chapter 2

67 7 0
                                    

Indira sampai ke ruang guru yang ternyata kosong. Tidak susah mencari buku latihan kelas X 2 di tengah buku-buku latihan kelas lain. 'Ah, beratnya' keluh Indira dalam hati. Harusnya Bu Dian menyuruh Tata juga. Namun dengan sekuat tenaga berhasil juga ia mengangkat tumpukan buku latihan itu. Pelan kaki nya mulai melangkah menuju kelas.

Tapi belum lagi gadis itu sempat keluar dari ruang guru, seorang cowok rada-rada kelas sebelas berlari cepat menuju ruang guru dan tanpa sengaja menabrak Indira. BUKK!!
"Aww!" Indira terjatuh, buku-buku yang tadi dibawanya berserakan di sekitarnya. Cowok itu kaget setengah mati dan segera berlutut membantu Indira membereskan kembali buku-bukunya.
Tidak lebih semenit buku-buku itu telah tertumpuk seperti semula. "Maaf ya...," kata cowok itu. Diserahkannya tumpukan buku itu pada Indira sembari tersenyum ramah. Indira membalas senyumnya sambil mengangguk. "Makasih ya udah ngebantu beresin," ucap Indira malu-malu. "Sama-sama," jawab cowok jangkung berambut jabrik yang ternyata wajahnya lucu banget itu...

Indira sudah sering melihat anak ini. Tetapi baru sekarang ia sadar kalau orangnya keren dan baik banget. Ngomongnya lembut, jarang ada kakak kelas yang kayak gini. "Duluan ya," ujar Indira mengingat Bu Dian pasti sudah menunggunya. Cowok itu mengangguk sambil tersenyum lagi. Aih, senyumnya...
Namun belum lagi Indira melangkah, cowok itu sudah berjalan melewatinya untuk mengambil LKS di salah satu meja guru.
Seng... Aroma parfum yang wanginya menghanyutkan itu dengan lembut menyerbu hidung Indira saat cowok itu lewat. Indira keluar dari ruang guru. Namun ia berhenti lagi. Dari balik pintu diintipnya cowok yang sedang mengambil LKS yang ternyata milik siswa kelas XI 1. Baru Indira berjalan lagi sambil senyum-senyum sendiri.

"Lo ke ruang guru apa ke kalimantan sih?" keluh Tata begitu melihat Indira memasuki kelas. "Nanti deh gue jelasin."

***

"Ya ampun Ta, ternyata orangnya lucu banget...," cerita Indira pada Tata sambil berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang. "Jatuh cinta sih jatuh cinta aja coi, tapi jangan bikin kita yang di kelas sengsara nungguin elo. Sadar mbak, inget orang lain," gerutu Tata sambil bersedekap. Indira hanya tersenyum nakal.
"Terus pas dia lewat.... aduh,aroma parfumnya bener-bener menghipnotis siapa pun yang menciumnya. Menghanyutkan kayak senyumnya," lanjut Indira tambah semangat. "Ah, ngelebih-lebihin lo," Tata tidak percaya. Indira makin nggak bisa melenyapkan senyumnya.
"Terus, lo nanyain namanya nggak?" Indira menggigit jari. "Enggak. Ya habis gimana dong Ta, gue udah terlanjur nggak bisa bergerak..."
"Huuu, lemes amat jiwa lo. Baru berhadapan sama cowok penghipnotis aja udah begitu bekunya," cibir Tata sebal.

"Ah Tata, lo belom liat cowok itu sih...," Indira membela diri.
"Yang mana sih?"
"Nanti deh kalo dia ada"
"Bener ya?"
"Iya. Eh Ta, sebenernya gue pengen banget lo ngucapin makasih ke Bu Dian. Kan gara-gara dia gue jadi bisa ketemu tuh cowok," Indira girang setengah mati. "Ah, tapi gimanapun juga Bu Dian nggak akan mau nyuruh lo lagi. Udah kapok dia, nggak mau nunggu lama." ujar Tata.
"Eh, itu dia!" seru Indira gembira sambil menunjuk seorang cowok yang sedang membeli minuman di kedai depan sekolah bersama teman-teman nya. "Yang mana? Kan banyak Ra!" "Itu lho, yang pake ransel item,yang megang teh pucuk..."
"Oh, Rival...," gumam Tata tenang. Indira terdiam. "Kok Rival sih? Rival siapa coba?"
"Yang pake tas item minum teh pucuk, kan? Namanya Rival" . "Hah, yang bener?" tanya Indira kaget sambil meremas lengan Tata. Tata mengangguk. "Kok lo tau sih?"
"Yee, gue udah tau dari dulu kali Ra, please deh".
"Ya tau dari mana?"
"Perhatiin aja temen-temennya. Kalo manggil dia pasti Rival."
Rival... nama yang bagus...
"Tata!!!" Indira menjerit histeris. "Apa?"
"Dia kesini!"

Astaga! Keluh Tata, cuma begitu kok sampe segitunya...
Rival berjalan dan tak lama ia pun melewati Indira dan Tata yang deg-degan. Sekilas cowok itu melirik sebentar ketempat mereka berdiri. Entah siapa yang diliriknya. Indira atau Tata.

Seng... Aroma parfum yang wanginya menghanyutkan itu dengan lembut menyerbu hidung Indira lagi. Kali ini serbuannya dibagi-bagi untuk Tata juga. "Ah, wanginya..." Indira memejamkan matanya sambil terseyum hangat. "Menghipnotis siapapun yang menciumnya..." lanjut Tata.

Indira melirik Tata dengan tatapan curiga

BackStreet ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang