#4 | Siblings

74 3 0
                                    

Judul: Siblings
Penulis: Aprillia Zckeirvy

Mata indah itu terbuka, menampilkan sepasang manik hazel yang terlihat begitu terang karena biasan cahaya matahari yang perlahan menyoroti seisi kamar itu. Ia mengulat sesaat sebelum memutuskan untuk beranjak dari tempat tidurnya untuk memulai aktifitasnya seperti biasa.

Sekilas tidak ada yang terlihat aneh hari ini, tetapi ada sesuatu yang terasa mengganjal. Tiba-tiba saja merasa berdebar.

Tepat ketika ia membuka pintu kamar, di hadapannya berdiri sosok perempuan yang menatapnya garang dengan tangan yanh terlipat di depan dada.

“Kamu pulang jam berapa semalem?” sosok itu bertanya dengan nada ketus.

“Kebiasaan nih, Teteh. Aku kan bukan anak kecil lagi,  selalu aja nanya kaya gitu.” Elang, pemuda yang baru saja keluar kamar itu berlalu meninggalkan kakaknya yang terlihat kesal.

“Tapi Teteh malu! Tiap hari keluyuran gak jelas. Teteh kerja capek buat kamu, buat biaya sekolah kamu tapi apa yang kamu lakuin? Gak pernah kan kamu ngehargain kerja keras Teteh?” sosok itu menatap punggung adiknya dengan mata yang berkaca-kaca.

Bukan pertama kali bagi mereka meributkan hal itu, sudah terlampau sering sehingga Elang merasa muak. Tapi di sisi lain, sang kakak merasa tidak di hargai. Semenjak perceraian kedua orang tua mereka hingga sang ibu kini meninggalkan keduanya, ia berusaha bekerja dengan giat agar adiknya bisa sekolah dengan baik. Bukan seperti ini, selalu berbuat ulah hingga di keluarkan dari sekolah. Bahkan beberapa hari yang lalu ia di kejutkan dengan bagian tubuh sang adik yang bertato.

“Yaudah, Teteh gak usah repot-repot ngurusin aku lagi. Biar aku cari uang sendiri dan gak nyusahin Teteh.” Elang berucap dengan tegas di hadapan sang kakak. Pemuda itu batal memasuki kamar mandi dan memilih kembali kedalam kamarnya.

Sementara sang kakak hanya bisa menatap kepergian adiknya dengan nanar. Ini jelas sudah jauh dari ekspetasinya. Adiknya sudah terlalu jauh dari jalan mereka.

Kemudian, dengan berat hati ia kembali kepada niat awalnya untuk mengantarkan pesanan cucian dari loundry tempat ia bekerja part time.

Di lain tempat, Elang menatap pantulan dirinya. Dengan sebelah tangan mengapit sebatang rokok, ia terkekeh sendiri. Menertawakan kehidupannya yang berantakan. Hati kecilnya jelas terasa teriris melihat bagaimana sang kakak mencari uang untuknya.

Bukan tanpa alasan ia menjadi kacau seperti ini, sengaja bolos sekolah untuk mencari pekerjaan hingga di keluarkan dari sekolah. Meskipun jika di lihat dari sudut mana pun pekerjaannya jelas tidak baik. Elang merelakan dirinya hancur untuk mengumpulkan uang agar kakaknya tidak perlu bekerja pada orang lain. Diam-diam ia mengumpulkan uang itu untuk kemudian ia berikan kepada sang kakak sebagai modal usaha.

“Ya, gak masalah lo kelihatan brengsek untuk sekarang.” Elang berucap kepada dirinya sendiri setelah mengisap rokoknya.

Malam itu Elang pulang dengan segepok uang di tangannya.  Sekilas ia melihat isinya, kemudian ia masukan uang itu ke dalam saku celana jeans belel andalannya.

Elang bergegas pulang dengan motor yang ia kendarai sesuka hati, tak memedulikan rambu-rambu. Jantungnya tiba-tiba saja berdebar, padahal sebelumnya ia tidak merasakan perasaan aneh seperti ini.

Begitu memasuki daerah tempat rumah kontrakannya Elang semakin merasakan perasaan yang tak tentu. Apalagi setelah melihat rumahnya gelap gulita sementara rumah-rumah yang lain masih terang benderang.

Dengan terburu-buru, Elang memarkirkan motornya secara asal. Ia bergegas memasuki rumahnya, suasana malam ini terasa begitu sepi dan sunyi.

Seharunya sang kakak sudah berasa di rumah mengingat ini sudah lewat tengah malam,”Teh Indy?!”

EVENT GCAW Official Ke-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang