***
"Apa mungkin kita bisa saling berjauhan?"
"Atau kita buat peta sendiri saja?"
"Biar aku taruh kamu dan aku tidak saling berjauhan, seperti sekarang", Lanjutnya.
...
Tidak jarang, pertanyaan seperti itu sudah seringkali membuatku terkutuk. Memang terlihat bercanda, tapi menurutku tidak. Entah bayang-bayang itu sudah seringkali mengetukkan kedua mataku yang masih terpejam kala pagi.
Pekat di kepala, lalu hilang seperti embun yang singgah di dedaunan.
Hilang, hingga tidak ada satu pun yang tahu kapan rindu itu akan kembali datang.
Berharap kembali membuka pintu rumah, yang didalamnya terdapat seseorang dengan sejuta kenangan.
Menetap untuk selamanya.
...
Hari ini ibukota sedang gerimis. Jalanan membuat wadah untuk setiap air yang menetes dari atas. Aku terpaksa berteduh di bagian halte jalanan yang keadaannya sudah tidak karuan. Teringat, ketika saat kau menggenggam erat tanganku dengan penuh kehangatan dan jari-jemari satu sama lain yang saling menguatkan.
Hingga, kota ini di landa hujan yang sangat lebat. Membajiri alam sadarku bahwa kau kini nan jauh disana. Entah sedang berteduh, aku harap sedang berteduh agar kau merasakan hal yang sama sepertiku.
Namun mengapa ketika reda itu datang, aku merasakan kau yang semakin jauh, dan jari-jemarimu sudah tidak saling menguatkan. Kau menggenggam tanganku untuk sementara, aku letakkan rinduku pada dirimu untuk selamanya.
Nicholas Sparks pernah menulis,
"mereka berkata hal yang paling menakutkan dari jarak adalah kau tidak tahu jika ia merindukanmu atau akan melupakanmu".
Namun sempitnya rasa percaya telah mengalahkan luasnya egoku. Aku merasakan hal yang sama seperti orang pada umumnya, merasakan berkilo-kilo jauhnya, terpisahkan ibarat dua planet yang berbeda. Aku juga merasakan hal yang sama, yaitu saling menguatkan satu sama lain di saat dilemahkan oleh sebuah rasa rindu.
Dan, aku juga sama seperti orang pada umumnya. Terkadang takut oleh hal yang bernama jarak. Takut sudah tidak lagi saling merindukan, namun berubah menjadi kita yang saling melupakan.
Aku yang berharap lebih untuk sering bertemu dan terus menunggu di waktu yang tepat. Aku yang berharap lebih setiap malam ada dirimu yang duduk manis di sampingku, di bangku taman yang pernah kita diami beberapa jam dengan setangkai gulali lezat yang kita nikmati berdua kala itu.
Lalu kamu bilang kepada penjualnya ingin di buatkan yang banyak. Tidak jarang si penjual menuruti permintaanmu bahkan sesekali menggodamu. Dan beruntungnya, aku tidak tahu akan hal itu, katamu.
Dan kini aku sadar bahwa cinta tidak melulu mengantarkanku kekecewaan. Namun cinta juga mengajarkanku tentang sebuah kepercayaan.
...
Pertemuan kala itu menjadikan kukuat dari rindu yang terus menyerangku secara membabi buta. Kau yang selalu hadir dalam kehidupan meski hanya dapat kutatap wajahmu dalam sebuah layar ponsel.
Pertemuan kala itu kujadikan hal yang tidak sia-sia yang tidak pernah membuang-buang waktu untuk aku diam kan kau se-detik pun. Kau yang selalu memberikan beribu pertanyaan meski hanya dalam sebuah virtual teks.
...
Hari ini, akan kutabung rindu sebanyak-banyaknya.