Kini makin hari, Febri makin gencar mengejar Thalitha. Namun kebalikannya, Thalitha malah makin cuek sama Febri, namum Febri adalah Febri, ia tidak akan mungkin mudah menyerah.
Seperti saat ini, lelaki manis itu berjalan kedepan, melihat seorang gadis tengah duduk sendirian di kursi kantin sana.
Febri melangkahkan kakinya menuju gadis itu. Gadis itu terlihat begitu fokus ke ponselnya. Tampaknya ia sedang menghubungi seseorang, lebih tepatnya menunggu.
Sepersekian detik, langkah Febri berhenti. Saat mendapati seorang pria yang sangat familiar baginya, lebih dahulu menghampiri Thalita.
Kakinya seakan mati rasa, ia terdiam ditempat berperang dengan perasaan, hati, dan pikirannya. Lelaki itu mencoba membuang pikiran negatifnya pada temannya itu.
Kenapa ini? Apa diam-diam Hanif juga mau ngedekatin Thata?
Ternyata lelaki itu bernama Hanif, sahabat Febri. Febri mencoba membuang pikiran ngaconya, mungkin saja dia sedang kerja kelompok feb.
Febri duduk dikursi pojok, ia tengah mengamati pergerakan mereka berdua.
"Maaf ya, aku lama." Hanif kok pake aku segala, tumben?
"Iya santai aja kali."
"Kamu udah pesen makan?"
Wanita itu menggeleng,
"Aku nungguin kamu aja." wanita itu tersenyum kearah Hanif.
"Kamu bisa aja." eh eh Hanif main cubit pipi Thalita aja.
Melihat percakapan dan pergerakan Hanif, Febri tak bisa kontrol emosinya, rahangnya menggerang, tangannya sudah mengepal. Urat-urat sarafnya seperti ingin keluar dari sarangnya saja.
Gue gk nyangka sama lo nif, ternyata lo itu ular. Febri berjalan kearah mereka berdua.
Gubrakkkk, satu hentakan tangan didepan meja. Hanif dan Thalita tampak bingung.
"Bow lo kenapa?" Alah Hanif, nggak usah pura-pura nggak peka deh.
Thalita tampak sedikit ketakutan melihat wajah sangar Febri.
"Ternyata lo ular, apa ini yang namanya sahabat." kali ini Febri benar-benar tak kontrol,
Ternyata cemburu itu berbahaya, bisa membuat orang tidak bisa menahan emosi dan bahkan Febri super kalem sekalian.
"Ma- maksud lo apaan sih Feb?" jujur, Hanif benar-benar bingung dengan perbuatan Febri ini.
Mendengar ucapan Hanif barusan. Rahang Febri makin memanas.
"Lo nggak usah pura-pura nggak ngerti deh, ohh atau lo benar-benar sengaja lakuin ini ke gue nif." Febri tersenyum sinis kepada Hanif.
"Lo apaan sih feb." kali ini bukan suara Hanif, tapi Thalita.
"Lo juga Tha, kurang apa sih gue selama ini sama lo?. Gue tuh suka sama lo Tha, gue selalu ngedekatin lo berusaha. Tapi lo nggak pernah peka akan hal itu," Febri mendeja ucapannya.
"Ohh atau gue tau, lo cuma manfaatin gue doang, lo datang saat ada maunya doang." Fenri tersenyum setan.
Kali ini, mendengar ucapan Febri, Thalita seakan mati lidahnya, ia tidak bisa berucap satu hurup pun.
"Feb, lo udah udah salah paham, gue sama Thata itu cuma-"ucapan Hanif belum selesai, Febri malah memotongnya.
"Alah, banci lo main belakang, dan sahabat lo sendiri lo tikung, lo manusia atau apa sih?" kali ini Febri Benar-benar lepas kontrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Really! aku suka kamu[Febri Feat Beckham]
RandomSaya pernah bodoh karna berharap, saya juga pernah berharap sampai bodoh, dan sekarang saya sadar, saya bodoh karna berjuang untuk orang bodoh.