11

7.1K 913 137
                                    

Original Story by KageMizukii
Remake by Haepumdal

Sorry for typo(s)

"Apa?"

Jaemin menggigit lidah dalam mulutnya keras, tak terasa sakit sedikit pun. Namun kenapa dada ini terasa sesak. Ingin menjerit, berteriak namun sulit, tidak bisa. Ya, tidak bisa. Satu kalimat yang ia ucap beberapa saat lalu, mampu membuat mulutnya kelu dalam sekejap. Sebagian besar hatinya bahkan menolak untuk percaya, bahwa baru saja ia mengucap salam perpisahan pada orang yang dicintainya.

"Mengenai Draconis, aku sunguh-sunguh minta maaf."

Mulut dinginnya mendesis disela desah nafas yang ia hembuskan, menghasilkan kepulan asap akibat udara yang membeku. Bunga es pada jalan yang entah berapa lama ditatapnya itu kini telah mencair, air bening menggenang disana. Haruskan ia terus melakukan ini sampai air itu membeku kembali menjadi bunga es?

"Jaemin, aku-"

"Tidak, Jeno."

Jeno mengatup mulut ketika kata-kata telah sampai di ujung lidahnya, suara Jaemin bahkan terdengar jauh lebih dingin dari pada udara saat ini. Pemilik mata violet ini memang bukan orang yang bisa mengetahui masa depan, tapi rasanya Jeno paham apa yang akan Jaemin ucapkan setelah ini.

"Semua ini tidak ada hubungannya dengan Hendery hyung."

"Kau pikir begitu? Kalau seperti itu kenapa saat kau mengatakannya, kau tak menatapku langsung?"

"Apa semua itu penting? Apa semua itu berpengaruh? Dengan atau tanpa menatapmu aku tetap akan mengatakan hal yang sama."

Suaranya terdengar seperti jeritan keputusasaan, ingin rasanya pemilik mata violet itu merengkuh tubuh mungil dihadapannya dengan erat. Tapi untuk saat ini, jangankan memeluknya, untuk bergerak saja sangat sulit Jeno lakukan. Jaemin telah membangun dinding tak terlihat diantara mereka, dinding yang membuat keduanya mustahil saling bersentuhan.

"Kupikir, kita saling mencintai."

"Bahkan orang yang saling mencintai pun, belum tentu dapat bersatu."

"Tapi kita bisa melakukannya, Jaemin. Bukankah selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah? Jika kau sudah lelah, biar aku yang melakukannya, percayalah padaku Ichigo."

Jaemin menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat. Berdiam diri seperti ini membuat tubuh semakin membeku rasanya. Menatap mata violet didepannya, mata yang selalu tampak indah sejak pertama kali ia melihatnya. Akankah ini menjadi kali terakhirnya untuk dapat melihat mata itu?

"Aku tahu kau memahaminya, Jeno. Sejak awal kita memulai semua ini aku tahu ini tidak akan berhasil, tapi aku tetap melakukannya karena aku mencintaimu. Tidak, mungkin aku telah jatuh cinta sejak pertama kali melihatmu, mata indahmu lah yang membuatku tertarik Jeno."

Melukis senyum dibibir penuhnya, tergambar jelas kesedihan disana. Tersenyum dalam kesakitan dan kesedihan bahkan melihatnya saja, hati ini turut merasakan sakit.

Tidak, cukup! Ingin rasanya menutup telinga dan melarikan diri sejauh mungkin.

Seorang Lee Jeno untuk pertama kalinya benar-benar merasa lemah, tidak ingin melihatnya lagi, tidak ingin mendengar apapun lagi. Apakah mereka bertemu hanya untuk berpisah pada akhirnya?

"Meski aku bersamamu, sebesar apapun aku mencintamu, bahkan jika harus mengorbankan banyak hal, akankah nantinya kita benar-benar merasa bahagia?"

"Jadi kau melakukan ini demi Draconis?"

The Chiaroscuro ¦ nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang