Bab 6. Dua Tahun Tetap Sama

69 7 0
                                    

Tandai typo👇


***

Kamu adalah keberhasilan dan kegagalan dalam waktu yang sama.

Nadia

***

NADIA masih belum percaya dengan kejadian beberapa menit lalu. Yang benar saja Alvan mengantarnya pulang, ditambah cowok jangkung itu mengaku pada orang tak dikenal sebgai pacarnya. Disatu sisi Nadia bahagia bukan main telah merasakan dianggap pacar oleh Alvan, namun disatu sisi Nadia juga sakit saat itu semua hanya pencitraan dan kamuflase semata. Baginya, Alvan sangat suka mengobrak-abrik suasana.

Nadia menyisir rambut sepundak setengah keringnya. Ia masih ingat betul bagaimana Alvan berpesan sebelum dia masuk rumah tadi.

"Gak usah pergi ke bar kalo gak biasa. Ngrepotin!"

Awalnya Nadia tertohok dengan ucapan itu. Namun sekali lagi Alvan benar. Dengan tidak langsung Alvan juga merasa keberatan dan kerepotan dengan tingkah konyol dan memalukannya.
Sejauh ini pula Nadia masih marah pada Resti meski ia tahu besok pasti akan reda marahnya. Dasar Nadia tidak bisa marah terlalu lama.

Ia lalu membaringkan tubunya dan mulai memejamkan matanya, tidur meski sudah hampir dini hari.

***

Pagi harinya Nadia sangat mengantuk. Kalau saja Santi tidak membangunkannya beberapa kali mungkin Nadia tidak akan bangun. Sudah mandi pun rasa kantuknya hanya berkurang sedikit. Tidak ada semangat pagi sama sekali. Meski Nadia sudah terbiasa begadang, tapi begadang tadi malam berbeda. Nadia menguap.

"Tadi malem kemana, aja? Pulang jam berapa?" tanya Sandi memberondong saat mereka didalam mobil.

"Ke rumah Resti trus pulangnya agak maleman."

"Siapa yang anterin pulang?"

Nadia bimbang. Mau bilang pacar tapi dia hanya pengagum Alvan. Mau bilang teman dia malu pada Sandi yang punya pacar banyak sedangkan ia sama sekali tak punya. Dilirik saja tidak.

"Temen," jawab Nadia yang terdengar seperti cicitan.

"What? Temen apa pacar?"

"Temen, Bang."

"Pacar?"

"Nggak ada." Nadia memalingkan wajah ke arah jalanan luar. Menghindari tatapan menyebalkan Sandi yang sudah terbahak sekarang. Menertawakan Nadia.

"Rese!" ketus Nadia sambil melirik Sandi horor.

"Nadia nggak punya pacar! Hahahahahah..." Tawa Sandi membahana memenuhi seisi mobil membuat Nadia muak.

"Turunin gue diperempatan!"

"Gue anterin sampe sekolah. Nggak papa Nad nggak punya pacar. Sekolah dulu ditamatin."

"Ya udah gak usah ketawa!"

"Atau lo masih suka sama doi lo itu? Masih orang yang sama dari dua tahun yang lalu? Siapa namanya? Alvan ya?"

Love Is You [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang