Chapter 9 🔞

470 23 2
                                    

"Ah, Bisakah aku mendapatkannya?" Seungyoun tersenyum jahat.

"Tentu. Akan kutunjukan." Aku duduk di pangkuan Seungyoun dan mengangkanginya. Menarik t-shirt di atas kepalanya. Aku melihatnya seperti hidangan lezat. Aku menjilat lehernya mencium disepanjang lehernya. Menurunkan ciumanku ke dadanya. Mendarat ke putingnya menjilat-jilat di sekitarnya.

"Sakura, Ah" Aku mendengar dia mengerang.

Meneruskan aksiku. Menjilat putting satunya, mencium dan menjilat disekitar jejak absnya. Aku merasakan sesuatu bangun di dalam celana jeansnya. Lidahku menuju keatas menuju rahangnya. Rasa kulitnya asin dan bau tubuhnya membuatku mabuk. Aku menjilat daerah sekitar telinganya dan dia mengerang lagi.

Tangannya masuk kedalam bajuku. Aku merasakan kengatan tangannya. Meremas bokongku. Aku semakin erat. Aku menggesek celanaku ke penisnya. Yeah, aku suka membuatnya terangsang.

"Oh, tuhan kau membunuhku." Dia langsung menarik wajahku dan menciumku dengan keras. Tangannya meremas payudaraku. Kini giliranku mengerang. Tanganya masuk kedalam belakang celanaku. Membelai bokongku.

"Sentuh aku terus."

Tangannya merayap di luar celanaku. Membelai vaginaku di belakang celanaku. Payudaraku menggesek dadanya. Aku ingin bercinta dengannya sekarang di sofa ini.

"Brengsek." Seungyoun memaki.

Sepertinya sang pengantar pizza menjadi cockbloker kami.

"Aku akan mengambilnya." Aku berdiri.

"Jangan, biar aku, Aku tidak ingin pengantar pizza itu melihatmu seperti ini." Seungyoun bangkit dari duduknya.

"Seperti apa?"

"Seperti seks." Seungyoun menggigit telingaku.

Aku memukul lengannya dan dia hanya meringis dan dia meninggalkanku menuju pintu. Aku kembali duduk di sofa dan mataku fokus pada tv layar datar tapi pikiranku melayang-layang. Aku masih memikirkan Minhyun.

Bagaimana bisa aku mengabaikannya. Dia selalu bersamaku bahkan sejak aku mulai kuliah di SNU kami masih berhubungan. Sesekali kami bertelepon, mengirim pesan dan video call.

Minhyun tidak akan menerima ini dengan mudah pastinya. Sifatnya dengan Seungyoun sangat berlawanan. Seungyoun selalu dengan kemeriahan, pesta, wanita dan terbuka sedangkan Minhyun dia sensitive, low profile, tertutup dan aku juga belum pernah melihat dia berkencan dengan seorang wanita secara langsung.

Well, bukan dia seorang gay. Dia selalu selektif dengan wanita yang dia kencani. Dia sedikit perfectionist.
Dia selalu membenci sifat Seungyoun dan aku rasa begitupun sebaliknya disamping mereka sepupu. Dan sebagai fakta tambahan mereka berdua juga memiliki gen wajah tampan. Wow ya, aku beruntung dengan itu.

"Hei, dimana pikiranmu?" Seungyoun membuyarkan lamunanku.

"Hmm... hanya focus dengan itu." Aku menunjuk tv.

"Iklan deodorant?" Seungyoun mengernyitkan alisnya.

Aku sadar sekarang dan aku terlihat seperti orang bodoh.

"Dengar aku tahu apa yang kau pikirkan. Aku tahu seberapa penting dia untukmu. Ya, walaupun aku tahu juga aku lebih penting untukmu." Dia mencoba membuatku tersenyum dan dia berhasil. "Jika dia perduli padamu dia akan mengerti. Percaya padaku."

Kini aku menyeringan seperti orang bodoh. Aku suka dia banyak. Dia menghangatkan hatiku. Aku mematuk cepat bibirnya dan mengambil pizza di meja lalu melahapnya.

Kami berdua melahap pizza di meja dengan mata focus pada tv. Dia tidak mengajakku bicara dan aku baik dengan itu. Dia mengerti aku tidak ingin bicara untuk sekarang. Aku melihat wajahnya. Semakin aku melihat wajahnya semakin yakin bahwa aku tidak menyesal dengan keputusanku.

"Seungyoun." Aku memanggil.

"Ya, Sakura". Matanya masih focus pada tv.

"Apa yang terjadi jika saat itu kau tidak menyapaku? Apa kau masih akan menjauhiku atau tetap berusaha denganku?"

"Berusaha denganmu. Cepat atau lambat aku pasti akan mengatakannya padamu. Tidak mudah menghindari orang yang kita cintai setiap hari."

"Aku senang itu terjadi kemarin." Suaraku sedikit memanja.

"Tapi aku kecewa. Mengapa aku tidak melakukannya lebih awal." Dia mencium hidungku.

"Tidurlah disini malam mini. Jangan pulang." Aku merajuk.

Seungyoun tersenyum jahat. Sepertinya permintaanku membahayanku.

"Apa kau ingin aku menyentuhmu tengah malam." Dia menggodaku.

"Ew, kau kotor."

Sekarang dia tertawa jahat. Aku benci dia menggodaku seperti ini tapi aku menyukainya juga.

"Apa kalian berhubungan seks di sofa." Hyewon menembak kami. Dia baru saja keluar dari kamarnya diikuti Joshua dari belakang yang sekarang menggenakan celana tapi tidak mengenakan baju.

"Tuhan, Hyewon mulutmu penuh dengan kotoran." Aku menggerutu kesal. Seungyoun tertawa kecil. Kenyataannya kami hampir saja memiliki seks di sofa.

"Seks di sofa juga tidak buruk." Hyewon menyambar pizza di meja dan duduk disofa samping Joshua.

"Kalian harus mencobanya." Joshua menunjuk kami berdua.

Selamat kalian berdua berhasil membuat wajahku seperti udang rebus. Aku memutar mataku dan menarik Seungyoun menuju kamarku.

"Terlalu awal untuk tidur kkura." Hyewon berkata di belakangku.

Aku membanting pintu dibelakangku. Aku mendengar mereka berdua tertawa.

You And HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang