satu langkah lebih dekat

26 5 0
                                    

Bangun tidur Syafa sangat ceria karena hari ini hari pertama ia kerja. Dia memasukan baju kerjanya ke dalam tas dan bersiap siap untuk sekolah.

Setelah selesai bersiap, dia berangkat sekolah tak lupa dia meminta restu kepada orang tuanya, dia mencium tangan mereka.

Syafa berangkat sekolah dengan jalan kaki karena dia hemat dalam pengeluarannya. Dengan itu pula Syafa bisa terlambat sekolah jadi dia ada kesempatan untuk bertemu kak gatra.

Seperti dugaan Syafa terlambat setengah jam.

"Ye ye terlambat, ye ye ." Ucapnya dengan girang.

Pak satpam yang melihatnya hanya geleng geleng kepala, dia baru menemukan spesies yang langka dimana seorang siswi yang senang mendapatkan hukuman.

Kali ini syafa mendapatkan hukuman membersihkan taman belakang sekolah, dia berdoa di setiap sapuan daun agar dia bisa bertemu kak gatra.


Tanpa menunggu lama doanya langsung terkabul, mata Syafa menatap seorang cowok yang memanjat pagar belakang sekolah, mencoba masuk tanpa dilihat siapapun.

Syafa masih menatapnya dengan senyuman lebar. Tanpa ia sadari kalau cowok itu melihat kearahnya, lalu cowok itu menarik Syafa bersembunyi di balik pohon yang besar.

Jantung Syafa mulai lagi tak bisa diajak kompromi, jantungnya terus berdetak cepat dan dia merasa sesak nafas, karena merasakan sebuah tangan kekar yang memeluknya membawanya bersembunyi di balik pohon, bahkan bau maskulin tubuh gatra tercium di indera penciuman Syafa.

"Kak ga-" gatra langsung membungkam mulut Syafa dengan tangannya.

"Diam ada pak kepsek." Ucap gatra tepat di telinga Syafa. Seketika Syafa merasa merinding, bukan karena pak kepsek tetapi ucapan gatra ditelinganya sungguh membuatnya geli.

Syafa ingin pingsan, dia sudah tak kuat berada di dekat gatra, ingin rasanya dia kabur tetapi pelukan gatra terlalu kuat.

Setelah gatra melihat kepsek sudah pergi dia langsung menghempaskan tubuh cewek itu hingga terjatuh, dan pergi begitu saja.

Syafa merasakan tubuhnya sakit karena terhempas sangat keras, tetapi sakitnya itu tiba-tiba hilang dan terganti dengan kebahagiaan. Ia masih tersenyum, bahkan dia rela berulang kali jatuh kalau itu gatra yang membuatnya terjatuh.

....


Setelah bel pulang sekolah berbunyi Syafa segera memasukan buku ke dalam tas.

"Pulang sama aku ya fa." Tawar prisia pada Syafa.

"Makasih ya si, tapi aku mau pulang sendiri."

"Yah kok gitu sih, padahal aku ingin sekali Nganter kamu pulang." Ucap Prisia dengan wajah cemberut.

"Aku itu gak mau terus merepotkan kamu si, kamu itu sudah banyak banget membantuku. Kamu mau berteman sama aku saja aku sudah sangat bahagia. Dan rumah aku sama kamu kan berlawanan jadi aku gak mau kamu bolak-balik dan membuatmu repot ."

"Aku enggak merasa direpotkan fa, aku malah senang."

"Iya aku ngerti, sahabatku ini memang yang terbaik, aku berharap semua orang memiliki sahabat sepertimu, tetapi biarkan aku pulang sendiri ya." Ucap Syafa sambil menunjukan wajah yang memohon sambil mengedip-ngedipkan kedua matanya hingga membuat Prisia tak bisa menolak keinginannya untuk pulang sendiri.

"Iya deh, yaudah hati hati ya."

"Oke deh"

Syafa sudah tak sabar untuk bekerja. Ia dengan terburu- buru menyusuri koridor sekolah.

Seseorang tiba-tiba menyandung kakinya hingga membuatnya tersungkur di bawah.

"UPS sorry jelek, gue gak sengaja." Ucap salah satu dari mereka dan teman temannya menertawakan Syafa.

"Sabar Syafa, bukannya kamu ingin segera sampai di tempat kerja? Ayolah jangan fikirkan mereka. Segera bangun dan pergi meninggalkan mereka." Ucap Syafa dalam hati untuk menyemangatinya.

Lalu syafa bangun dan pergi, mencoba tuli untuk tidak mendengarkan ejeken dari mereka.

Setelah sampai di tempat kerja Syafa langsung mengganti pakaiannya lalu menjalankan tugas.

"La lala Lala." Syafa bersenandung sambil membersihkan kaca.

Setelah kaca cafe bersih, syafa mengambil piring yang kotor di meja dan mulai membersihkan meja satu persatu.

"Huft ternyata kerja capek juga ya." Tak terasa jam sudah menunjukan pukul 9 dan berarti kurang setengah jam lagi Syafa bisa pulang, pekerjaan Syafa memang sudah selesai tetapi dia menunggu waktu pulang dengan membantu tugas MB Rani. MB Rani itu seniornya dia sangat baik terhadap Syafa makannya Syafa membantu pekerjaan MB rani menyiapkan bahan untuk besok.

"Mbak Rani ayo pulang." Ajak Syafa.

"Kamu pulang duluan aja, soalnya aku masih nunggu suami mbak."

"Yaudah Syafa pulang dulu ya mb."

"Ini ada uang buat kamu naik ojek atau taksi." Ucap MB Rani sambil memberi satu lembar uang 50rb.

" Enggak mbak, Syafa masih punya uang." Tolak Syafa dengan halus.

"Enggak apa-apa terima saja, hitung hitung tanda terima kasih ku karena kamu udah bantu mbak, harus diterima ya."

"Makasih ya mb."

Syafa memilih pulang dengan berjalan kaki, uang dari mbak Rani bisa ia tabung untuk membayar sekolah. Sedikit memang tapi lama kelamaan pasti akan banyak.

Saat di perjalanan pulang tak sengaja matanya menatap seorang cowok yang tak asing menurutnya sedang berjalan dengan sempoyongan, dia menghampiri cowok itu, cowok itu sepertinya kehilangan kesadaran.

"Kak gatra ngapain ada di sini?" Tanya Syafa pada cowok itu.

Cowok itu langsung menepis tangan Syafa yang akan membantunya agar tidak terjatuh.

"Bukan urusan Lo" ucap cowok itu dengan dingin.

Walaupun tangan syafa mendapat tepisan dari gatra berulang kali hingga membuat tangannya merasakan perih dia tetap membantu cowok itu berjalan.

"Sudah gue bilang, Jangan ikut campur" ucap gatra dan tiba-tiba dia pingsan. Syafa khawatir dia bingung harus gimana.

Syafa memesan taksi dan membawa gatra pulang kerumahnya, karena Syafa tidak tahu alamat rumah gatra.

Uang dari mbak Rani tidak jadi ia tabung karena ini lebih penting.

Cinta Dari syafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang