report

514 39 0
                                    

Chanwoo membuka mata perlahan. Pria yang baru saja tamat kuliah itu mengerjapkan mata beberapa kali. Dilihatnya Cara yang beberapa menit lalu terlelap di sampingnya, saat ini sedang sibuk mengubek meja di pojokan kamar. Chanwoo mendudukkan diri dan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.

Mendengar tempat tidur yang berderak akibat ulah Chanwoo, Cara menoleh.

"Yah, kebangun? Sorry babe," wanita itu melemparkan senyum maaf pada sang suami. Chanwoo memang peka sekali terhadap cahaya ketika sedang tidur.

"Nyari apaan sih?" Chanwoo bertanya dengan suara parau khas bangun tidur.

Cara mendesah lelah. "Aku baru ingat besok deadline ngumpulin laporan praktikum ekologi," maklum, mahasiswa biologi memang harus selalu peduli dengan laporan praktikum.

"Terus kenapa? Kamu udah ngerjain dari minggu lalu bukan?" soalnya sepulang dari acara wisuda Chanwoo, Cara langsung fokus mengerjakan laporan praktikumnya.

"Iya, tapi aku cari dari tadi nggak ada."

Laporan praktikum ekologi harus dikerjakan di folio dan ditulis tangan, makanya sekarang Cara nyaris menangis mencari-cari folio berharga tersebut. Chanwoo nggak bisa melihat wajah istrinya karena Cara tengah memunggunginya, tapi dari suara wanita itu, Chanwoo tahu Cara sedang panik tingkat dewa.

"Sini aku bantuin," Chanwoo beranjak dari tempat tidur dan ikut mencari, kali ini di rak penuh berisi kertas-kertas catatan biologi Cara.

Setengah jam mereka mencari, laporan masih belum ditemukan.

Cara terduduk lesu di ujung tempat tidur. Sekarang sudah jam 2 pagi, dan jam 7.30 nanti kelas ekologi dimulai. "I can't even write another report within this time," rasanya Cara mau menangis. Ia taruh dimana laporannya itu? Cara bersumpah ia sudah menyelesaikan laporan sejak beberapa hari yang lalu.

Chanwoo ikut duduk di pinggiran tempat tidur dan menarik Cara ke dalam pelukan. "Actually want to give you some encouraging words, but this situation is just too suck that I don't know any words to say," habisnya ini menyangkut laporan praktikum. Chanwoo yang pernah menjadi anak kuliah juga tahu betapa pentingnya benda itu. Cara bisa terancam mengulang mata kuliah bila ia tidak mengumpulkan laporan.

"Kemana ya laporanku? Masa hilang sih," Cara setengah bergumam sembari mengeratkan pelukan pada sang suami.

"Coba sih nanya si Yoojung, kali aja ketinggalan di apartemen dia pas kamu main kesana kemarin," usul Chanwoo.

Seketika itu juga wajah Cara berubah menjadi cerah. "Omaigat, bener juga lo!" dengan cepat Cara mengambil handphone dan menelepon temannya.

"Cih, pake Line biar nggak keluarin pulsa," komentar Chanwoo tidak jelas. Pria itu meletakkan kepala di bahu Cara, ikut memperhatikan layar handphone Cara.

"Bagus dong. Pengeluaran lo semakin berkurang kan," sahut Cara. Tak lama, Yoojung mengangkat telepon. Cara langsung heboh dan berdiri, lupa kalau suaminya sedang bersandar padanya. Akibatnya Chanwoo sedikit terjengkang dari duduknya.

"WOI YOOJUNG LAPORAN GUE ADA DISANA NGGAK?" dan Chanwoo butuh untuk melotot seraya meletakkan telunjuk di depan mulut agar Cara sadar kalau saat ini jam 2 pagi. Bisa-bisa satu RT bangun karena teriakan Cara. Cara meringis, lalu mengubah panggilan menjadi speaker agar suaminya juga bisa ikut mendengar.

"Laporan ekologi lu?" terdengar sekali kalau Yoojung baru bangun tidur dan belum konek, tapi Cara nggak peduli.

"Iya Yoojungku sayang, laporan yang dikumpulin nanti."

"Lah, sengaja lu tinggal kan disini? Soalnya lu pelupa, makanya lu yang nyuruh gue buat nyimpen dulu laporannya biar sekalian gue bawa nanti."

Damn, Cara benar-benar lupa. Ia jadi ingat kemarin memang berkata seperti itu pada Yoojung.

"Anjir, gue lupa beneran. Pantes udah nyari kesana kemari nggak ketemu. Yaudah, tidur aja lagi Yoojung, makasih banyak!" Cara menutup sambungan telepon dan bernapas lega. Ia memang pelupa, apalagi kalau menyangkut dengan tugas. Makanya saat bermain bersama Yoojung kemarin, laporan ia tinggalkan pada temannya yang paling teliti itu.

Cara beranjak kembali ke tempat tidur, tapi sebelum ia sempat merebahkan diri, lengannya mendadak ditarik.

"Aduh!"

Detik berikutnya wajahnya merona malu, saat mendapati kalau Chanwoo menariknya hingga duduk di pangkuan suaminya.

"Dasar pikun," kata Chanwoo yang membuat Cara tertohok. Ia langsung meronta, tapi Chanwoo memeluk pinggangnya dengan erat.

"Lu tau nggak sih gue panik banget tadi? Khawatir gue istri gue terpaksa ngulang matkul kalau nggak ngumpulin laporan. Dan gue ngantuk banget, pokoknya kalau besok gue ketiduran pas interview kerja dan nggak dapet kerja, itu salah lu semua," saking ngantuknya kayaknya Chanwoo juga melantur, deh.

Cara sebenarnya ingin kesal, tapi tidak bisa. Toh, dia juga yang sudah membuat Chanwoo ikut begadang malam ini. Pagi lebih tepatnya. Ia nyengir saat melihat wajah bete Chanwoo.

"Iya deh maaf udah bikin panik," perempuan itu mengecup sekilas pipi Chanwoo. "Ayo sekarang lanjut tidur."

"Cium di sini dulu," Chanwoo menunjuk bibirnya. Cara mendelik. Tapi ia tetap mendekatkan wajah dan mengecup bibir Chanwoo. Suaminya langsung menarik Cara hingga mereka berbaring di tempat tidur.

"Chanwoo—"

"—aku nggak ngapa-ngapain kok. Ayo tidur," sebelum Cara sempat mengomel, Chanwoo langsung menarik selimut hingga menutupi mereka berdua dan memeluk istrinya lalu memejamkan mata.

Cara mendengus. Tapi setelahnya ia tersenyum. Well, Chanwoo memang suka iseng dan keterlaluan, tapi dia juga suami yang baik, yang tidak sungkan memberi bantuan pada istrinya meskipun Cara sering merepotkan.

"Sleep tight, babe," bisiknya sebelum berlanjut ke alam mimpi.

husband | jung chanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang