Emergency Call

161 31 9
                                    

adakah yang masih sadar?
minta vote nya dulu, boleh?

oOo

Hayoung mengeluarkan ponselnya, mengecek beberapa pesan dan email yang masuk, kalau-kalau ada hal penting yang perlu di balas. Baru beberapa menit Seungwoo pergi menemui Seungyeon, tapi Hayoung sudah bosan di tinggal sendirian. Hayoung meminum wine nya, beberapa kali memutar gelas dan mengagumi betapa pekatnya warna wine, ya melakukan hal yang tak penting sambil menunggu Seungwoo kembali. Makanan yang terhidang belum habis tapi Hayoung sudah kenyang. Ini semua karena Seungwoo yang tak ikut makan.

Drrtt drrtt

Ponsel di atas meja bergetar, milik Seungwoo. Hayoung meraih ponsel itu, dan berdiri kaget saat melihat nama yang tertulis di sana.

Abeoji

Hayoung segera meninggalkan mejanya dan naik ke atas menyusul Seungwoo. Ini pasti telpon penting.

Hayoung melangkah cepat, tangan kirinya memegang ponsel Seungwoo yang terus bergetar, tak ingin telpon mati lebih dulu.

"Seungwoo, kau dengar aku."

Hayoung mendengar suara keras. Apa pembicaraan mereka terlalu serius? Apa akan mengganggu jika Hayoung masuk ke dalam? Lalu bagaimana dengan telpon dari ayah Seungwoo?

Hayoung berdiri bimbang di ujung tangga. Mengurungkan niatnya untuk menganggu pembicaraan dua beradik itu dan memilih turun, lagipula panggilan dari ayah Seungwoo juga sudah terputus.  

"Kau satu-satunya penerus keluarga. Kau tau kan kenapa hidup ku jadi seperti ini?" suara keras Seungyeon terdengar sampai keluar hingga menarik perhatian Hayoung. Ia tau ini salah, tapi Hayoung penasaran pembicaraan seperti apa sampai Seungyeon, wanita lembut itu berbicara dengan nada tinggi seperti ini.

"Itu karena aku menolak menikahi lelaki pilihan Ayah.." Hayoung berdiri di ujung tangga bingung, masih belum mengerti pembicaraan yang sedang berlangsung di dalam ruangan Seungyeon.

"Apa kau pikir hal yang sama akan terulang untukmu? Aku membangun restoran ini bersama suamiku dengan uang tabungan dari gajinya yang ku sisihkan setiap bulan, kami tinggal di apartemen murah bahkan menunda anak. Kau tak boleh hidup seperti ku."

Hayoung menganga, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

"Aku bisa melakukannya karena suamiku yang mencari uang sedangkan aku hanya membantu. Tapi kau? Kalau kau kehilangan pekerjaanmu, apa kau pikir ayah akan membiarkanmu mendapat pekerjaan lain? Lalu bagaimana dengan Hayoung? Dia akan tersiksa, Woo.."

Hayoung menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan. Sekarang Hayoung mengerti ke mana arah pembicaraan ini. Lelaki pilihan ayah? Dia akan tersiksa? Apa itu maksudnya Seungwoo juga mendapatkan wanita pilihan dari ayahnya?

Selanjutnya Hayoung hanya mendengar suara tangisan yang membuatnya sadar dan segera turun. Tangannya mengusap pipi halus yang tak tau sejak kapan sudah basah. Hayoung meletakkan ponsel Seungwoo di atas meja dan membenahi barang-barangnya.

"Tolong beri tau Seungwoo dan Seungyeon eonni aku ada urusan penting. Terima kasih.." pesan Hayoung pada salah seorang pelayan sebelum keluar dari restoran.

Hayoung mengambil ponselnya di dalam tas dan menelpon sebuah nomor.

'Please pick up your phone...'

🍁🍁🍁

Sehun sedang sibuk dengan foto-foto dari model pendatang baru di tangannya yang dikirimkan oleh salah seorang rekannya yang merupakan CEO agency model. Sehun butuh wajah baru untuk pemotretan kali ini, ia akan berkerja sama dengan brand make up baru yang meminta bantuannya untuk mencarikan model baru dengan kesan fresh untuk menjadi wajah peluncuran produk pertama. Sehun membolak-balik halaman demi halaman, tak melihat seorang gadis unik yang dapat menarik perhatian matanya.

"Hyung, apa kau masih lama?" suara seseorang dari balik pintu mengejutkan Sehun. Di sana telah berdiri Joojin dan beberapa rekan kerjanya yang lain yang sudah lengkap dengan tas kerja dan coat mereka,  jelas menunjukkan akan pulang.

"Eo, kalian pulang saja duluan. Hati-hati.." ujar Sehun, tangan pria itu menyuruh rekannya yang sibuk membungkuk satu persatu untuk segera pergi. "Aku bukan orang tua kalian. Biasa saja.. Cepat pergi."

Akhirnya, mereka semua pergi. Tinggallah Sehun di studio kerjanya seorang diri. Tiba-tiba Sehun merindukan Chanyeol, Baekhyun dan Kai. Sudah cukup lama sejak terakhir kali mereka minum dan kumpul bersama. Pria itu bergerak menuju jas nya yang tergantung di sudut ruangan, tangannya masuk ke dalam lubang kantong, merogoh sesuatu di dalamnya.

Sehun dapat merasakan telpon nya bergetar dan segera menariknya namun getaran itu segera berhenti. Sehun membukan kunci layar dan melihat lima panggilan tak terjawab dari Hayoung. Wajah Sehun berubah pasi, Hayoung tak pernah meneleponnya lebih dari dua kali jika tidak penting, gadis itu pasti hanya akan meninggalkan pesan atau datang sendiri ke rumahnya. Tapi Hayoung menelponnya sampai lima kali? Apa yang terjadi?

Ponsel itu kembali bergetar, dan tanpa ragu Sehun langsung mengangkat panggilan.

"Katakan padaku apa yang terjadi, Young."

oOo

pendek ya? padahal udah nunggu sebulan buat ini doang
sori ya, dee belakangan ini nulis cerita lain jadi lupa sama cerita yang dee tulis di wattpad
kalo sempat dee bakal up lagi kok dalam waktu dekat
thks for all of ur support

selamat puasa, ttp sehat terus dan jangan keluar2 rumah ya klo gk penting hindari juga keramain dan kontak fisik dengan orang2 dari luar

love u all❤

Deja Vu

Selasa
-12 Mei 2020

perfectmatte



[APINK SERIES] : Déja Vu (Oh Hayoung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang