Dream

9.5K 514 9
                                    

.

.

.

Mendung menguasai langit, pagi yang awalnya cerah, tiba-tiba berubah gelap. Rintik gerimis mulai terjun dari awan-awan, suara geratak hujan terdengar dari balik jendela kaca yang awalnya bening kini mulai berembun.

Dengungan mesin pesawat jet pribadi milik keluarga Jeon terdengar halus ditelinga seluruh awak pesawat. Mereka sedang melakukan perjalanan liburan sekolah sekaligus merayakan kelulusan anak bungsu keluarga Jeon yang sebentar lagi akan masuk sekolah menengah atas. Seluruh anggota keluarga tak sabar menikmati indahnya pulau yang mereka tuju. Tapi sepertinya alam tak mengijinkan mereka keluar dari Seoul.

Tak lama kemudian, dari bagian belakang pesawat terdengar hantaman keras. Seketika badan pesawat mengayun ke bawah membuat para awak pesawat terlonjak kaget.

"Apa yang terjadi?,"Ji Hyun memegang lengan suaminya, jantungnya berdebar cukup kencang karena hantaman tadi.

"Tenanglah, aku akan kedepan."Tae Young beranjak dari tempat ia duduk dan melangkah perlahan menuju kabin pesawat.

"Apa yang terjadi, hyeong?,"Tae Young mendekati Jin Myung, sang pilot sekaligus orang kepercayaannya itu.

"Sepertinya petir menyambar ekor pesawat, sebaiknya kalian pakai peralatan keamanan."Jin Myung mencoba mengendalikan pesawat.

"Apa kerusakannya parah?"

"Sepertinya begitu. Kita tidak ada waktu, aku akan melakukan pendaratan darurat."

"Tapi kita diatas laut sekarang."

"Kita tidak ada pilihan, Young-ah."

"Aku mengerti. Aku percaya padamu, hyeong."Tae Young meninggalkan Jin Myung menuju ke badan pesawat.

"Appa, ada apa?,"Seokjin mendekati Tae Young, ternyata sejak tadi ia berada di dekat Tae Young hanya tak mendengar jelas kata-kata Jin Myung.

"Pakai pelampung dan siap-siap dengan tabung oksigenmu, pakaikan juga pada adikmu."

"Waeyo?"

"Lakukan saja."

Seokjin mengangguk dan langsung mendekati kedua adiknya yang terlihat penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

"Ada apa, hyeong?,"tanya Yoongi yang duduk bersebelahan dengan Jungkook, anak bungsu keluarga Jeon.

"Tidak apa-apa. Pakai ini."

Seokjin memberikan pelampung dan menarik masker oksigen dari atas kursi mereka, lalu memakaikan pelampung pada adiknya yang terkecil.

"Ada apa hyeong?Apa ada masalah?,"Jungkook menatap Seokjin polos.

"Tidak apa-apa. Jika memang ada masalah, ini akan jadi hal yang seru. Jangan takut, oke?"

"Aku tidak takut."jawab Jungkook mantap.

"Bagus."Seokjin mengusap kepala Jungkook lalu memasang pelampungnya sendiri.

Seluruh awak pesawat sudah berpakaian lengkap dengan pelampung. Tapi tiba-tiba Jungkook melepas masker dan seatbeltnya dan berdiri.

"Kau mau kemana, Jungkook-ah?,"tanya Seokjin memegang tangan Jungkook.

"Toilet."

"Tapi...,"belum selesai Seokjin bicara, pesawat mengalami turbolance hebat dan membuat Jungkook jatuh terduduk di lantai pesawat. Ji Hyun memegang tangan suaminya erat.

"Jungkook-ah, cepat duduk."perintah Yoongi.

Jungkook langsung beranjak dan duduk di kursinya, tangannya gemetar merasakan turbolance tadi. Yoongi langsung meraih tangannya, begitu juga dengan Seokjin.

Sedetik kemudian pesawat mendadak oleng dan menukik ke kiri, teriakan terdengar dari para awak pesawat. Semua saling berpegangan sekuat tenaga. Jin Myung berusaha menstabilkan pesawat setelah turun beberapa ratus meter.

Semua adrenalin berpicu, debar jantung berdetak cepat, masing-masing berusaha menenangkan diri setelah pesawat kembali tenang dan stabil. Tangan-tangan yang berpegangan sudah basah dengan keringat, namun enggan terlepas.

Ketegangan berlanjut ketika tiba-tiba bagian belakang pesawat patah dan membuat lubang besar. Angin kencang masuk ke seluruh rongga pesawat yang masih melayang diudara. Tapi perlahan menarik para awak pesawat keluar dan menjauh dari badan pesawat.

"Anak-anak!"

"Eomma!Appa!,"teriakan Yoongi dan Seokjin memecah langit melihat kedua orang tua mereka melayang entah kemana. Layaknya terjun bebas tanpa parasut. Hanya sebuah pelampung menempel di badan.

"Hyeong!,"teriakan Jungkook terdengar, Seokjin dan Yoongi terus berusaha memegang tangan sang adik meski mereka saat ini melayang diudara.

Mereka berusaha membuka mata di balik terpaan angin kencang diwajah mereka, tapi karena terlalu sulit. Jungkook menunduk semampunya, dilihatnya di bawahnya bentangan air laut biru. Ia memejamkan mata takut. Entah akan seperti apa rasanya jika ia jatuh kedalamnya yang sepertinya akan benar di alaminya.

Air hujan masih mengguyur, ketiganya di ambang ketakutan. Ditambah mereka kehilangan jejak orang tua mereka.

Tiba-tiba dari kejauhan terlihat sebuah benda terhempas dan menabrak Jungkook. Sayangnya tabrakan itu mengenai kepala Jungkook dan membuat Jungkook kehilangan kesadarannya.

Seokjin dan Yoongi kesulitan memegang Jungkook yang terhempas kesana kemari tidak jelas, keduanya bekerja sama berusaha agar Jungkook tidak lepas dari kendali mereka.

Seokjin melihat pesawat yang dinaiki mereka terbentur hamparan air luas tepat dibawah mereka. Tanpa disadarinya mereka semakin dekat dengan laut dan ketiganya tercebur kedalamnya dan genggaman tangan mereka terlepas.

Seokjin mencoba meraih siapapun disekitarnya sebatas pengelihatannya tapi tangannya tak mendapatkan apapun sebelum akhirnya ia kehabisan nafas dan terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah.

"Seokjin-ah, akhirnya kau bangun. Minum ini,"Seokjin meraih segelas air dan obat yang diberikan padanya.

"Kau mimpi itu lagi?,"Seokjin hanya mengangguk, dahinya penuh peluh keringat.

"Apa kau mau kita ke psikiater?"

"Aniyo, aku tidak apa-apa. Bagaimana rencana besok, samchon?,"Seokjin bersandar di kepala ranjang mewah miliknya.

"Tidak perlu pikirkan soal besok, semua sudah diatur. Tidurlah lagi, kau tampak kurang tidur."

"Aku tidak mau bermimpi itu lagi."

"Seokjin-ah, itu sudah berlalu empat tahun lalu, lupakanlah. Kau akan terus begini kalau terus mengingatnya."

"Aku akan mencobanya."

"Kau selalu mengatakan itu tapi sampai detik ini kau belum melupakannya. Istirahatlah lagi. Aku tidak mau kau sakit."

"Ne. Gumawoyo, samchon."Jin Myung meninggalkan Seokjin yang kembali termenung, ingatannya pada kejadian empat tahun lalu masih belum bisa hilang. Karena sejak saat itu ia kehilangan semuanya.

Tbc

Annyeong haseyo chingu.. ff ini bukan ff karya hera.. tapi ff karya Jisung7kim yang sangaaaaaaaaat hera suka.. sekarang pindah karena kami berdua akan kolaborasi.. yeay!!!! #bertepuktangan jadi kalian harus voment oke? Kalau banyak yang suka.. hari ini juga akan update part 2.. part 3..😄😄 yeay!!! #terlalusemangat jadi kalian harus voment oke?

Pyeong~~

Who Are You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang