"Come on, Jeff. Kamu tahu Bang Naga terlalu berlebihan. Aku kan cuma pindah dari mansion doang. Gak perlu pake pengawal segala."
Jiyong melirik kebelakang. Satu pasukan anggota mafia Taeyong ada disana. Rapi, waspada, dan siap bekerja. Iya, ngangkut barang pindahan cewek itu.
"Perintah bos adalah menjaga adiknya 24 jam tanpa kecuali. Dia juga memberiku mandat untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk membuat kamu aman."
Jung Jaehyun itu ganteng, penurut, dan dapat diandalkan. Itulah kenapa sang kakak menjadikan cowok itu sebagai tangan kanan dalam bisnisnya.
Whatever he said, goes.
Kecuali kalau sang bos aka Taeyong aka sang Abang bilang enggak.
"Terserah deh."
Akhirnya cewek itu cuma bisa manyun di kursi belakang mobil sedan mereka. Jaehyun mengangguk, memberi perintah untuk mereka semua jalan menuju apartemen baru Jiyong.
"Parameter gimana? CCTV? Pin baru? Oke, bagus. Jangan lupa full analisis nantinya."
Jiyong menyerahkan botol air pada Jaehyun, kakaknya itu Jaehyun apa Taeyong sih? Protektif amat.
"You mad?"
Baru nanya dong! Sementara Jiyong udah gendek dengerin dia bawelin para pengawal untuk periksa escape route, minta akses langsung kamera pengawas, dan cari tukang kunci juga.
Salah gak sih pilihan dia buat pindah dari mansion yang dikawal 24/7?
Jaehyun berdiri disamping Ji, "Kita gak mau kamu celaka. Kamu ngerti kan."
"Iya, iya. Aku tahu. Gak usah diingatkan juga sih." Menyalakan microwave untuk menghangatkan sup, cewek itu memandang Jaehyun. "Bang Jaeh, kalau surat kepindahan aku ke kampus udah masuk kan?"
"Udah. Aman. Silakan puas-puasin diri sama tesis sana." Menggelengkan kepala, cowok yang hanya setahun lebih tua darinya itu bersandar ke konter dapur. "Kamu tuh emang gak capek apa ya belajar mulu? Buat apa sih double degree segala? Kamu kan gak perlu cari kerjaan. Lagian kekayaan keluarga Lee itu cukup buat biaya hidup kamu 7 generasi."
"Ya gak gitu juga kali, Bang. Takabur banget. Kalau Bang Taeyong kenapa-kenapa mau gimana coba? Aku kan gak punya keluarga lain."
"Kan ada aku. Pas kita nikah aku bisa biayai kamu kok."
Ji bungkam. Gak nyaman saat topik pertunangan mereka muncul. Dia emang udah pasrah dengan kenyataan sebagai adik ketua mafia terbesar di Asia. Tapi masa dia harus tunduk masalah hati juga sih?
Lagian kan kasihan Jaehyun yang harus keep up sama bocah kayak dia. Cowok itu juga butuh hidup kali.
Jaehyun menghela nafas, berharap gadis itu segera sadar kalau pengaturan ini buat Jaehyun bukan sekedar bisnis.
***
Mau dipikir gimana juga, Taeyong itu memang berlebihan. Bahkan di hari pertama masuk kampus baru cowok itu mengirimkan dua mobil penuh pengawal untuk menjaga Jiyong.
"Bang! Gak gini juga kali. Ini kebebasan sebelah mananya? Ini setengah lusin pengawal buat apa coba?"
Terdengar Taeyong membuka kertas diseberang telepon, "Perjanjian kita kan jelas, kalau kamu mau keluar mansion ya semua yang Jeffrey mau kamu ikuti."
'Bang Jaehyun tuh kenapa sih..'
"Tapi Bang, kalau Abang aku yang terganteng se alam semesta bilang enggak kan bang Jaeh gak bakal ngirim pengawal sebanyak ini."
"Emang dia ngirim berapa orang?"
"Delapan, Bang. DE-LA-PAN!"
"Dia disana juga?" Yang dijawab Jiyong 'ya' pelan. "Ya udah, kasih dia dulu."
Memberikan ponsel itu pada Jaehyun, keduanya segera terlibat percakapan dalam.
Jiyong memerhatikan semua pengawal Taeyong. Mereka masih muda, ganteng, dan jelas atletis. Kenapa sih mereka malah jadi preman Taeyong? Emang kehidupan dunia bawah tanah semenarik itu ya? Masa depan mereka kan cerah. Dengan tampang begitu, mereka bisa kerja jadi model bahkan.
"Nih.." memasukan ponsel yang Jaehyun sodorkan, Ji melayangkan alis terangkat padanya.
Jaehyun menghela nafas, "Disuruh lipat gandakan pasukan."
"HAH?"
Jaehyun terkekeh dan mengacak rambut Jiyong, "Enggak, dia bilang cuma perlu dikawal 3 orang aja."
Fiuh..
"Tapi aku ikut kamu ke kampus."
***
Jaehyun menunggu Jiyong yang baru saja dari perpustakaan. Lesung pipinya tercetak jelas saat melihat tunangannya muncul.
Iya.
Sekarang mereka sudah resmi bertunangan. Dengan berbagi macam sogokan akhirnya gadis itu menuruti perkataan Taeyong.
Mengambil buku-buku yang Jiyong pinjam, Jaehyun tak lupa membukakan pintu penumpang depan.
Jiyong menggeleng pelan. Gimana mungkin dia gak luluh kalau Jaehyun semanis itu coba?
"Besok ada kelas pengganti lagi?"
Ji berpikir sejenak, "Enggak ada, Kak. Kelas biasanya juga dibatalin. Katanya dosennya ambil cuti hamil."
Jaehyun mengangguk, memeriksa spion belakang memastikan tim pengawalan mereka mengekor dibelakang.
"Mau beli makanan dulu atau gimana?"
"Aku masak aja deh, Kak."
"What a sweet wife.." Godaan Jaehyun membuat Jiyong meninju pelan lengannya. Lelaki itu sedikit tersentak dan meraup tangan Jiyong, menempelkan ke pipinya. "Tangan kamu dingin banget sih, Sayang?"
Jiyong mengernyit karena panggilan itu dan menarik tangannya, "Kan habis ambil buku Kak. Kalau pakai sarung tangan licin jadi tadi aku lepas. Eh keterusan."
Tatapan Jaehyun menajam.
Bukan padanya sih, tapi Jiyong tahu Jaehyun kesal. Mata lelaki itu fokus ke salju yang bertumpuk di pinggir jalan.
"Jangan marah dong, Kak.."
Tak ada respon.
"Kak Jaehyun.."
Hening.
Gak pake sarung tangan kan bukan hal besar. Dia gak bakal mati membeku cuma karena lupa pakai sarung tangan 15 menitan kan.
"Kak, please jangan marah dong. Iya deh aku salah. Maaf.."
Melihat raut wajah penuh penyesalan Jiyong, Jaehyun menahan senyum. Pada akhirnya dia selalu luluh olehnya. Tapi dia masih mau main-main.
Sampai akhirnya mobil mereka memasuki kompleks apartemen mereka, Jaehyun belum buka suara.
"Kakak.. udahan dong marahnya." Setengah frustasi Jiyong berusaha membuat Jaehyun tersenyum. Cowok itu menyeramkan, walaupun berstatus sebagai tunangannya tetap saja Jiyong takut pada Hitman kebanggan Dragons ini.
"Oke, aku berhenti-"
Fiuh..
"Tapi cium dulu."
Jiyong mematung. Gila! Mereka baru resmi tunangan beberapa bulan. Dia aja masih kaku disekitar Jaehyun, dan sekarang cowok ini minta cium.
"Aku nunggu, Ji.."
"Tapi-"
"Lebih mau aku marah terus?"
"Tutup mata tapi!"
Jaehyun menuruti permintaan Jiyong, tak juga ada pergerakan sampai terdengar pintu mobil setengah dibanting.
Jaehyun membuka matanya dan mendapati Jiyong yang menjulurkan lidah, meledek. Jaehyun hanya menggeleng.
'Gagal lagi..'
KAMU SEDANG MEMBACA
WICKED
FanficNCT FANFICTION [OC x Kim Jungwoo] Lee Ji-yong terlalu naif berpikir jarak mampu menghentikan pembalasan atas dosa-dosa keluarganya.