#3 | One Years

114 10 1
                                    

Judul: ONE YEARS
Penulis: Rosalia Handayani siri-us

Naren membuka matanya perlahan. Ia tidak mengernyit sama sekali, karena cahaya bulan tak akan membuatnya silau. Kamarnya gelap dan berantakan. Naren enggan menyalakan lampu.

Naren turun dari ranjangnya, berjalan pelan ke arah balkon, dan berhenti di pagarnya. Angin malam tak membuatnya undur diri dari sana.

Dua bulan ini Naren selalu merasa sendirian. Hari-harinya terasa sama seperti tahun kemarin. Hanya satu yang membedakannya. Tahun ini Naren sendirian, tanpa Nata, saudara kembarnya yang meninggal tepat saat perayaan tahun baru sekaligus perayaan ulang tahun mereka yang ke dua windu.

Kala itu, keluarganya yang terdiri atas Nata sebagai anak pertama, Naren sebagai adik lima menit Nata, Ayah Tio, dan juga Bunda Nadia mengadakan pesta kecil-kecilan di halaman belakang rumah.

Nadia dan Naren bertugas membakar jagung dan sosis, sedangkan Tio dan Nata bertugas membuat minumannya.

Semuanya sudah selesai. Tio dan Nadia duduk di gazebo sambil bercengkrama dan memakan jagung serta sosis bakar. Sedangkan si kembar bermain di sekitar kolam renang.

Nata berdiri di pinggir kolam renang sambil memandang bayangannya di sana. Ia merenung. Banyak hal yang sudah ia lewati selama setahun ini.

Nata menghela napas. Dengan penyakit epilepsinya, ia pasti sangat merepotkan keluarganya, terlebih Naren. Naren pernah bilang, saat Nata kambuh, Naren ikut merasakan sakitnya. Apalagi Naren memiliki riwayat asma. Nata khawatir bagaimana kondisi Naren saat ia kambuh.

Nata sering kali berpikir, kenapa dilahirkan jika ia hanya bisa merepotkan keluarganya saja? Kenapa sang bunda tidak melahirkan Naren saja? Kenapa ia harus bertahan sampai sekarang?

Tapi, Nata tidak boleh berpikir seperti itu. Banyak orang di luar sana yang menginginkan hidup lebih lama, namun Tuhan lebih dulu mengambil nyawanya. Setidaknya, Nata cukup bahagia sampai saat ini. Tentunya karena Naren. Naren itu segalanya.

"Kakak!" Tiba-tiba, Naren datang sambil menepuk pundak Nata. Nata yang terkejut dan tak seimbang pun terjatuh begitu saja ke kolam renang.

Dan yang terjadi selanjutnya, Nata kehilangan nyawanya karena sempat kejang di dalam air dan tidak bisa bertahan sampai ke rumah sakit. Nata meninggal di perjalanan.

Keluarganya berubah drastis. Semuanya bersikap dingin. Sebenarnya, Ayah dan Bunda tentu tidak menyalahkan Naren. Mereka hanya masih belum ikhlas dengan kepergian si sulung, dan sedikit melampiaskannya kepada Naren.

Pintu kamar Naren terbuka, Tio di sana. "Naren," panggil Tio.

Naren kembali masuk dan menutup pintu balkon. Baru saja ia ingin membalas panggilan Tio, namun Tio kembali bersuara.

"Ayah udah bilang, jangan tidur larut malam, nanti kamu sakit. Kenapa nggak nurut?"

Naren tau Tio marah. Karena sudah sering Tio memergoki Naren yang belum tidur tengah malam seperti ini. Paling parah, Naren tidak tidur semalaman, dan hal itu tentu mengundang marah sang ayah.

"Cepat tidur," suruh Tio.

Naren menggeleng. "Aku nggak bisa tidur, Ayah," balas Naren dengan suara serak. Entah kapan terakhir kali Naren mengeluarkan suaranya.

"Kenapa? Tinggal tidur, kok susah? Cepat tidur, besok sekolah." Tio pergi meninggalkan Naren yang kembali emosional.

Naren menghapus air matanya menggunakan punggung tangan, lalu berbaring di tempat tidur, memaksakan diri untuk tidur.

EVENT GCAW Official Ke-2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang