7

9K 1.1K 21
                                        

Original Story by KageMizukii
Remake by Haepumdal

Sorry for typo(s)


Jeno menatap tajam pada sang adik yang berdiri tepat di hadapannya, situasi ini terasa jauh lebih menegangkan daripada permainan catur yang biasa mereka lakukan. Yangyang serius. Jeno sangat paham akan hal itu, dan jika sudah seperti itu artinya sulit bagi Jeno untuk mengatakan hal sensitif pada Yangyang.

“Aku sendiri yang akan mengantarmu, lagi pula Mark bersamamu juga, tidak perlu banyak orang, bukan?”

“Tapi hyung, aku juga ingin Jaemin hyung ikut mengantarku ke airport, kau tega membiarkan kami berpisah dengan tidak berkesan sama sekali seperti ini?”

Sebenarnya apa masalah Yangyang? Adik satu-satunya ini sungguh membuat Jeno ingin membenturkan kepalanya ke dinding berkali-kali. Padahal besok ia akan kembali terbang ke Finlandia dan sekarang masih berusaha membuat kakaknya menggila. Jeno membanting tumpukan file di atas meja kerjanya dengan kasar, menyandarkan pinggangnya pada meja, menarik kedua lengan sweater abu-abu rajut tebalnya hingga sebatas siku kemudian melipat kedua tangannya didepan dada.

“Kau tahu pasti, aku tak kan membiarkan Jaemin meninggalkan rumah ini.”

“Ya, aku tahu.”

“Lalu?”

“Hyung, kau selalu seperti ini jika sudah menyukai sesuatu!”

Terkekeh, hampir tertawa melihat perubahan raut wajah Yangyang yang menjadi kesal dalam sekejap namun tetap tampak sangat manis di matanya. Menutupi mulut dengan punggung jemari tangannya yang kokoh, kedua mata teduhnya tampak menipis tiap kali senyumnya mengembang.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan?”

Yangyang yang saat ini mengenakan pakaian seragam pelaut putih bergaris biru dengan cardigan kuning pucat yang melapisinya, dipadu celana jeans putih selutut itu menggerakkan kedua alisnya naik sambil tersenyum penuh arti, memamerkan sesuatu yang sejak tadi ia sembunyikan di balik punggung sempitnya. Jeno hanya memandang bingung papan catur ditangan Yangyang.

“Kita bermain catur, kau menang maka Jaemin hyung tetap tinggal, tapi kalau aku yang menang maka izinkan dia ikut mengantarku ke airport.”

Jemo masih tetap melipat kedua lengannya saat Yangyang mengangkat papan catur itu hingga sejajar dengan lehernya, hanya saja tanpa senyum yang terlukis dibibirnya. Lingkar violet dalam bingkai teduh itu tampak lekat menatap Yangyang. Adiknya itu selalu berhasil membuat hatinya kacau dengan cara yang tidak terduga. Jika melihat ini, Jaemin akan paham mengapa saat itu Jeno pernah berkata bahwa terkadang Yangyang dapat bersikap lebih dewasa darinya.

“Kenapa kau sangat ingin Jaemin bebas dan meninggalkan rumah ini?”

“Aku tidak pernah berkata begitu, hyung.”

“Lalu?”

“Aku hanya ingin memberikan kesempatan padanya.”

Dalam perang, yang seharusnya paling ditakuti bukanlah pihak musuh, melainkan pihak netral. Karena kita tak pernah tahu kemana mereka akan memihak.

Jeno tak menjawab, sejujurnya ia ragu, sangat ragu. Bahkan kini hatinya merasa takut, entah karena takut kalah melawan Yangyang atau takut jika nanti Jaemin benar-benar meninggalkannya.

God! Lee Jeno sang pemimpin tertinggi NewTaems Enterprise sekaligus organisasi Black Altair mendadak menjadi labil hanya karena terbawa perasaan sentimentil. Langit mungkin akan runtuh sebentar lagi.

The Chiaroscuro ¦ nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang