Happy reading :)
***
"WUIH, makin kesini makin nempel, aja!"
Seruan Ukvan itu membuat Nadia dan Alvan yang sedang berjalan mendongak. Mereka berpapasan di belokan lorong kelas. Nadia memerhatikan wajah Alvan yang seketika berubah malas membuatnya menahan tawa. Bertemu teman-teman Alvan adalah hal yang tidak menyenangkan. Selalu seperti itu.
"Ngapain, sih, kalian?" tanya Alvan geram, kenapa saat ia bersama Nadia harus bertemu teman-teman laknatnya. "Kenapa harus setan kayak kalian yang muncul?"
"Wajar lah muncul, 'kan, setan katanya."
"Lo aja Ga, jangan ajak-ajak gue," kata Miko.
Alga mengacuhkan ucapan Miko, bertanya pada Alvan dan Nadia. "Eh, kalian lihat Resa nggak?"
"Ngapain, sih, ngurusin Resa segala," ucap Ukvan heran.
"Gue nggak ngurusin, cuma nanya, aja." Alga menatap Ukvan sengit.
"Nggak tau."
"Gue tau."
Alvan dan Nadia menjawab bersamaan. Alvan menutup mata, setelah ini teman-temannya akan menjadi semakin menyebalkan. Benar saja, tak lama setelah itu Ukvan, Miko, dan Alga cekikikan tidak jelas sambil saling menyenggol.
Alvan muak lalu menarik lengan Nadia agar menjauh dari mereka. Gadis itu masih menyeimbangkan tubuhnya mengikuti pergerakan Alvan yang menyeretnya tiba-tiba.
Ukvan gerak cepat bertanya sebelum keduanya benar-benar menjauh. "Jadi, Resa kemana, Nad?"
"Nyamperin Resti, dia baru aja chat gue."
Setelah itu mereka menghilang di belokan lorong. Nadia menyusul Alvan yang sudah beberapa langkah didepan. Jawaban Nadia barusan membuat tiga orang yang mendengar speechless. Antara terkejut dan tidak percaya.
"Yang nge-chat Nadia siapa?" tanya Alga.
"Resti lah, masa Resa?" jawaban Miko tidak begitu meyakinkan.
"Siapa tau dua-duanya?" Ukvan berasumsi.
"Kok bisa gitu?"
"Karena .... gue juga nggak tau." Ukvan mengacak-acak rambut Alga.
Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan menuju ke kantin. Berbagai pemikiran tentang Resa masih bercokol di kepala. Meski tadi Ukvan bilang kalau Alga terlalu mengurusi hidup Resa, sejujurnya cowok itu juga memikirkan hal yang sama. Sementara Miko terlihat paling santai dan menganggap tidak begitu penting soal Resa. Ia saja malas jika soal asmaranya dirusuhi oleh teman-temannya, jadi Miko memilih tidak terlalu mencampuri urusan Resa karena dia lebih tahu bagaimana rasanya.
Sementara itu di ruang kelas Nadia, Alvan masih bersungut-sungut. Wajahnya ditekuk, Nadia terkikik geli.
"Lo nggak usah ramah, lah, sama mereka!" sentak Alvan membuat Nadia seketika menoleh.
"Kenapa?"
"Lo nggak muak ngadepin manusia kurang kerjaan kayak mereka? Gue, sih, kalau bisa mau melenyapkan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is You [On going]
Fiksi RemajaKalau diibaratkan bunga, kamu itu seperti mawar. Bagus tapi batangnya berduri dan susah diambil. Padahal didepan mata. Karena pada dasarnya kamu selalu dekat dan jauh dalam waktu yang sama. -Nadia Marshanda. Tentang Nadia. Tentang harapan-harapan ya...