a moment of silence

280 53 8
                                    


Ini lah yang terjadi kalau kakak lo, berteman dengan kakak dari teman lo dan lo pun dekat dengan mereka berdua.

"..."

"..."

Baik Ichad maupun Lia tidak ada yang mengeluarkan kata satu pun.

Ichad menatap kebawah, ke arah sepatunya dan memainkan kakinya.

Lia menenteng kantung plastik di tangan kirinya lalu tangan kanan nya memegang handphone—dan ia pun memainkanya.

Mereka berdua berdiri berdampingan, menunggu kakak mereka masing-masing yang sedang ke toilet.

Diam-diam, Ichad setengah mati menahan dirinya untuk nggak menyapa Lia karena sepertinya—kalau dilihat dari raut wajah Lia—sepertinya Lia sedang tidak ingin diajak mengobrol.

Sebenarnya Ichad bingung banget... sepertinya ia telah melakukan kesalahan? tapi setelah berpikir berkali-kali, Ichad nggak menemukan hal apa yang telah ia lakukan hingga membuat Lia menjadi seperti ini karena akhir-akhir ini Lia seperti bukan 'Lia' yang Ichad kenal.

Di sisi lain, Lia berusaha untuk nggak menatap mata Ichad sama sekali. Ichad adalah orang terakhir yang ingin ia temui akhir-akhir ini tapi ternyata... malah begini keadaanya.

Agenda Lia dan Kakaknya hari ini adalah pergi ke bazaar di sebuah pusat perbelanjaan di bilangan Jakarta bersama Kak Rissa—yaa meskipun Lia sedang merasa tidak ingin bertemu dengan Ichad, kalau dengan Kakaknya mah Lia nggak ada masalah—Lia lagi kangen malah dengan Kak Rissa.

Lia nggak menyangka ternyata Kak Rissa nggak akan pulang bersama dirinya dan kakaknya melainkan di jemput Ichad karena habis ini mereka akan fitting baju untuk baju adat yang akan dikenakan keluarga mereka saat pernikahan Kak Acha nanti.

Sedari tadi Lia berusaha untuk tetap terlihat normal—terlihat tanpa ada masalah dengan Ichad—di depan kakaknya dan Kak Rissa namun bagaimana caranya kalau Lia aja nggak mau menatap Ichad sama sekali? itu kan jauh dari kata normal?

Duh sebenernya... gue kan sama Ichad gaada masalah... cuma gue nya aja yang gini...

Lia jadi nggak enak... kalau diingat-ingat tadi saat Ichad tiba-tiba muncul di hadapanya, Lia kaget setengah mampus. Ichad menyapa Lia dengan senyum tapi Lia hanya membalasnya dengan raut wajah kaget dan matanya yang mengerjap-ngerjap. Tangan nya pun melambai kaku ke arah Ichad.

Aduh kalau dipikir-pikir tadi tuh aneh banget...

Untung tadi kakaknya dan Kak Rissa sedang sibuk melihat-lihat baju. Setidaknya mereka tidak menyaksikan sapaan teraneh yang pernah ada itu.

Dengan berbekal rasa salah dan ketidak nyamanan yang menghantuinya, Lia pun mencoba untuk mengobrol dengan Ichad, "Ngg... Chad."

Ichad yang tadi menatap handphone nya kini sontak menatap Lia, "Yaa?"

Nafas lia tercekat. Ada sesuatu yang menggelitik di dalam tubuhnya begitu mendengar nada suara Ichad, tapi Lia nggak yakin itu apa. Wajahnya pun memanas.

"B-baik banget mau jemput Kak Rissa..."

Ichad tersenyum, "hehe kalau habis ini nggak harus fitting baju juga gue mager Li..." Ucap Ichad meringis, "tugas gue lagi banyak banget nih..."

Lia menatap wajah Ichad.

"Deadlines?"

Ichad mengangguk, "Yap seperti biasa." lalu tersenyum.

Lia dapat melihat samar-samar kantung mata Ichad dan raut wajahnya yang terlihat lelah.

Setelah beberapa hari belakangan ini Ichad terus mengganggu pikiranya, akhirnya Lia dapat bertemu dengan Ichad secara langsung. Ada secercah rasa yang sepertinya Lia rasakan.

Gue... kangen ngobrol sama lo deh Chad.

Bagaimanapun juga, Lia akui bahwa Ichad itu sudah seperti menjadi bagian dari keseharianya, rasanya aneh setelah tidak bertukar kabar selama berhari-hari.

Tetapi gimana ya? Bahkan Lia pun sampai sekarang nggak mengerti alasan dibalik tingkahnya yang menurutnya aneh ini.

"Yuuk!" Ucap kakaknya dan Kak Rissa yang kini sudah berada di hadapan mereka berdua.

Lia dan Ichad berjalan dibelakang kakak mereka, berdampingan.

Lia nggak nyaman banget kalau mesti begini terus dengan Ichad—begitu juga dengan Ichad.

Mereka terus berjalan sampai akhirnya harus berpisah, Kak Rissa dan Ichad harus turun sekali lagi ke lantai bawah karena Ichad memarkirkan mobilnya di lantai B1.

Sampai berpisah dengan Ichad pun Lia nggak mengeluarkan kata-kata apapun selain, "Bye Chad."

Lalu Ichad menjawabnya dengan senyum.

Begitu menatap Ichad yang berjalan semakin menjauh, Lia semakin yakin bahwa ada yang salah dengan dirinya dan ada yang salah antara dirinya dan Ichad.



\\\\\

Mungkin, Lia nggak pernah lihat those sparks in Ichad's eyes setiap bertemu denganya—dan mungkin, Ichad juga nggak pernah sadar bahwa his eyes always sparkle when he meets Lia.

stop & stareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang