so, what happen after we 'stop & stare'? (2)

340 48 17
                                    



"C-chad..." Lia memalingkan wajahnya ke sebelah kiri, berusaha menghindari tatapan Ichad.

"Hmm?" Tanya Ichad. Tenang dan tersenyum.

Sementara Lia bingung setengah mati.

"J-jangan liat gue kayak gituuu..." Tatapan itu. Lia tahu tatapan itu. Tatapan yang selalu berhasil membuat dirinya mendadak gelisah dan jantungnya yang berdegup dengan kencang. Tatapan yang... membuat Lia meragukan semua ini, membuat Lia berpikir ulang tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya dan Ichad.

"Emangnya kayak gimana...?" Tanya Ichad bingung.

Mengingat perkataan Ichad tadi... sekarang Lia mengerti.

Lia mengerti kenapa tatapan itu selalu saja membuatnya deg-degan.

Karena tatapan itu... tatapan Ichad yang membuat Lia merasa disayangi.

"Chad gue maluu..."

Ichad menggaruk tengkuknya, meskipun Ichad sangat yakin dengan apa yang baru saja ia katakan, rasa deg-degan itu tetap aja bisa menghampirinya ya..., "Li... ih nggak salah, seorang Lia malu sama gue?" Ucap Ichad tertawa namun diam-diam ia juga masih berusaha menenangkan dirinya.

Tadi perasaan nggak se-deg-degan ini...

Kini Lia memberanikan diri untuk menatap Ichad, ia tidak lagi memalingkan wajahnya namun Lia menutup setengah bagian dari wajahnya dengan kedua tanganya, menyisakan matanya yang kini tepat lurus menatap mata Ichad.

"Because i kinda feel the same way too..."

Lia nggak pernah menyangka bahwa ia akan mengatakan hal seperti itu kepada Ichad, bahkan Lia nggak pernah menyangka ia akan memiliki perasaan spesial terhadap teman dekatnya ini.

Risjad Ardhan.

Seseorang yang... jika Lia ingat-ingat, hampir selalu ada di beberapa momen dalam hidupnya.

Seseorang yang sering tiba-tiba muncul di benak Lia pada berbagai waktu,

Ketika Lia senang, ketika Lia sedih, ketika Lia sedang bosan—Ichad selalu ada, bahkan keberadaanya terkadang sangat menghibur, atau bahkan ketika malam-malam suntuk penuh deadline tugas kuliah—Iya, ternyata Ichad selalu ada.

Entah mengapa rasanya momen-momen tersebut sengaja tiba-tiba datang menghampiri benak Lia dan baru membuatnya sadar.

Sadar akan perasaanya, begitu juga dengan keberadaan Ichad.

Ichad yang selalu ada.

Rasanya semua keraguan yang selalu Lia pertanyakan hilang dalam sekejap. Bergantikan ketenangan dan kenyamanan karena... sekarang Lia bisa mengeskspresikan rasa sayangnya terhadap Ichad.

Lia mengerjap-ngerjapkan matanya.

Ichad terdiam, kaku.

Mata Ichad membelakak.

"Li–bentar, giliran gue sekarang yang malu ya..." Ucap Ichad memalingkan wajahnya ke sebelah kanan, bahunya turun perlahan-lahan... Ichad lemas...

Hening.

Selama beberapa detik.

Bahkan... hampir sampai satu menit?

Tiba-tiba Lia tertawa, "Chaad gue pengen liat lo tapi gak berani liat lo..." Ucap Lia berusaha menarik pundak Ichad agar tidak memunggungi dirinya, "gimana doong...."

stop & stareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang