Bagian 2 (Setelah Peristiwa Itu)

57 1 2
                                    

***

"Ada yang lebih sulit dari sebuah kata melupakan, yaitu mengenang kembali sesuatu yang telah pergi. Sampai kapan pun, kenangan akan tetap tertanam dalam memori kita. Menemani setiap jejak-jejak dalam kehidupan kita, tanpa terkecuali."

Setelah peristiwa itu, peristiwa yang membuat hati ini hancur berkeping-keping, langkah demi langkah kau berani untuk melarikan diri. Tanpa aba-aba kau menghilang, tidak menyisakan apapun kecuali luka yang sengaja kau titipkan.

Setelah peristiwa itu, kita sepakat untuk membiarkan jarak mengisi kekosongan diantara kita. Walau sebenarnya aku tidak akan kuat jika harus berjauh. Tidak pernah tahu kapan waktu mengizinkan kita untuk kembali bertemu.

Aku percaya, pertemuan kita bukanlah menjadi pertemuan terakhir. Dan, aku tidak pernah bilang bertemu denganmu saat ini adalah tatapan kita untuk yang terakhir.

Setelah pertemuan itu, kita pernah sangat dekat. Tepatnya saat kita bertemu disebuah kedai kopi untuk yang pertama kali. Sebentar, apakah kau masih ingat? Atau lebih jelasnya, apa kau ingat tentang kenangan kita?

...

Apa masih layak-kah aku menyebut kata "Kita"?

Setidaknya, setelah pertemuan itu, aku pernah merasakan situasi canggung ketika duduk disebelahmu. Pernah tenggelam oleh eloknya parasmu. Pernah merasakan hangatnya jari-jemarimu. Sampai, suatu ketika aku harus merasakan untuk kehilangan dirimu.

Setelah pertemuan itu, wangi semerbak tubuhmu tidak akan bisa kuhirup lagi. Senyum manis bibirmu tak pernah terlihat lagi. Selamat pagi dan malammu pun tak akan memenuhi kolom notifikasiku lagi.

Aku seperti menangkap sebuah asap. Sejauh apapun usaha yang aku lakukan akan berhujung pada kesia-siaan. Entah kini aku seperti banyak mengeluh sebelum memutuskan untuk mencoba. Pada akhirnya, pertemuan kala itu mengajakku berpikir panjang untuk memilikimu, atau kita hanya sebuah perumpamaan.

Setelah peristiwa itu, rindu mulai membersamai kita. Kita bersama rindu-rindu yang kita buat secara tidak sengaja. Sesekali rindu terlampir pada jendela kamarku, tepat sebelum matahari belum seluruhnya terlihat.

Rindu selalu menjadi penyebab atas mimpi yang aku rasakan semalam. Karena aku tahu, aku dan kau adalah rindu yang memang tak pernah ada habisnya. Tugasku hanya berusaha untuk melupakan. Walau ini lebih dari sekadar melupakan.

...

Dan kini rencanamu berhasil.

Aku kembali menjadi sosok yang terluka,

Semenjak kehilanganmu.

Dan setelah peristiwa itu, kau kini sudah menjadi sosok masa lalu. Berbanding terbalik ketika aku masih memperjuangkanmu. Masih merasa bahwa aku adalah sosok satu-satunya. Benci pada diri sendiri karena kau adalah satu-satunya. Sampai ternyata aku mengerti,

aku bukanlah satu-satunya.

Merawat Ingatan, 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang