Chapter 16

140 16 2
                                    

Sakura berjalan kearah kami berdua. Dia melihat kami berdua bergantian. Ya, tuhan aku bisa melihat dia seperti gelas yang retak. Aku tidak ingin menyakitinya. Tidak ada lagi kini senyumnya semuanya hilang karena wanita jalang ini.

“Maaf aku meganggu kalian berdua.” Dia berkata seperti dia adalah lalat peganggu. Aku ingin mengatakan bahwa dia bukanlah peganggu.

“Bisakan kita pulang, Seungyoun.” Aku mendengar suaranya menjadi sendu.

“Baiklah, ayo.” Aku bangkit dan wanita jalang itu bangkit dari duduknya. Dan dia berbisik kepadaku. Dengan suara yang sedkit kencang. Aku tahu dia sengaja ingin Sakura mendengarnya.

“Hubungi aku jika kau tidak puas.” Lalu dia pergi.

Aku sekarang ingin meninju wajah wanita ini. Aku tidak perduli dia adalah seorang wanita. Setelah Hani berjalan meninggalkan kami berdua. Sakura membelakangiku berjalan di depanku. Aku tahu dia marah denganku. Aku ingin dia tahu aku tidak mencium wanita jalang ini. Aku seharusnya tidak dekat dengan wanita ini.

Aku mempercepat langkahku. Aku menarik lengan Sakura. Aku sangat takut di akan menepis tanganku tapi dia tidak. Aku bersyukur dengan itu.

“Sakura, apa yang kau lihat tadi tidak sama dengan pikiranmu.” Aku berharap dia mengerti. Tapi sepertinya dia tidak akan mengerti.

“Apa kau tahu, apa yang kupikirkan?” Dia menjawab dengan sakartis.

Sial, kini aku seperti bajingan. “Sakura.” Aku bergumam rendah ingin dia mengerti.

Tapi dia tidak menjawab dia hanya diam. Dan sepanjang perjalan kami di taksi dia hanya diam. Aku takut dengan kediamannya ini. Aku tidak perduli dengan semua orang didunia ini membenciku. Hanya dia, hanya dia satu orang yang aku perduli. Aku tidak ingin dia membenciku. Aku tidak ingin dia mendiamiku. Aku tidak ingin dia sedih karena aku. Aku melihat dia menagis tanpa suara. Dia melepaskan genggamanku. Tapi aku menggenggamnya lebih erat, aku tidak ingin dia melepaskannya. Aku ingin dia tahu aku tidak pernah mencium Hani. Aku tidak ingin dia menangis seperti itu.

Dia menghapus air matanya. Mengapa dia yang menghapus bukan aku. Aku adalah pria brengsek paling brengsek di dunia ini.

“Sakura.” Aku berbisik pelan. Tapi dia hanya diam lagi.

Aku benci da seperti ini. Aku ingin dia berteriak padaku. Menamparku kalau itu yang dia inginkan. Namun dia hanya diam.

Aku mendesah. Hatiku kacau. Aku ketakutan. Aku membayangkan dia pasti kecewa denganku.
Ketika aku membayar ongkos taksi, Sakura langsung keluar dari taksi dan bergegas masuk kedalam apartemennya. Akupun bergegas menyusulnya. Aku menarik tangannya. Dia menatapku dengan tatapan kosong. Aku tidak melihat dirinya disana. Aku akan menjelaskan segalanya agar dia mengerti kalau aku tidak menghianatinya.

“Sakura, Aku bersumpah aku tidak menciumnya. Dia yang memulainya dan aku tidak membalas ciumannya. Aku mohon percaya padaku.”

Sakura mendesah kesal. “Aku tidak ingin membicarakannya sekarang. Kepala ku sakit. Aku hanya ingin tidur. Pulanglah, aku ingin sendirian.”

Kata-kata itu terdengar menusuk di jantungku. Apakah dia mengusirku. Apa dia membuangku. Aku berusaha setenang mungkin tapi aku tidak bisa. Aku tidak akan pernah bisa tenang jika dia seperti ini. "Sakura, aku mohon. Kita harus bicara. Aku tidak melakukannya.”

Dia melepas tangannya yang aku genggam. “Kita akan bicara nanti. Aku lelah.”

Aku tidak bisa berkata apapun. Aku hanya mengangguk pelan. Dia pergi menuju lift tapi aku masih didalam lobi apartemennya. Melihat dia masuk kedalam lift dengan wajah sedih. Tuhan aku adalah manusia paling idiot di muka bumi. Aku tidak pernah menyesali tindakanku seumur hidupku. Seharusnya aku tidak terlibat dengan banyak wanita untuk mengalihkan pikiranku darinya. aku hanya berharap semoga dia tidak memutuskan hubunganku dengannya.

Aku kembali ke apartemenku. Aku meringkuk di tempat tidur. Aku menanti panggilan atau pesan dari Sakura tapi sampai tengah malam tidak ada kabar dari dia dan aku berusaha sabar. Aku mengerti dia pasti kecawa atau marah kepadaku.

Sudah dua hari aku tidak keluar dari apartemenku. Aku mengiriminya benyak pesan dan panggilan tapi. Dia mengabaikannya. Aku meminta maaf lusinan kali. Dia tetap tidak membalasnya. Aku mengiriminya pesan suara dia tetap tidak membalasnya. Aku sekarang benar-benar ketakutan.

Kalian bisa memanggilku pria yang berlebihan, pria gila yang sedang di mabuk cinta, pria bodoh atau apapun itu aku tidak perduli. Aku mencintai wanita ini sejak lama dan aku berhasil mendapatkannya tapi aku sekarang menyakiti perasaannya.

Aku keluar dari kamarku menuju dapur. Aku melihat Hyewon dam Joshua di meja bar sedang berbicara. Aku membuka kulkas dan mengambil bir.

“Kau sangat kacau.” Hyewon berkata kepadaku.

Aku mengangkat bahu dan meneguk bir ditanganku. “Apakah dia baik-baik saja.”

Hyewon dia sejenak. Aku merasa dia tidak ingin berbicara tentang Sakura kepadaku. Aku akan memaksanya berbicara jika itu diperlukan.

“Hyewon.” Aku membentaknya.

“Jangan membentaknya seperti itu.” Joshua membelanya.

“Tidak apa-apa baby. Yah, dia baik. Hanya beri dia sedikit ruang untuk berpikir. Dia membutuhkan itu. Nanti dia pasti akan menghubungimu.”

“Kapan? Satu bulan? Dua bulan? Tiga bulan?” Aku kesal. Aku hanya ingin Sakura berbicara kepadaku.

“Seungyoun, aku tahu kau tidak mencium jalang itu dan aku pasti yakin Sakura juga menyadarinya. Dia hanya…”

Aku memotong perkataannya. “Hanya apa? Dia tidak percaya kepadaku, Hyewon.”

“Hanya bersabar, Seungyoun.” Pinta Hyewon.

Aku membanting bir di depan meja bar lalu pergi menuju kamarku. Aku lelah menunggu Sakura seperti ini. Aku akan menemui Sakura. Aku tidak perduli jika dia marah kepadaku. Aku memcari kunci mobilku dan ponselku berbunyi. Aku menggerutu. Siapa yang memanggilku saat ini. Aku menatap layar ponselku. Aku melihat nama Sakura di layar ponselku. Jantungku berdetak cepat. Tanganku berkeringat.

You And HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang