Kadang, berlatih sakit hati itu perlu. Tujuannya untuk apa?, adalah untuk belajar agar terbiasa, karena seseorang yang terbiasa terluka akan lebih mahir mengobati lukanya sendiri daripada orang yang sama sekali belum pernah merasakan pedihnya terluka itu seperti apa.
Saat ini aku sedang duduk di teras kosan dengan secangkir kopi panas yang baru saja aku buat dari dapur. Di teras, telah nampak dua sosok wanita yang tengah sibuk dengan gadget mereka masing-masing. Siapa lagi kalau bukan Austine dan Do'I . Entah apa yang sedang mereka lakukan, bodo amat buatku, dan aku lebih memilih untuk menikmarti kebulan asap kopi hitam yang menguar di pori-pori kulit wajahku.
Barang kali baru tiga empat aku menegak sruputan kopi, aku melihat sesosok orang berjalan mendekati arah kami bertiga. Dari siluet postur tubuhnya di lampu jalan yang meremang, aku menduga jika yang datang ke arah kami bertiga adalah seorang laki-laki.
"Ehhh Tine, kamu lihat nggak, ada orang yang kayaknya datang ke arah sini?" tanyaku pada Austine. Austine lalu menyipitkan pandangannya. Diikuti oleh Do'I yang membenarkan kacamatanya mencoba fokus terhadap apa yang mereka tangkap sosok di depan gerbang kosan yang berjalan mendekati arah kami bertiga.
"Kayaknya gue kenal dehhh..." timpal Austine.
"Iya gue juga...." tambah Do'I ikut-ikut.
"Iya, kalau dari postur tubuhnya aku juga nggak asing, tapi siapa, ya?" tanyaku masih mencerna.
"Orang mungkin..." celetuk Do'I tanpa perasaan bersalah
"Dari tadi gue sama Lingga juga ngerti kalau itu orang Dodolll. Kakinya aja nyentuh tanah .... Ishh gue capek ngomong sama elu Dol" gerutu Austine sebal.
"Yeee, gue cuma jawab pertanyaan Lingga keluess, elunya aja yang nyolot"
Dan terjadilah sebuah peperangan kecil diantara keduanya.
"Udah, ihhh tunggu bentar pasti habis ini kelihatan dia siapa" finalku yang disepakati oleh mereka berdua. Tak mau ambil pusing, aku malah memilih melanjutkan aktivitasku meminum kopi, sedang mereka berdua masih terlibat percek-cokan kecil.
Aku tersedak, tidak percaya dengan apa yang terjadi. Subhanallah, tasbihku dalam hati. Melihat siapa yang berdiri di depanku saat ini, aku lantas berdiri dan menaruh kopiku di atas meja.
"Pak Ridwaaaannnnn, Subhanallahhh, ganteng banget...." tasbih Austine lebih nyata dari tasbihku yang hanya dalam hati. Kulihat Do'I hanya terbengong dan entah lah apa yang telah merasukinya, aku tak tau dan tak mengerti.
"Nama saya Agustina Pak, panggil saja saya Austine" ucap Austine menyodorkan tangan memperkenalkan diri dengan suara yang dilembut-lembutkan.
"Emmm, saya Do'I Pak...." Ganti Do'I yang tidak mau kalah mengambil alih tangan Pak Ridwan.
Sikapku saat ini hanya menyaksikan apa yang dilakukan oleh Austine dan Do'I, sambil menerka-nerka untuk apa Pak Ridwan datang kemari.
"Kalian sudah kenal nama saya kan," ucap Pak Ridwan ramah kepada Austine dan Do'i. bukannya suudzon atau apa ya, keramahan yang sangat langka dari Pak Ridwan ini pasti memiliki tipu daya dan aku merasa pasti ada udang di balik trasi.
"Iya... nama Bapak, Pak Ridwan kan?" jawab Do'I dan Austine bareng.
"Lohh, tau dari mana kalian?" tanya Pak Ridwan kembali. Dalam hati aku menggerutu, "Ya Allah Pak, di sini yang pernah jadi bulanan-bulanan kekejaman Pak Ridwan kan hanya saya sorang, dua tahun di SAKA Wirakartika yang nggak ngebetahin kan karena ada Bapak, sok lupa lagi"
KAMU SEDANG MEMBACA
BANTALA NUSANTARA (KISAH TNI & SINDHEN)
De TodoKisah antara anggota TNI AD dengan Sinden muda. "Mengapa Bapak memilih saya, saya tidak bisa menyembuhkan Bapak jika Bapak tugas dan terluka nantinya. Mengapa tidak memilih dokter, perawat atau sejenisnya, yang bisa menjaga sekaligus merawat Bapak d...