Oh Hayoung. Gadis 24 tahun itu sedang sibuk dengan telepon genggamnya yang di dekatkan dekat telinga. Menanti dering berhenti tanda ada yang mengangkat telepon darinya namun nihil. Hayoung berkali-kali mengecek apakah nomor yang dihubunginya salah dan berkali-kali juga menyadari nomor yang dihubunginya benar. Sesuai dengan yang tertera di kartu nama di tangan kanannya.
"Oh Timjang.. Eotteokhaeyo? Apakah sudah bisa dihubungi?" gadis yang mondar-mandir di belakangnya bertanya dengan wajah cemas.
Hayoung menggeleng memberi isyarat dengan tangannya untuk tenang selagi kakinya tak berhenti bergerak karena gugup.
"Eotteokhaeyo? Kita bisa di bunuh Han Daepyo jika seperti ini..." Jung Yerin, gadis lucu yang hanya muda setahun dari Hayoung itu duduk pasrah kembali ke meja kerjanya yang berantakan. Ia menopang kedua siku di atas meja dan menutup mukanya menahan tangis.
"Aku tidak ingin di pecat.." rengeknya sambil tetap berusaha menahan tangisnya.
Hayoung menjauhkan telepon dari telinganya saat telepon itu tak kunjung di jawab. Kedua tangannya ia letakkan di pinggang sambil menatap kesal ke arah Yerin. "Diamlah, atau aku akan mengadukan semua kecerobohan mu pada Daepyo-nim. Kau tidak membantu sama sekali dengan tangisanmu," seru Hayoung tegas.
Yerin langsung berdiri. Menyeka air matanya yang belum sempat keluar dan menutup mulutnya rapat. "Aku tidak akan menangis."
Berikutnya, Hayoung kembali menghubungi nomor yang sama dan mengecek sekali lagi apakah ia salah mengetik nomor. "Ini terakhir kalinya aku menelepon. Kalau masih tidak ada respon. Mari kita jujur dan meminta maaf pada Daepyonim.."
Yerin mengangguk pasrah. Ini semua salahnya andaikan ia memastikan dengan benar kepada siapa ia menyerahkan barang-barang untuk pemotretan hari ini, mereka pasti tak kecurian seperti ini. Fotografer dan model yang ditunjuk sudah siap di lokasi photoshoot tapi barang-barang yang akan digunakan tak kunjung tiba. Ini semua salahnya. Andaikan ia menanyakan nama kurir...
"Yeoboseyo?..."
Yerin menoleh. Panggilan Hayoung diangkat dari sang pemilik nomor dan sekarang Hayoung sedang berbicara dengan orang itu. Yerin lega. Akhirnya, ia tak jadi di pecat. Mungkin.
"Oh Timjang-nim? Bagaimana? Apa kata mereka? Tidak terjadi apapun pada barangnya, kan?"
Hayoung menghela napas dan duduk di bangkunya dengan menghempas badan. Ia menenangkan dirinya sesaat sebelum memberikan tatapan tajam kepada Yerin yang kembali menunduk.
"Jung Yerin! Sudah berkali-kali aku ajarkan padamu bahkan sejak kau magang setahun yang lalu. Sampai kapan kau akan ceroboh dan membuat susah seperti ini?"
"Maafkan aku.." lirih Yerin.
Hayoung kembali menghela napas, tak mau melanjutkan kata-katanya karena sudah keburu lelah. "Mobil yang digunakan kurir itu mogok di pinggir jalan dan aku menghubungi kantor mereka karena kau lupa meminta nomor ponsel petugasnya. Mereka bilang mereka sudah menyalin barang dan sedang dalam perjalanan menuju lokasi photoshoot saat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[APINK SERIES] : Déja Vu (Oh Hayoung)
FanfictionGadis berambut merah panjang bergelombang itu memeluknya hangat, seolah mereka adalah sahabat karib yang sudah lama tak bertemu. "Ah, Kim Chanmi. Ada apa disini?" Kim Chanmi, wanita itu tersenyum. "Aku ingin bertemu dengan tunangan ku..." Senyum itu...