CHAPTER 9

606 26 0
                                    

Pelan kaki saya melangkah menuju
pintu office Sir Harris. Hari tu saya ada contact dia mau buat oppointment. Dia bilang saya boleh datang anytime. Saya berdiri depan office dan ketuk pintu.

Tok…tok…!

“Come in…” Suara garau Sir Harris

kedengaran dari dalam. Saya pusing tombol pintu dan buka pintu office.

“Sophie…How have you been?”

“Sir. How are you?” Saya bilang sambil duduk di kerusi depan meja dia. Dia senyum.

“Coffee? Tea? Juice?”

“Sir…Tidak payah susah-susah…”

“Kau belum jawab pun pertanyaan saya tadi.” Dia bilang. Saya senyum.

“Saya okay. Sihat.” Saya bilang.

“Good to hear…Ermmm… Okay, shall we start?” Dia bilang. Seperti biasa Juru kaunseling di depan saya ni menanya. Dia selalunya akan dengar dan dengar saja apa luahan hati saya.

Saya cerita apa yang saya rasa, trauma yang masih ada sama saya. Dia angguk-angguk saja. Half way sesi kaunseling saya tu, pintu office dia diketuk dari luar.

“Exsuse me, Sophie.” Saya angguk ja.

“Come in…” Dia bilang.

“Hi uncle…” Saya kasi pusing kepala saya sebab that voice sound so familiar.

“Oh, hi Evan…” Evan? Bilang dalam hati saya.

“Sophie?” Dia bilang. Saya berdiri. Tekejut juga saya dengan kemunculan dia di sana.

“So…you both know each other?” Tanya Sir Harris. Saya angguk.

“He is my doctor’s fiance.” Saya jawab dia.

“Lily?” Sir Harris tanya saya lagi.

“Ya. Saya kenal Sophie.” Doctor Matthew senyum sama kami dua.

“Wow…Kecil dunia…” Sir Harris bilang.

Doctor Matthew terus duduk di sebelah saya.

“So, kau mau jalan sudah pergi hospital?” Tanya Sir Harris sama Doctor Matthew. Doctor Matthew angguk ja.

“Excuse me, doctor. Apa khabar doctor Lily?” Saya tanya Doctor Matthew. Saya tau, saya rude sikit tapi saya mau tau kondisi dia. Tidak sempat saya berbuat apa-apa untuk dia.

“Macam biasala Sophie…” Jawab Doctor Matthew. Expresi muka dia nampak muram. Saya hairan. Ada sakit ka ni doktor Lily ni? Bilang dalam hati saya.

“She had a brain cancer stage 2.” Perlahan suara Sir Harris saya dengar. Watery mata saya bila saya dengar tentang sakit yang doktor Lily hadapi.

Patutla dia selalu bagi saya encouragement. Selalu support saya. Saya nda tahan, saya nangis depan dua orang lelaki yang saya boleh katakan saya respect.

“Its okay… Mari la lawat dia if you got time.” Bilang Doctor Matthew. Saya angguk-anggukkan kepala. Saya terus lupa kesedihan yang saya alami bandingkan dengan kesengsaraan yang Doctor Lily dan Doctor Matthew hadapi.

“Sir. Saya mau kasi tangguh sesi kaunseling saya hari ini. Boleh ka?” Saya tanya Sir Harris.

“You can come anytime, my dear.” Dia bilang.

“Thank you sir.” Saya bilang. Sir Harris senyum saja.

“Please consider again, Sophie. You can continue your study anytime you want. Do contact me if you need any help. Saya sedia bantu.” Sempat Sir Harris cakap pasal study sebelum saya keluar dari office dia.

CORRINA (COMPLETED)Where stories live. Discover now