Selama ini Cara suka kesal sendiri pada dosennya jika si bapak dosen membatalkan kelas secara tiba-tiba. Yah, namanya juga kuliah, bukan sekolah menengah. Jika tidak ada yang mengajar bukan berarti kelas itu ditiadakan, melainkan harus diganti di hari yang lain. Dan Cara benci jika harus masuk kuliah di waktu yang tidak seharusnya.
Tetapi, khusus untuk hari Senin di minggu depan ketika Pak Leeteuk yang sibuk bukan kepalang itu membatalkan kelas karena harus mengikuti seminar di kota sebelah, Cara senang sekali. Dengan ini berarti ia bisa berlibur tanpa perlu takut absennya hari Senin itu akan dicoret.
Hari ini hari Kamis, yang berarti besok liburannya bersama Chanwoo akan dimulai. Senin kemarin setelah suaminya itu pulang dari kantor, Chanwoo menyampaikan kabar gembira bahwa ia diizinkan untuk mengambil cuti di hari Senin depannya. Cara nggak tahu dan nggak peduli bagaimana cara Chanwoo meyakinkan bapaknya, yang penting mereka punya jatah libur tambahan.
"Koper kita ditaruh di ruang tamu aja ya dari malam ini biar besok enak ngeluarinnya," Chanwoo menepuk pundak Cara yang masih sibuk memasukkan beberapa baju mereka ke dalam koper.
"Siap komandan," ia menurut saja dengan pihak yang sudah mengalirkan dana untuk liburan mereka. Nggak sampai ke Jeju sih, Cara dan Chanwoo akan menghabiskan liburan mereka di pantai. Cara tidak terlalu peduli kemana mereka akan berlibur, yang penting ia bisa menjauh sejenak dari rutinitas sehari-hari.
Setelah itu Chanwoo menghilang, dan beberapa menit kemudian kembali dengan dua sepeda lipat di tangan. Cara menganga, bisa-bisanya suaminya ini menggotong dua sepeda sendirian ke ruang tengah.
"Ini buat apaan?"
Mata Chanwoo menatap Cara aneh. "Buat dinaikinlah. Masa lo udah lupa fungsinya sepeda, sih? Makanya ikut gue tiap Minggu pagi sepedaan keliling kompleks," ucapan Chanwoo ini segera dihadiahi lemparan sapu tangan gratis dari sang istri.
"Udah udah, gue lagi nggak mau berantem. Ayo cepat berkemas biar cepat tidur," Cara mengangkat tangan dan meninggalkan Chanwoo di ruang tengah, ingin kembali mengaduk lemari untuk mencari baju yang pas digunakan ketika bersepeda.
Suaminya menaruh sepeda di samping koper mereka, lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Hari ini ia mau menurut saja dengan Cara, tidur lebih cepat—meski game console di ruang tengah itu amat menggoda untuk dimainkan.
Tidak, ia tidak boleh begadang malam ini. Chanwoo harus menabung energinya karena besok dialah yang harus menyetir mobil hingga di tujuan, mengangkat koper ke kamar mereka, memastikan bahwa di kamar mereka tidak ada kamera tersembunyi karena Cara selalu parno bila menginap di tempat umum, dan juga jaga-jaga jika istri cantiknya itu mendadak ingin bersepeda di sore hari.
Jangan lupa, malamnya ia punya kewajiban untuk menjalankan misinya.
Chanwoo menatap punggung Cara yang masih pusing memikirkan outfit untuk beberapa hari ke depan. Tuhan, tolong bantu dia agar misi mulianya terlaksana dengan baik.
.
.
.
Perjalanan ke pantai memakan waktu beberapa jam. Selain karena terpaksa melewati beberapa titik kemacetan, Cara dan Chanwoo terkadang berhenti untuk sekadar melihat-lihat pemandangan atau membeli jajanan di minimarket yang mereka lewati.
Sesampainya di kamar hotel, Cara segera merebahkan tubuh di tempat tidur hotel mereka.
"Capek banget..." gumamnya.
Chanwoo ikut-ikutan berbaring di sebelahnya. "Gue capek banget dari tadi nyetir sekaligus berdebat sama istri gue tentang apakah ayam duluan atau telur duluan yang pertama kali muncul di dunia ini," sedetik setelah mengeluh, Chanwoo mengaduh karena orang yang dibicarakan langsung melayangkan pukulan ringan di perutnya.
"Cara!"
Yang diteriaki pura-pura tidak mendengar. Tapi kemudian Cara meletakkan ponsel yang ia mainkan dan menoleh ke arah suaminya—yang masih menggumam kesal sehabis kena pukul.
"Kamu ngomong apa sih ke Papa sampai kamu boleh cuti tambahan demi memperpanjang liburan?"
Seketika Chanwoo membeku. Pikirannya kosong. Pengen sih menjawab kalau dia bisa memperoleh izin Papa karena Chanwoo sudah menjanjikan cucu pada bapaknya, tapi dia takut kalau Cara bakal marah.
"Oi?" Cara kini terduduk dan menepuk-nepuk pelan wajah suaminya yang masih diam bak terkena mantra Petrificus Totalus.
Asli, Chanwoo rasanya ingin menarik tangan istrinya dan segera melaksanakan ikrar yang sudah dia ucapkan pada sang ayah, namun ia masih bisa mengendalikan diri. Masih sore, tunggu nanti malam.
"Kok lo diem-diem aja, sih? Nggak berantem sama Papa, kan?"
Diamnya Chanwoo malah memberikan pikiran aneh di kepala Cara. Dia nggak tahu aja kalau si ayah mertua sangat mendukung liburan ini karena diiming-imingi bakal cepat dapat cucu oleh Chanwoo.
"Chan?"
"Ah, udahlah. Ntar aja kita bahas itu. Sepedaan yuk!" Chanwoo bangkit dari ranjang dan menarik tangan istrinya yang masih bingung keluar kamar.
.
.
.
Cara memijat betis yang pegal. Sore ini ia dan Chanwoo menghabiskan waktu dengan bersepeda sepanjang pantai. Menyenangkan sih, namun sekarang ia agak menyesal kenapa terlalu bersemangat mengayuh sepeda. Rasanya kaki seolah mau copot saja.
"Scallops yang tadi enak juga ya?" si Nyonya Jung menoleh pada suaminya yang baru saja kembali dari kamar mandi. Maklum, saking laparnya Chanwoo sehabis bersepeda, ia makan banyak sekali ketika mereka makan malam di restoran hotel.
"Mmm..." Cara menggumam tak jelas dan kembali memijit betis yang pegal. Gawat, bisa-bisa rencana mereka untuk berenang di pagi hari besok tidak akan terlaksana jika tubuhnya terlalu lelah. Hah, padahal Cara sudah membayangkan segarnya air laut sejak jauh-jauh hari.
Chanwoo memperhatikan istrinya, lalu berlutut dan meraih kaki kanan Cara.
"Kamu sih jarang sepedaan, sekalinya main sepeda langsung sakit kan kakinya," pria itu mendorong tangan Cara dan perlahan memijat betis istrinya.
Cara membiarkan saja betisnya dipijat oleh Chanwoo. Sesekali dimanjakan seperti ini tak ada salahnya. Kan jarang-jarang seorang Jung Chanwoo bersikap sweet begini pada istrinya, yang ada juga biasanya mereka berantem tanpa alasan yang jelas.
Cewek itu menumpukan tangan di kedua sisi paha, lalu mengamati wajah Chanwoo lekat-lekat.
"Kamu ganteng banget," tahu-tahu kalimat itu meluncur keluar dari mulutnya.
Chanwoo mengangkat wajah terkejut, dan Cara dengan cepat menutup mulut dengan telapak tangan, kaget karena ia tidak sengaja mengeluarkan isi pikirannya.
Shit, he looks furious.
Walau Cara nggak ngerti kenapa Chanwoo berwajah seolah ia akan menerkam seseorang saat ini.
"Cara..."
"Ya?" Cara menimpali takut-takut, habis ia tak pernah ditatap dengan sebegini buas oleh suaminya sendiri.
"Let's sleep together."
Sleep? As in 'sleep' like usual?
"Tidur kayak biasa?" Otak Cara rada lemot kalau soal beginian.
Chanwoo terkekeh, namun tak mengurangi intensitas tatapannya. Dan sebelum Cara sempat mengelak, pria itu mendorong sang istri hingga Cara berbaring diatas tempat tidur. And he fling himself on the top of her.
"Bukan Sayang, tidur yang seperti ini," Chanwoo menutup jarak diantara mereka dan menutup mata kala bibirnya menyentuh bibir Cara.
.
And suddenly Cara feels that not only her legs are aching up, but her entire body will too.
KAMU SEDANG MEMBACA
husband | jung chanwoo
RomancePunya suami kayak Chanwoo itu antara cobaan ataupun nikmat dari Tuhan. start : 190107 end : ?