Part 3

61.2K 987 5
                                    

Jam dinding yang menggantung di sisi kiri meja kerja Bara sudah menunjukan pukul delapan malam saat Rania tiba-tiba mengetuk pintu dan masuk. Harusnya jam kantor sudah selelsai dua jam yang lalu. Namun kali ini mereka berdua berniat untuk lembur dan menyelesaikan beberapa desain iklan yang sebentar esok pagi harus dipresentasikan ke klien.

"Ini sudah kubuatkan desain yang sesaui permintaanmu tadi. Semoga saja sesuai dengan yang klien harapkan," kata Rania sambil menyodorkan selembar beberapa lembar kertas menampilkan seorang model wanita dengan pakaian yang berwarna mencolok.

"Apa revisi ini sudah sesuai dengan permintaan saya tadi?"

"Iya," jawab Rania singkat sambil mengikuti Bara yang bangkit dari tempat duduk dan duduk di sofa di samping meja kerja. Gambar-gambar di kertas tadi diletakan berjajar di atas meja dan ia amati satu-persatu. Matanya fokus memperhatikan setiap detail dan warna yang ada.

Rania kemudain duduk di sampingnya sambil menunggu pertanyaan yang mungkin saja keluar dari mulut Bara. Atasannya itu selalu lebih suka memperhatikan detaik kerja dan baru bisa menyetujui bila sudah diprint. Katanya matanya lebih nyaman dan lebih teliti bila suatu hasil kerja sudah ditransfer ke lembaran kertas ketimbang di monitor laptop atau di proyektor.

"Semoga saja esok mereka bisa terima hasil kerja kita ini."

Kata-kata Bara seakan menjadi oase bagi Rania. Hatinya benar-benar legah. Paling tidak pekerjaannya tak sia-sia dan ia tak perlu repot-repot memperbaiki lagi malam ini. Setelah menegakan tubuhnya, ia kemudian bersandar di sofa. Memejamkan mata beberapa saat, merasa betapa bersyukurnya ia memiliki atasan seperti Bara.

"Apa semua pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Bara sambil merapikan kertas-kertas di atas meja dan menumpuknya dengan rapih. "Maksudnya, aku mau meminta sedikit bantuanmu jika kamu berkenan."

"Kurasa aku sudah menyelesaikan semuanya."

"Duduklah di sini untuk sementara sampai kita pulang nanti. Daripada kamu sendiri di luar. Aku juga mungkin akan butuh sedikit saranmu nanti."

Rania hanya mengangguk. Ia mengambil ponsel di sakunya kemudian mengirim pesan ke Chandra bahwa dirinya malam ini akan pulan sedikit lebih lama dari biasanya. Meski ia tak yakin bahwa pesan itu akan tersampaikan.

Bara kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu kembali ke meja kerjanya. Matanya kembali sibuk menatap layar laptop dan sibuk mengerjakan desain lain.

"Apa mau kubuatkan kopi?" tawar Rania mencoba mencairkan suasana dalam ruangan yang canggung.

"Ide bagus itu. Boleh."

Rania keluar untuk membuat kopi, sementara Bara kembali sibuk dengan laptopnya. Beberapa saat kemudian Rania masuk dengan nampan di tangan. Dua gelas kopi lengkap dengan beberapa cemilan yang ia ambil dari kulkas kantor.

"Terima kasih, Rania. Letakan saja di situ."

"Biaklah."

Rania meletakan nampan di atas meja lalu duduk. Ia meneguk kopinya dan memejamkan mata sesaat. Mencoba menikmati kehangatan yang mengalir ke dalam tenggorokan.

"Rania, boleh aku bertanya sesuatu?"

Bara yang mendadak duduk di dekatnya membuat ia sedikit kaget.

"Mungkin lebih pas jika kubilang meminta saran."

"Hm, aku bisa memberi saran sebagaimana aku bisa."

"Aku tak punya banyak pengalaman menjadi leader. Dan ... kurasa kamu adalah salah satu pegawai di sini yang bisa kuandalkan. Apalagi kita seumuran juga, kurasa kamu tempat tepat untuk bertukar cerita.

AFFAIR  21+ [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang