#1B | Rembulan Meredup di Matamu (part 2)

142 17 2
                                    

Judul: Rembulan Meredup di Matamu #2
Penulis: xhenneca41


Satu-satunya narasumber hidup yang bisa ku tanya hanya Paman Hexa. Tak ada orang lain yang paham siapa Arkaan kecuali Paman. Ku rasa aku tak salah orang menanyakan hal sensitif ini pada Paman.

"Ayi itukan kamu sendiri, kenapa tanya," Tukas Paman Hexa dan dia tertawa renyah. Aku sedang tak ingin bercanda.

"Bukan aku Paman, tapi Ayi yang ada dalam benak Bang Arkaan dan dia refleksikan pada wajahku, Ayi siapa yang dia maksud?"

"Abang ya? Hem, kamu berhasil mendekatinya?"

"Paman itu kita bahas nanti saja, aku hanya ingin tahu siapa Ayi-nya Bang Arkaan?"

"Almeera Sandria Pradewa, adik kandung Arkaan yang bernasib malang, panggilannya Ayi sama sepertimu Marik,"

Jujur saja aku terkejut. Jadi memang benar dugaanku jika Ayi itu adalah perempuan. Mendadak jadi merasa sangat menyebalkan. Lalu mengapa Ayi juga bisa membayang dalam wajahku di penglihatan Arkaan. Jangan-jangan selain gangguan mental Arkaan juga katarak? Masa sih?!

"Almeera, dia mirip sekali denganmu, ini tidak bohong, matanya bulat seperti matamu dan dia punya gigi kelinci sama sepertimu, tingkahnya juga lucu dan dia menggemaskan bagi Arkaan,"

Wah! Gila! Ini tidak masuk akal. Bagaimana bisa Arkaan tak mampu membedakan antara pria dan wanita. Separah itukah sistematik dalam otaknya karena trauma. Bukan kesal tapi aku jadi semakin prihatin dengan Arkaan.

Kenyataan tentang Almeera yang menyedihkan sempat menyayat hatiku sejenak. Malang sekali nasibnya harus berakhir ditangan Ayah tiri. Kata Paman Hexa gadis itu meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit. Bleeding parah sampai syock hipovolemik, Almeera pergi sebelum sempat bertemu dengan kakaknya lagi. Dan sekarang hatiku ini jadi semakin gloomy memandang Arkaan yang sangat merindukan Ayi-nya.

Bang Arkaan, aku ingin Abang segera sembuh dan bangkit dari keterpurukan ini

"Aku sudah menulis banyak untukmu dan kau sudah tahu banyak tentangku, aku sudah menumpahkan semuanya padamu secara tak langsung tapi kenapa sakit dalam pikiranku tak juga mereda, sakit sekali rasanya, sampai aku tak sanggup,"

Aku mendengar seseorang meracau di dalam kamar Arkaan. Ku lihat punggung lebar itu menunduk gemetar membelakangi pintu kamar. Aku terdiam sejenak mendengarkan isi hari Arkaan yang tak sempat ia ungkapkan secara lisan.

Arkaan, ku rasa aku mulai paham rasa sakit yang kau tahan

"Aku ingin bertemu Ayi-ku, dimana Ayi-ku, kenapa tak ada siapapun disini? Kenapa aku masih hidup dan mengenang masa itu sendirian? Kenapa harus Ayi?!"

Sedih sekali mendengar ratapan itu keluar dari mulut Arkaan. Rapuh sekali rasanya jiwa yang terbelenggu kehampaan. Ku dekati Arkaan pelan sembari menguatkan hatiku sendiri. Kalau aku tidak akan menangis di depan Arkaan nanti.

Dan yang terjadi, mataku membelalak lebar begitu langkah membawa ku sampai ke sampingnya. Aku tak bisa untuk tak marah. Seketika ku raih benda tajam yang ada di tangan Arkaan. Menyelamatkannya dari kebodohan yang merugikan.

Pecahan kaca yang berbahaya. Sayangnya itu terlambat karena benda itu sudah beberapa kali menggores permukaan lengan Arkaan. Membuat darah merembes membercak merah pada piyamanya.

"Abang!! Apa yang kau lakukan?!! Ini bahaya tahu nggakk?!!" Aku membentak karena emosi.

Arkaan enggan berjanji untuk tak terluka lagi karena pasti dia akan terluka dengan sebab lain. Aku memaklumi pemikiran itu. Aku menghormati keputusannya. Tapi bukan berarti dia bebas untuk melukai dirinya sendiri seperti ini. Membuatku semakin frustasi.

EVENT GCAW Official Ke-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang