EIGHT

11.7K 1K 44
                                    

"Hyung tumben sudah pulang? Apa tidak ada kerjaan?" Tanya Jungkook saat masuk ke apartemennya disuguhi sosok Yoongi yang tergolek lemas di sofanya.

"Aku kehilang mood untuk menciptakan harmonisasi." Jawab Yoongi yang masih memejamkan matanya.

"Siapa?" Tanya Jungkook lalu duduk di samping Yoongi.

"Bocah Park itu lagi. Kau pikir siapa lagi yang suka menguntit seperti orang bodoh kalau bukan dia?"

"Kau menyukainya."

"Aku tidak."

"Jangan berbohong, Hyung. Buktinya kau diam saja meskipun kau tau."

"Itu karena aku tidak mau berurusan dengan bocah."

"Terserahmu sajalah, Hyung."

"Bagaimana dengan Tae?"

"Ya feelingku mengatakan dia akan datang padaku dengan kemauannya sendiri, Hyung."

"Cih percaya diri sekali. Kau tau? Tae itu pangeran kampus. Tapi kau tenang saja, hanya para wanita yang mengejarnya selain kau."

Jungkook tersenyum singkat. Ah Jungkook jadi rindu pria manis itu. Sedang apa dia sekarang?














Taehyung bersyukur. Setidaknya dia memiliki tempat untuk berlindung malam ini.

Dia berjanji dalam hatinya akan segera mencari pekerjaan agar dapat menyewa kost untuknya tinggal. Meskipun Jimin memang selalu ada dan siap menampungnya, bukan berarti Taehyung akan memanfaatkan sahabatnya itu.

"Bertengkar dengan eomma kim lagi eoh?" Tanya Jimin saat Taehyung keluar dari kamar mandi.

"Begitulah. Kau tau kan eomma ingin sekali aku menjadi petani." Jawab Taehyung yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Bukankah itu bagus? Kau tidak perlu lagi hidup menggembel seperti ini. Kau akan kembali memegang black card dan beberapa debit berisi jutaan won. Kau juga tidak perlu berdesakan di dalam bus yang panas."

"Aku hanya tidak mau hidup terkekang dengan sesuatu yang tidak ku sukai. Lagipula aku tidak mau menghabiskan sisa hidupku hanya untuk menatap layar seperti Appa. Aku ingin melihat dunia dengan mata kepalaku."

"Dasar bodoh. Itu juga untukmu."

"Entahlah...aku hanya ingin mencari jati diri."

Jimin melirik Taehyung yang berbaring disampingnya. Dalam hatinya merasa bangga memiliki teman seperti Taehyung. Orang yang rela meninggalkan materi hanya untuk sebuah kebebasan.

"Aku harus mencari kerja dimana Jiminie?"

"Tidak perlu bekerja. Aku bisa membiayaimu hingga lulus."

"Tsk sombong sekali. Aku memang gembel tapi aku bukan pengemis Tuan Park."

"Aku hanya tidak mau kau terlalu lelah, Tae. Daya tahan tubuhmu itu rendah jika kau lupa."

"Jiminie aku mengantuk."

"Kemarilah."

Taehyung meringsut mengkikis jaraknya dengan Jimin lalu menyandarkan kepala ke dada bidang pria yang lebih pendek darinya.

Jimin menyamankan punggungnya yang menyandar headboard agar tidak pegal menompang tubuh Taehyung yang terlihat kurus tapi lumayan berat untuknya.

"Chim" panggil Taehyung dengan manjanya.

"Aku disini, Taeby. Tidurlah aku tidak akan pergi." Jawab jimin sambil mengelus-elus punggung Taehyung.

Taehyung menggeliat menyamankan posisinya sebelum memeluk Jimin lebih erat.

Jimin sudah paham tabiat sahabatnya satu ini. Taehyung yang tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu. Taehyung yang berubah manja dan menggemaskan saat kantuk sudah di ujung matanya dan Taehyung yang susah dibangunkan jika belum saatnya dia terbangun sendiri.

Tapi Taehyung tidak pernah peka atas perlakuan Jimin yang berbeda saat hanya berdua dengannya. Jimin yang tidak pernah marah dengannya. Jimin yang selalu siap 24jam untuknya dan Jimin yang menaruh perasaan untuknya sejak kecil.

Tapi itu dulu sebelum Jimin bertemu dengan Suga. Terlebih Jimin paham betul jika Taehyung menyukai wanita tidak sepertinya. Jimin memilih merelakan rasa cintanya untuk Taehyung daripada merusak persahabatan mereka.

Tapi cinta bisa datang dan pergi kapan saja kan?

DARE (KOOKV/KOOKTAE) // ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang