Jungwoo mengelus pipi Jiyong, refleks membuat dia memalingkan wajah. "Aku gak pernah tinggal lama dengan wanita. Karena mereka membosankan. Tapi kamu.. kamu melewati siksaan kami tapi ketakutan karena sentuhanku."
Pria itu menyiksa sebagai penghidupan, dia tak yakin sejak kapan melihat penderitaan orang lain menjadi bagian kesukaannya. Tapi tentu saja tak ada yang lebih memuaskan daripada saat berhasil mematahkan semangat dari korbannya. Seperti Jiyong saat ini.
Gadis itu memalingkan wajah sambil menutup mata. Tubuh pucatnya gemetar ketakutan.
Ketukan di pintu membuat Jungwoo menarik selimut hingga atas dada Ji, "Masuk."
Lucas dan Mark masuk diikuti pria dengan jas putih. Wajahnya bosan tapi juga jengkel. "Tsk, aku kesini untuk periksa pasien."
Jungwoo menggerlingkan mata dan mengangguk pada Lucas. Pria muda itu membuka borgol di lengan Jiyong.
Gong Myung menggeleng. Berurusan dengan mafia Kim bertahun-tahun cukup membuatnya familiar dengan luka tembakan, operasi darurat, dan beberapa prosedur ilegal yang tak seharusnya dia lakukan.
Tapi ini..
Menggeleng, dia duduk di kasur untuk memeriksa tangan penuh darah.
Dengan satu gerakan cepat, Jiyong menarik stetoskop Gong Myung dan menjerat leher sang dokter erat.
Ketiga petinggi Kim itu terkejut.
"Lady!" Bentak Lucas.
"Let go of him!" Perintah Mark, panik karena dokter kepercayaan keluarga mereka dijadikan sandera.
Hanya Jungwoo yang telah kembali tenang. Senyuman di wajahnya ditujukan untuk keberanian Jiyong. Gadis itu terus mengejutkan dirinya.
"Bunuh aja. Aku penasaran sejauh apa kamu berani bertindak."
"Bang!" Kedua temannya kaget.
"Lepaskan aku sekarang dan Kak Taeyong mungkin mengampuni kalian."
Berdecak, Jungwoo menyilangkan tangan di dada. Wajahnya tak menunjukkan kekhawatiran sama sekali.
"Ayo, bunuh dia. Kamu mungkin bisa bertahan dari siksaan tapi kamu gak bisa menumpahkan darah, Nona Lee."
Mark dan Lucas mengangguk setuju. Lega karena Jungwoo tak cukup gila untuk kehilangan rasionalitas. Ketiganya menatap Jiyong yang masih mencekik Gong Myung dengan stetoskopnya.
Bohong kalau Jiyong bilang dia siap membunuh dokter ini. Bohong kalau dia siap untuk menghadapi ketiganya dengan keadaan seperti ini.
Setengah membanting stetoskop itu, Jiyong bersandar dan menahan selimut untuk menutupi tubuhnya.
"Good girl." Gumam Jungwoo.
***
Jaehyun gak tidur, nafas saja rasanya sulit. Jiyong masih belum ditemukan. Gak ada petunjuk dari CCTV apartemen ataupun kamera lalu lintas. Semua anak buah mereka menyebar di stasiun, bandara bahkan pelabuhan. Orang-orang Taeil di dunia perdagangan manusia dan organ tak mendengar kabar apapun. Bahkan Johnny yang menguasai pasar narkotik dan prostitusi Amerika juga tak mendapat laporan tentang gadis Korea yang mendekati ciri-ciri Jiyong.
Keempatnya duduk dalam diam menunggu Doyoung menyelesaikan panggilan dengan jaringan internasional yang dia punya.
"Gak ada." Lelaki berkacamata itu mematikan ponselnya. "Gak ada seorangpun yang tahu keberadaan Ji."
"Kalau pasar gelap atau pihak berwenang gak tahu keberadaan Jiyong, terus dia dimana!"
Johnny memijat pelipisnya, dia baru sampai dari Chicago. Dia masih jetlag dan kelakuan monyet cinta gak membantunya sama sekali. "Listen, Jeffrey. Kalau jaringan internasional gak menemukan keberadaan Jiyong, artinya anak itu masih ada di Korea. Kalau semua anak buah kalian tersebar dia gak ada artinya penculik punya tempat dia sekitar Seoul. Jadi fokuskan tenaga kamu ke musuh terdekat kalian."
"Mafia Kim." Gumaman Taeyong cukup nyaring terdengar satu ruangan.
"Suho gak bodoh. Dia punya anak dan istri. Dia gak bakal melakukan hal begini." Taeil akhirnya buka suara. Dia pernah mencarikan ginjal sehat untuk istri Suho yang peminum berat. "Lagipula kita gak pernah membiarkan anak itu tahu apapun tentang bisnis kita. Bahkan saat dia masih tinggal disini kan."
Lee Jeno, asisten, tangan kanan sekaligus anak emas Doyoung masuk dengan wajah serius. Dia mungkin tampan dan manis saat tersenyum, tapi kebrutalannya dalam adu pisau sangat melegenda.
Lelaki itu berbisik pada Doyoung membuat empat pasang mata kembali fokus.
"Mark Lee. Lee Minhyung. Kim Minhyung. Dia tangan kanan Kim Jungwoo, ahli waris sekaligus adik dari Suho mafia Kim."
Tatapan Taeyong dingin. Atmosfer ruangan seketika berubah.
Sekarang semuanya jelas. Sudah pasti Kim dalang penculikan Jiyong. Masalahnya mereka harus bergerak cepat untuk menemukan keberadaan mereka.
***
Jiyong masih waspada dengan Jungwoo. Pria itu tengah membaca sesuatu di tabletnya, kemudian Mark dan Lucas datang. Masing-masing membawa makanan dan tas-tas merek terkenal.
Pria Kim itu berdiri sambil tersenyum, amat ramah membuat Jiyong ingin merontokkan giginya.
"Mandi dan gantilah pakaianmu. Jangan lupa minum obatmu. Dokter bilang kau harus banyak makan agar cepat sembuh."
Ketiganya keluar tanpa menunggu tanggapan Jiyong.
Dia mengangkat sendok setelah bunyi pintu dikunci terdengar. Jiyong tak bodoh. Dia tak mempercayai mereka. Tapi bukan berarti dia takkan makan. Dia harus punya tenaga untuk melawan.
Kepalanya berputar menyusun rencana sementara mulutnya tak berhenti mengunyah. Tak sadar gerak-geriknya diperhatikan oleh tiga pasang mata.
Beralih dari layar pengawas Mark tersenyum, "Apa rencana kita sekarang, Bang?"
Memberikan tabletnya, keduanya membaca informasi yang tertera. Foto-foto dari mansion Lee. Peningkatan keamanan dan beberapa tokoh penting dunia hitam yang datang menginap.
"Johnny Seo, Moon Taeil, bahkan bos-bos kecil bawahan mereka juga datang. Si Taeyong ini membuat pencarian skala besar ya."
"It's not like we not see this coming, tho." Lucas menanggapi Mark. "Lagipula mereka akan sangat sibuk dengan kejutan yang kita siapkan untuk mereka. Mau seperti apapun dia mencari Jiyong. Mereka gak bakal menemukannya."
"Daripada itu, apa yang harus kita lakukan dengan tamu kita?"
Kedua bawahannya mengikuti arah matanya. Jiyong tengah menanggalkan pakaiannya sebelum menyalakan pancuran. Tentu saja Jungwoo tak bodoh, dia menyadap dan memasang kamera di setiap sudut ruangan itu.
Jiyong membiarkan air mengalir. Menghilangkan jejak-jejak Jungwoo dan segala penyiksaan kemarin. Setelah dicekoki air ia sebenarnya merasa trauma. Tapi dia harus melawan. Ada kemungkinan Taeyong dan Jaehyun mencarinya. Dimana pun dia berada sekarang dia harus mencari cara menghubungi orang luar.
Tablet!
Benar. Jungwoo punya tablet. Kemungkinan Mark dan Lucas juga punya benda elektronik. Kalau dia bisa mendapatkannya, maka menghubungi keluarganya akan lebih mudah.
"Aw.." Jiyong menahan perih saat sabun bersentuhan dengan kulitnya. Sayatan, luka bakar kulit dan luka-luka lainnya mulai membiru. Menyadarkan gadis itu kalau yang terjadi belum lama ini bukanlah mimpi buruk.
Dia menggosok lebih keras bagian inti dan payudaranya. Teringat penghinaan yang Jungwoo berikan. Kakinya lemas, dia berjongkok dan terisak. Membiarkan air matanya mengalir bersama air yang tak berhenti.
Dia gak boleh lemah. Dia harus keluar sebelum hal yang lebih buruk terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
WICKED
FanfictionNCT FANFICTION [OC x Kim Jungwoo] Lee Ji-yong terlalu naif berpikir jarak mampu menghentikan pembalasan atas dosa-dosa keluarganya.