Tak seperti hari-hari biasanya, hari ini Indira datang lima menit sebelum jam tujuh. Padahal kemarin-kemarin jam 06.45 dia sudah datang. Indira masuk kelas dengan nafas ngos-ngosan. Yap, baru saja ia lari-larian mengejar waktu agar tidak terlambat ke sekolah.
"Gila, pagi-pagi udah keringetan. Kemana aja lo, jam segini baru dateng?" protes Tata melihat wajah Indira yang kuyu banget. Indira tersenyum sambil mengelap wajahnya dengan tisu wangi. "Gue tidur kemaleman...," jawab Indira tenang. "Pas nyampe rumah kemaren, gue makan siang inget dia, mandi sore inget dia, ngerjain PR kepikiran dia, trus malemnya gue nggak bisa tidur gara-gara mikirin dia. Akhirnya gue bisa tidur jam setengah satu sambil berharap dia masuk ke mimpi gue, eh, ternyata gue mimpi dikejar setan. Sampe gue kebangun jam 06.15. Cepet-cepet gue mandi." tutur Indira panjang lebar.
Tata mengerutkan alisnya. "Dia yang dari tadi lo omongin itu maksudnya siapa?". "Ah, Tata lo jangan berlagak bego dong," keluh Indira. "Ya Rival lah! Siapa lagi?". "Oh," sahut Tata singkat. "Barusan gue liat dia di kelasnya."
"Iya???" tanya Indira keget sambil meloncat-loncat. "Lagi ngapain? Ngelamun mikirin gue ya?" ujar Indira sambil tersenyum. "Pede banget lo!" Tata memukul lengan Indira yang tersenyum genit. "Lagi nyalin PR.". Indira menutup mulutnya karena terkejut. "Kenapa?" tanya Tata bingung. "Lo batal suka sama dia?"
"Enggak lah!" jawab Indira menegaskan. "Gue kaget, dia sama kayak gue dong! Suka nyontek PR! Wah, gue sama dia berarti punya kesamaan! Makanya sekarang keluarin buku PR lo biar gue bisa nyalin.". "Bukannya lo udah ngerjain PR? Tadi kan lo bilang..."
"Tapi kemaren gue mikirin dia pas lagi ngerjain PR. Gue jadi nggak konsen, jadinya gue nggak ngisi apa-apa. Tuh PR cuma gue pelototin. Dan walaupun kemaren gue lagi nggak mikirin siapa-siapa, tuh PR nggak bakal gue kerjain juga sih. Gue paling males ngerjain PR." Indira menjawab dengan gaya santainya."Dasar!" cemooh Tata sambil mengeluarkan buku PR dari dalam tas merahnya. "Eh, tuh Rival!" Tata menunjuk ke arah jendela kelas. Disitu lewat Rival yang berjalan dengan tenang. Yang paling bikin Indira senang, saat itu Rival sendirian! Indira menahan nafas. Jantungnya serasa berhenti berdetak. Ditatapnya terus Rival. Ah, kalau sudah lihat Rival, Indira bisa lupa segalanya. Lupa ortunya, lupa temannya, lupa namanya, bahkan lupa dimana dirinya berada.
"Ta...," gumam Indira sambil mencengkeram erat lengan Tata. Matanya tidak lepas dari Rival yang perlahan mulai menjauh dan tidak terlihat lagi. "Oh My God, Ta... Keren banget!!" Indira loncat-loncat lagi. "Aaa... cute abis! Astaga Tata, cakep, lucu, sumpah! Gue nggak nyesel bisa jadi adek kelasnya! Hidunya mancung , matanya bulet, aaa..., bisa gila gue!"
Tata memandang wajah Indira yang merah padam. "Iya,iya gue tahu kok, Ra. Tapi jangan bikin gue budeg dong! keluh Tata. "Sori deh, gue ken terlalu seneng." Dan bel pelajaran pertama pun berbunyi.***
"Ta, Rival, Ta! Indira mecolek-colek pinggang Tata. Tata menoleh ke arah yang ditunjuk Indira. "Lo ngebosenin banget sih! Dari tadi dia-dia aja yang lo pikirin!" Tata mulai sewot. Disingkirkannya tangan Indira dari pinggangnya. "Mending dia masi inget kejadian kemaren!"
"Oke, gue tes!" jawab Indira dengan yakinnya. Tata mengerutkan alisnya.
"Tes gimana maksud lo?" tanya Tata tanpa di gubris Indira. Gadis berkulit putih itu langsung menuju ke kedai depan sekolah, tempat Rival berada. "Gimana, nggak bakal nabrak orang lagi, kan?" sindir Indira tepat di hadapan Rival. Hampir saja dia tidak dapat menyembunyikan rasa gugupnya.
Rival bingung. "Maksudnya?"
Senyum Indira lenyap. "Yang kemaren itu lho... yang di ruang guru..."
Wajah Rival tambah polos aja. "Ruang guru? Yang pas kapan ya?.
Tubuh Indira lemas seketika. Apa? Dia memikirkan cowok itu setiap waktu, siang dan malam, bahkan nggak bisa tidur karena terus memikirkan kejadian itu, tapi ternyata si cowok malah lupa begitu saja??? Oke, emang sih nggak harus mikirin kejadian itu terus-menerus. Tapi ini, ingat aja enggak! Bener-bener nggak punya bayangan!'Aduh, nih cowok parah banget sih' pikir Indira. 'Nih cowok lupa biasa apa emang punya penyakit amnesia, ya? Mending kalo kejadiannya tahun lalu. Ini kan kemaren!!!
"Oh, yang itu," mendadak Rival teringat. "Emangnya kenapa? Pengen ditabrak lagi?". "Ah enggak...," jawab Indira sambil tersenyum. Akhirnya inget juga, batin Indira. Tapi kok..... belakangan sih? Bukannya dari tadi. Aaaahh, tetep aja bikin sebel nih. Tiba-tiba mereka terdiam. Tidak ada topik yang dapat mereka bicarakan. 'Ih, kok jadi garing gini sih! Nggak lucu deh!' batin Indira.'Kok nggak nanya nama sih, val. Apa lo nggak penasaran sama nama gue? Apa fisik dan penampilang gue kurang menarik sampai-sampai lo nggak perlu tahu nama gue?' batin Indira. "Udah dulu ya...," pamit Indira sambil berjalan menjauh. Rival cuma mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
BackStreet ✓
RomanceIndira dan Tata sama-sama cantik, sama-sama imut, sama-sama naksir cowok keren bernama Rival... Dan ternyata Rival juga naksir Tata. Eh, tapi yang terakhir ini rahasia lho. Soalnya Indira sama sekali nggak boleh tahu. Soalnya kalo Indira sampai tahu...