04. Bad Decisions

3 0 0
                                    

Setelah Mark dan Lucas, sekarang giliran sang adik - Jungwoo yang dia beri bogem mentah.

"Kebodohan macam apa ini, hah!" Kim Joonmyeon - bos mafia Kim membentak ketiganya.

Usia memang tak berbohong. Ketiganya masih terlalu impulsif dan kekanakan. Entah apa yang membuat mereka berpikir kalau menculik adik Taeyong akan membantu bisnis Kim.

Jungwoo menggunakan satu jari untuk melap sudut bibirnya, "Gak perlu berlebihan, Bang. Abang selalu bilang kalau kesempatan emas gak boleh dilewatkan, kita hanya melakukan apa yang harus dilakukan high ranking seperti kami. Cewek itu adik Taeyong, kekasih dari Jaehyun. Bohong kalau dia gak punya informasi berharga tentang Dragons."

"Dia gak punya!" Bentak pria yang lebih dikenal sebagai Suho. "Sama seperti Irene, gadis itu dibuat buta. Demi keamanan mereka. Aku tahu karena aku pernah bertemunya!"

"Tapi setidaknya dia bisa kita jadikan sandera." Elak Jungwoo gak sedikitpun terintimidasi sang kakak. Semua orang tahu kalau Suho dan Jungwoo saling berhadapan, pria macam Suho bisa dia kalahkan.

"Terserah.." dengus Suho. "Katakan saja dimana kamu menyekap gadis itu dan biar aku yang mengurus Dragons."

"Aku punya banyak rencana dengannya. Cewek itu benar-benar luar biasa. Aku masih mau bermain-main dengannya."

Suho mengepalkan tangan, berusaha memaksakan rasionalisme kedalam kepala sang adik. "Gadis itu seperti bom waktu! Semakin lama kamu simpan di dekatmu, dampak ledakannya semakin parah!"

"Biar aku pikirkan."

"KIM JUNGWOO!"

Berbalik dengan senyuman manis penuh ancaman, "Kecuali Abang mau pensiun dalam peti mati, jangan halangi aku."

Dua sahabatnya menunduk pada Suho lalu mengikuti langkah Jungwoo.

Ketiganya memasuki mobil menuju kediaman baru mereka.

Lucas melirik kaca belakang, menatap Jungwoo yang tanpa ekspresi. "She's a tough girl. It's too bad if we hand her back to her brother, don't you think?"

Jungwoo setuju dengan Lucas. Dibalik semua perlindungan klan Lee siapa sangka cewek itu adalah petarung.

"Jadi kita tunda dulu kasih kabar mafia Lee?"

Jungwoo tersenyum pada Mark, "Emang kamu rela kehilangan mainan sebaik itu?"

Ketiganya setuju dalam hening.

"Mau bertaruh?"

Pertanyaan Jungwoo membuat kedua lelaki di kursi depan bingung.

"Aku yakin bisa membuatnya menjerit malam ini."

Mark mengangkat alis, "Confidence much?"

"Kamu tahu yang aku selalu bilang kan?"

"Kesempatan emas harus selalu diraih?"

Mark menjitak Lucas, "Itu bang Suho!" Melirik kaca belakang, "Kalau penyiksaan itu seni. Dan seni terbaik adalah saat kamu tahu cara terbaik memanfaatkannya."

Jungwoo tersenyum. Amat manis seseorang mungkin mengira dia malaikat. "Tepat."

Kedua lelaki yang lebih muda saling lirik. Tak yakin dengan rencana Jungwoo.

***

Jiyong gemetaran. Giginya bergemeletuk dan nafasnya tak beraturan. Dia tak ingat kapan dia tertidur. Dia bahkan tak tahu apa dia tidur atau pingsan.

Dia pernah mendengar rumor tentang Jaehyun dan Taeyong, bahwa mereka juga orang yang tak boleh dianggap remeh. Bahwa mereka takkan segan menyiksa musuhnya demi mendapat informasi atau sekedar balas dendam.

Dia tahu.

Dia pernah melihat tunangannya mematahkan leher seorang pengawal yang tanpa tahu apapun, menggoda Jiyong. Dia pernah lihat kakaknya menembak seorang pria yang tengah berlutut minta ampun tanpa berkedip.

Dia tahu.

Tapi dia pura-pura tak tahu. Tetap bersembunyi dibalik topeng adik manis si pemarah. Tunangan manja yang galak.

Jiyong yakin dia baru disini sehari, dua hari maksimal. Pikirannya berkelana bertanya-tanya mungkin ini karma dari semua darah yang pernah klannya tumpahkan. Mungkin ini harga yang harus dia bayar karena pura-pura tak tahu mengenai bisnis haram keluarga mereka. Mungkin ini ganjaran atas dosa yang mereka tabur.

Gadis itu meringis melihat dirinya. Dia masih terikat ke kursi yang sama saat dia pertama datang. Yang berbeda kali ini adalah keadaannya.

Sayatan penuh darah memenuhi tangan, kaki hingga lehernya.

"Jangan melukai wajah cantik," begitu kata Mark.

Lucu, mengingat dia yang menyetrum Jiyong berkali-kali hingga dia tak sadarkan diri.

Luka-luka Jiyong gak bisa mengering. Genangan air bekas Jiyong ditenggelamkan membuat basemen menjadi lembab. Luka-lukanya akan semakin terinfeksi jika tak segera diurus.

Dia ingin menyerah. Tapi untuk apa? Dia bahkan gak tahu alasan dia disini.

Jungwoo bilang bang Taeyong mengambil sesuatu milik Kim. Tapi apa? Keluar dari mansion artinya mengisolasi diri dari semua rencana organisasi. Dia bahkan gak tahu apa yang hilang, jadi gimana caranya dia tahu apa yang harus diserahkan?

Tapi yang lebih penting sekarang adalah, dimana Taeyong dan Jaehyun. Setidaknya dia hilang dua hari. Kenapa belum ada yang menyelamatkan dirinya? Apa mereka tak sadar kalau dia hilang.

Kalau dipikir-pikir, dia sendiri masih bingung bagaimana cara dia berakhir dibawah tahanan klan Kim.

WICKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang