hands and hugs

2K 99 3
                                    

Gue menunggu lo masuk ke dalam rumah. Memperhatikan lo dari dalam mobil, begitu gue pastikan lo udah di dalam rumah, gue pun pergi.

Tapi sebelum gue menarik rem tangan dan menginjak gas, gue terdiam sejenak.

Ada apa ya Li tadi?

What's with that feeling? The urge to... hold your hand?

Gue memikirkan hal yang baru saja terjadi tadi.

Sebelum lo turun dari mobil gue, we said good bye to each other and then we high fived. Itu hal yang biasa. Tetapi yang berbeda adalah setelah kita tos, gue menahan tangan lo—gue memegang tangan lo. Gue merasakan hangatnya tangan lo untuk beberapa detik.

Gue mengerjap-ngerjapkan mata tadi. Bingung, begitu juga dengan lo, tapi kemudian lo tersenyum dan kita pun berpisah.

Aneh.

Hmm...

kayaknya ini bukan pertama kalinya...

Perasaan kayak gini juga pernah muncul ketika gue ketemu lo setelah selesai berkutat dengan sebuah acara dimana gue menjadi VPO dari acara tersebut—iya acara yang lo yakinkan gue bahwa gue bisa dan mampu untuk membuat acara itu berjalan dengan baik, tetapi perasaan itu muncul bukan untuk menggenggam tangan lo tapi untuk memeluk lo.

I did. I did hug you.

Gue nggak begitu mengingat bagaimana ekspresi lo setelahnya, yang gue ingat, gue seneng banget kala itu.

Ada lagi momen yang gue ingat dimana perasaan aneh ini muncul, tepatnya saat gue memberi tahu lo bahwa kakak gue akan segera menikah. Seharusnya gue yang seneng—iya gue seneng kok tapi kayaknya lo jauh lebih seneng dari gue haha.

"sama yang pacarnya itu kan?? Bang Jef??" Tanya Lia pada Ichad. Lia refleks menggenggam tangan Ichad, mengayun-ayunkannya.

"Iya Liaa, kok lo seneng banget?"

"Seneng lah! gue suka banget aja kalau ngeliat mereka berdua..." Ucap Lia namun tampaknya Ichad tidak mengerti, "nggg... nggak menjelaskan banget ya jawabannya?"

"Nggak." Ucap Ichad tertawa singkat.

"Haha ya pokoknya gue seneng ngeliat mereka! makanya seneng banget juga pas dapet kabar ini."

Gue... nggak begitu bisa mencerna perkataan lo setelahnya—setelah lo tiba-tiba menggenggam tangan gue. Sebagian dari diri gue nggak ingin melepaskan tangan lo Li. Gue yakin, itu yang gue rasakan saat itu.

Rasa-rasanya, perasaan ini tuh familiar.

It happens a lot yet i never figure this things out.

Ya sudahlah, mungkin nanti gue akan menemukan jawabannya.

Nanti.

Entah kapan.

Mungkin, nggak semua hal yang gue rasakan perlu gue cari tahu justifikasinya.

Gue menatap layar handphone gue yang tiba-tiba menyala. Oh iya, sampe lupa kalau gue masih ada janji untuk main ke rumah Rezky malam ini. Dia kemarin baru aja sampai ke Indo, makanya hari ini gue sama anak-anak yang lain mau main ke rumahnya.

Yuklah cabut.

Gue pun menurunkan rem tangan, menginjak gas, meninggalkan rumah Lia.


\\\\\


"Lama amat lo abis darimana sih?" Ucap Chandra yang habis dari kamar mandi, melihat Ichad yang akhirnya datang.

"Nonton." Jawab Ichad singkat sembari menyantap cemilan yang ada di depannya sembari memperhatikan Rezky dan Adnan yang sedang bermain PS—FIFA lebih tepatnya.

stop & stareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang