Bab 33. Alvin

19 3 0
                                    


Happy reading.

***

ALVAN menapaki anak tangga menuju kamarnya sambil menyanyikan lirik salah satu lagu genre metal kesukaannya. Mungkin karena kehadiran Mamanya, maka sore hari ini agak berbeda dari biasanya. Ada rasa bahagia menyeruak didalam diri Alvan. Rasanya seperti ini ternyata saat kita merindukan seseorang lalu orang itu hadir tanpa diminta.

Spechless.

Sampai lantai dua, Alvan sekilas melihat Bi Yati di balkon sedang menggendong seorang balita. Lagi-lagi karena penasaran, cowok itu mendekat.

"Bi Yaya," panggil Alvan pada Bi Yati menggunakan panggilan yang sering Miko pakai untuk memanggil Bi Yati.

Bi Yati menoleh, "Mas Alvan."

Alvan menatap bayi laki-laki yang berada di gendongan Bi Yati. Alvan sendiri tidak bisa memperkirakan berapa usia balita ini. Matanya bulat dan rambutnya lebat. Alvan mengerutkan kedua alis saat balita itu tak lepas memandangnya lalu tertawa. Perasaan dirinya tidak sedang melawak kenapa bayi ini tertawa, Alvan heran.

"Kenapa, Mas? Ganteng, 'kan?"

"Anak siapa, Bi?"

Bi Yati tersenyum penuh arti. "Coba tebak anak siapa?"

"Nggak tau." Alvan menjawab tanpa berniat menebak terlebih dulu.

"Disuruh nebak malah nggak mau. Ini anaknya Pak Rafi," jawab Bi Yati. Alvan makin bingung.

"Maksudnya?"

"Ini adiknya Mas Alvan, masa gitu aja nggak ngerti."

"Serius, Bi? Mama pulang bawa dia?"

"Iya, masa bohong."

"Sebenarnya Bu Alfi udah mau cerita ke Mas Alvan, tapi kamu sering keburu emosi dan ngomongnya ketus jadi ya nggak jadi cerita sampai bayi ini lahir. Bu Alfi itu mencari waktu yang tepat buat bicara, tapi Mas Alvan selalu nggak ngasih kesempatan buat Ibu. Dan Ibu sebenarnya juga tau yang membuat Mas Alvan suka ketus itu karena Mas Alvan kangen sama mereka, karena mereka udah lama nggak pulang, 'kan?"

"Berarti Bibi tau kalau Mama hamil?"

"Ya jelas tau, tapi Bibi nggak boleh cerita ke kamu. Katanya, biar Ibu saja yang ngomong langsung ke kamu, tapi malah nggak kesampaian."

Alvan mengangguk paham. Selama ini memang dirinya selalu ketus saat ditelepon orang tuanya. Tak lain alasannya karena Alvan benci mereka yang selalu beralasan sibuk dengan pekerjaan saat ia memintanya pulang. Sehingga mereka tidak pernah bertukar cerita kehidupan masing-masing. Alvan yang malas bercerita dan Alfi yang tidak diberi kesempatan bicara oleh Alvan.

"Udah sore Mas, kamu mandi dulu, aja. Nanti baru boleh gendong Alvin," ucap Bi Yati mengingatkan.

"Namanya Alvin?" tanya Alvan sambil menunjuk bayi di gendongan Bi Yati.

Bi Yati mengangguk sambil tertawa. "Iya, kata Ibu biar namanya kembaran, Alvan-Alvin."

Alvan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mamanya ini mendapat ide dari mana sampai-sampai nama adiknya harus mirip dengan namanya. Seperti anak kembar saja. Sedangkan Bi Yati tertawa melihat ekspresi Alvan yang kebingungan dan tampak heran.

Love Is You [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang