia sibuk melepas balon, yang kemudian akan dipajangnya kembali dua menit kemudian, atau mengubah letak sofa diruang tengah dan kemudian dikembalikannya tak berubah. Thor sangat bahagia, hatinya membuncah ke udara sehingga ia bahkan tak tahu bagaimana sia-sia pekerjaannya.
Tony menatap miris. Dirinya tak punya harapan. Rasanya kalah bahkan sebelum bertanding. Well, jika Tony tak dapat mengusir bayangan Loki di kepala Thor, maka Tony yang akan mundur. Pilihannya mantap. Dan detik itu, Tony Stark menghilang. Lenyap bak ditelan semesta.
Tak ada yang menyadari hilangnya Tony. Sebelum saat Loki berkunjung, pria itu bergumam.
"Dimana pria besi kalian?"
Steve terbatuk. Clint dan Nat saling pandang. Sebelum semuanya kompak menggeleng kukuh.
"Tidak ada yang tahu," sela Thor.
Banner dan tekhnologi-nya tak dapat menemukan Tony, Nat dengan insting mata-matanya juga tak berhasil mendengar nafas Tony, bahkan S.H.I.E.L.D. dengan koneksi-nya tak juga dapat mencium kehadiran Tony.
Well, mereka belum berhasil. Walaupun, gurauan Clint tentang 'Tony manusia hebat, tak akan ada yang berani macam-macam.' ada benarnya, namun mereka tentu tak dapat menyembunyikan khawatir pada pria besi itu. Tony Stark lenyap. Tak diketahui rimba-nya. Sebelum matahari terbenam hari ini, Tony kini tercantum dalam daftar pencarian orang.