Tenten dan Sakura duduk di reruntuhan bangunan yang menghadap langsung kearah reruntuhan pembangkit listrik yang waktu itu meledak.
"Itu pembangkit listrik yang meledak waktu itu kan?" Tanya Sakura sambil menunjuk kearah reruntuhan pembangkit listrik.
"Aa jadi kau masih mengingat nya?" Ucap Tenten sambil menyondorkan segelas kopi kepada Sakura.
Sakura menerima gelas kopi itu lalu mengangguk, tentu ia masih mengingat insiden itu karena mau bagaimana pun karena insiden itu ia jadi terjebak disini.
"Ohh ya, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Sakura menatap Tenten yang sedang meminum minumannya.
"Apa salah aku mengajak mu bicara?" Tanya balik Tenten dengan dengusan pelan nya.
"Bukan begitu maksudku" Ucap Sakura yang merasa tak enak ketika dirinya merasa baru saja menyingung perasaan Tenten.
"Tak apa, santai saja" Ucap Tenten menepuk pelan paha Sakura dengan gaya santai nya.
"Aku hanya ingin bicara, senang rasanya bisa bicara dengan wanita" Ucap Tenten dengan dengusan nya.
"Ah ya kau benar, kau satu-satunya perempuan disini ya maksud ku tentaranya" Ucap Sakura yang baru ingat akan fakta itu.
"Ya dan terkadang aku cukup bosan bicara dengan pria, kau tahu percakapan mereka kadang menyebalkan dan nyeleneh" Ucap Tenten dengan kekehan pelan nya.
"Begitukah?!" Ucap Sakura yang nampaknya lumayan kaget membuat Tenten mengangguk pelan.
"Kapten Sasuke juga kadang bicara yang nyeleneh meski pun dia dingin" Ucap Tenten membuat Sakura tak percaya.
"Benarkah? Itu sulit dipercaya!" Ucap Sakura menyerukan ketidak percayaan nya.
"Ya semua pria seperti itu" Jelas Tenten membuat Sakura mengangguk hingga suasana menghening.
Sakura menatap langit lalu meminum minumannya secara perlahan hingga ia kembali teringat pada Sasuke.
"Sersan Mayor Tenten" Panggil Sakura masih menatap lurus kearah langit.
"Ya Nona Sakura?" Sahut Tenten sambil menatap Sakura dengan satu alis yang terangkat.
"Kau tahu mereka pergi kemana? Mereka tidak benar-benar berbelanja bukan? Aku mendengar Sersan Sai dan Sersan Mayor Naruto tertangkap" Ucap Sakura menatap balik Tenten.
"Mereka pergi untuk menyelamatkan nya" Jawab Tenten pelan dengan senyum kecil di bibirnya.
"Apa mereka akan mati?" Tanya Sakura pelan sementara Tenten masih tersenyum.
"Aku percaya mereka akan pulang dengan selamat karena jika mereka mati, aku akan membenci Neji seumur hidupku" Ucap Tenten dengan kekehan pelan.
"Kau masih ingin bersama Sersan Neji meskipun tahu suatu saat dia akan pergi?" Tanya Sakura membuat Tenten mengangguk.
"Selama aku bisa melihatnya, ku rasa itu sudah cukup" Ucap Tenten pelan dengan senyum kecilnya.
"Bukankah kau mengkhawatirkan nya?" Tanya Sakura lagi membuat Tenten lagi-lagi mengangguk.
"Aku mengkhawatirkan nya setiap kali ia akan pergi melakukan tugasnya tapi berada jauh darinya lebih membuat ku khawatir" Jelas Tenten membuat Sakura terdiam.
"Sekujur sebelum ia pergi, kami sempat bertengkar" Ucap Tenten membuat Sakura mengangguk.
"Aku melihat kalian bertengkar tadi, apa masalahnya?" Tanya Sakura yang ingat bahwa ia melihat Neji dan Tente bertengkar.
"Dia menyuruhku untuk mengundurkan diri dari AD jadi kami bertengkar" Jawab Tenten dengan kekehan pelan nya.
"Mungkin dia mengkhawatirkan mu" Ucap Sakura sambil mengusap pelan punggung Tenten.
"Ya, aku tahu seberapa dia mengkhawatirkan ku dan mencintai ku" Jawab Tenten sambil menatap kearah langit.
Sementara itu didalam helikopter yang di tumpangi oleh Tim Delta nampak Sasuke dan rekan-rekannya tengah memasang perlengkapan nya.
Sasuke melepaskan kalung identitas nya lalu menatap kalungnya itu cukup lama membuat ia teringat pada ucapan mendiang kakeknya.
"Di masa yang akan datang akan ada lebih banyak pertumpahan darah, dunia tidak akan pernah berdamai tapi terus la berjuang demi tawa saudara-saudara sedarah kita dan jangan biarkan mereka menangis, jadilah seorang pejuang"
Sasuke menggenggam erat kalung itu lalu menegakkan kepalanya membuat aura kepemimpinan nya keluar.
"Kumpulkan kalung identitas kalian, jika kita mati pada misi ini maka tak boleh ada yang tahu siapa kita dan dari mana kita berasal" Ucap Sasuke membuat para rekan-rekan nya mengangguk.
"Jika kita mati hari ini maka seragam yang kita kenakan adalah kain kafan kita dan jika kita mati maka kita akan mati disana, mati sebagai seorang pejuang" Lanjut Sasuke mengulurkan tangannya.
Neju meletakkan kalung identitas nya ditangan Sasuke dan disusul Shikamaru hingga Sasuke menggenggam erat kalung itu.
"Tapi akan saya pasti kan tidak akan ada yang mati hari ini" Ucap Sasuke mantap membuat Neji dan Shikamaru mengangguk.
"Kapten kita sudah mulai dekat" Ucap pilot helikopter khusus yang mereka tumpangi itu.
Sasuke mengangguk lalu menggantungkan kalung miliknya dan rekan-rekan nya itu disebuah gantungan di dalam helikopter itu.
Helikopter itu pun mendarat membuat Sasuke, Neji dan Shikamaru segera turun dari helikopter itu.
Shikamaru mengeluarkan kain hitam panjang dari dalam tasnya lalu melemparkan nya kearah pohon hingga ujung kain yang ia lempar kembali kebawah.
"Lakukan seperti biasa" Ucap Sasuke membuat Neji dan Shikamaru mengangguk mantap.
"Jaga dirimu Big Bos" Ucap Neji sambil menyentuh lengan Sasuke membuat Sasuke mengangguk pelan.
Sasuke pun mengeluarkan senjatanya dan mulai berjalan dengan senjata yang siap menembak sementara Shikamaru melilitkan tubuhnya dengan kain yang tadi ia lempar hingga ia berada cukup tinggi.
Shikamaru pun mengeluarkan pistol jarak jauhnya kearah sebuah gedung yang mana disana terdapat Sai dan Naruto.
Neji mengangkat tangannya membuat helikopter yang ia tumpangi tadi kembali terbang sementara ia mengambil jalan yang berseberangan dengan Sasuke.
Hari semakin gelap namun Sasuke terus berjalan meskipun ia tak bisa melihat dengan jelas jalan yang ia lalui hingga tiba-tiba suara Shikamaru terdengar melalui alat yang terpasang di telinga nya.
"Mereka memukul Mayat, haruskah aku menembak sekarang?" -Shikamaru.
"Tahan tembakan" -Sasuke.
"Cantik diposisi ganti" -Neji.
"Dimengerti" -Sasuke.
Sasuke membuka pintu gedung tempat Naruto dan Sai disekap membuat semua orang didalam sana terkejut termasuk Toneri yang juga ada didalam sana.
"Wah lihat siapa tamu kita? Big Bos!!" Ucap Toneri dengan tepuk tangannya diiringi tepuk tangan anak buahnya.
"Apakah dua orang ini sangat penting sehingga tentara Jepang mengirimkan mu Big Bos?" Tanya Toneri dengan seringainya.
Sasuke mengedarkan pandangannya menghitung jumlah orang didalam ruangan itu lalu menatap Sai dan Naruto yang babak belur dengan tangan terikat pada sebuah besi.
"Kenapa kau datang?!!" Teriak Naruto dengan pandangan yang berkilat marah kearah Sasuke.
"Ku pikir kau akan senang" Sahut Sasuke dengan seringainya sambil mempererat pegangan senjatanya.
"Big Bos, Big Bos nyali mu memang besar seperti Sang Gagak!" Ucap Toneri membuat Sasuke menatapnya tajam.
"Jangan terpancing ucapan nya Big Bos" -Shikamaru.
"Anda punya cukup nyali untuk membicarakan gagak didepan saya" Ucap Sasuke cukup tajam.
"Tentu saja aku berani, aku yang menembaknya" Ucap Toneri dengan seringai licik nya membuat mata Sasuke berkilat.
"Tahan emosimu Big Bos!" -Neji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Descendants of the Moon
FanficKisah ini bermula pada undangan dari Tentara Angkatan Darat Jepang kepada girlband Oxy untuk tampil pada hari terakhir tugas para Tentara Angkatan Darat di Albania namun siapa sangka sebuah ledakan terjadi tanpa di duga membuat suasana kacau. Empat...