07. The Search

3 0 0
                                    

Seluruh ibu kota sudah diobrak abrik. Semua anak buah dibawah perintah Taeyong, Taeil bahkan Johnny turun tangan dalam upaya pencarian Jiyong. Setiap sudut dibongkar, setiap titik ditelusuri tapi tak ada tanda-tanda keberadaan Jiyong.

"Gimana?" Taeyong tak basa-basi begitu memasuki kantornya yang disulap menjadi pusat komando.

"Aku meretas semua database pemerintah tentang Kim. Gak ada properti mereka yang belum kita geledah ataupun kendaraan yang gak kita sita." Jelas Doyoung.

"Ada lagi?" Suara Jaehyun terdengar serak akibat kurang tidur dan kelebihan kafein.

"Aku udah kontak semua kenalanku di luar untuk cek semua properti bawah tangan dan bisnis gelap Kim. Nihil." Ujar Johnny. "Semua petunjuk Intel aku di pemerintahan juga sia-sia."

Kali ini sang bos Makau buka suara, "Anak buahku tersebar di semua pelabuhan bisnis Kim. Kalau ada kiriman mereka akan menyergapnya."

Jaehyun mengacak rambut frustasi.

Sudah berhari-hari berlalu dan terlepas dari ratusan orang yang mencarinya, keberadaan Jiyong masih misteri. Gadis itu hilang seperti kabut setelah hujan.

Jeno setengah membanting pintu ruangan Taeyong, pusat komando pencarian Jiyong.

"Bos, Anda harus lihat ini."

Mengacuhkan tatapan para petinggi mafia, dia memutarkan video yang baru ia dapatkan.

Cuplikan dari rekaman hitam putih berputar. Perlu beberapa detik hingga mereka sadar kalau itu adalah video foto Ji yang tengah disiksa. Darah menetes di badannya, tubuhnya basah, dan bibirnya biru.

Mata mereka membulat sempurna.

"Halo.." foto tergantikan wajah Jungwoo yang bertelanjang dada. Kali ini bukan gambar hitam putih tapi gambar jernih yang dihasilkan kamera yang dia pegang. "Aku yakin kalian tengah mencari keberadaanku tapi sampai rekaman ini sampai, kalian pasti tak menemukan kami kan. Ini hadiah dariku untuk memotivasi kalian." Mengacak rambutnya, menebar senyuman manis penuh racun. "Oh iya, kalian seharusnya bangga. Gadis ini tak berteriak bahkan setelah kami perlakuan istimewa. Dan itu membuatku berpikir, mungkin penyiksaan gaya lama terlalu mudah baginya. Lagipula dia putri mafia, air, listrik, dan pisau memang terlalu payah kan."

Video berganti seperti tayangan CCTV. Dua figur tengah duduk di kasur. Sang wanita menjauhkan dirinya sementara si pria berusaha menyentuhnya.

"Brengsek!" Desis Taeyong, menggebrak meja.

Tak butuh jenius untuk tahu siapa figur dalam video tadi.

Adegan selanjutnya darah mereka mendidih. Jelas sekali Jiyong berusaha keras menyingkirkan ciuman Jungwoo. Dalam kilatan detik, dia menanggalkan pakaian Jiyong.

Semua melirik Jaehyun khawatir.

Seolah tak cukup memilukan, video terbagi menjadi dua layar. Satu fokus pada ekspresi Jiyong dan satunya mengambil keseluruhan gambar mereka.

Bahkan tanpa suara jeritan, rontaan Jiyong cukup untuk membuat mereka membuang muka. Sebagai bentuk sopan santun dan empati.

Jaehyun mengambil tongkat golf milik Taeyong dan menghantam layar didepannya sekuat tenaga. Berkali-kali hingga layar berubah hitam dan kacanya bertebaran dimana-mana.

"Aku akan membunuh bedebah itu!" Jaehyun membanting tongkat dan keluar dari ruangan Taeyong.

"Jeno, berikan rekaman itu. Aku akan menyuruh anak buahku mencari asal videonya." Sang Mafia Chicago membuka suara. Dia memahami kekalutan Jaehyun saat ini. Seseorang harus memimpin karena Jaehyun dan Taeyong tak dalam keadaan baik. Bertukar pandang dengan penguasa Macau, dia mengangguk.

WICKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang