di part ini gk seungwoo ataupun sehun apalagi subin😅
canda deng ntar kalian marah lagi sama dee
part ini akan menceritakan keluarga Hayoung sedikit dan mungkin akan lebih serius daripada part2 sebelumnya
i hope you still enjoy this part ❤😇
tekan bintang nya dulu boleh dong?🌟
oOo
Sehun keluar dari kamarnya dengan rambut basah, sudah siap untuk hari malas-malasan dengan setelan simple nya yaitu kaos tanpa lengan dan celana pendek. Tangannya yang berotot sibuk mengeringkan rambut dengan handuk kecil berwarna putih sambil kakinya terus melangkah menuju dapur.
"Hyung, kau sudah siap mandi?"
Sehun duduk di meja makan yang sudah penuh dengan beberapa jenis lauk, menu sarapan mereka hampir sempurna kalau saja ada nasi dan air putih di atas meja.
"Tidak sia-sia ibumu mengirimkan mu untuk jadi pembantu rumah tangga di rumahku," Sehun bergerak mendekati Subin, membantu mengambilkan nasi, menuangkan air ke dalam gelas dan mengambil sendok serta sumpit dan mengaturnya di atas meja.
Subin tertawa. "Hyung. Apa kau sudah dapat telepon dari Hayoung noona? Sepertinya dia sangat shock."
Sehun menggeleng kesal. "Lagipula siapa yang suruh kau mengaku jadi pacarku?"
"Kau yang suruh. Aku punya foto chat nya di ponselku kalau kau lupa."
Sehun menggaruk kepalanya kasar. "Aku menyuruh kau mengatakannya pada perempuan yang mencoba mendekatiku, bukan Hayoung!"
"Aku kira Hayoung noona sama dengan wanita lain yang kau bilang itu. Lagipula kau tidak pernah cerita detail tentang teman-temanmu padaku, jadi itu bukan salahku sepenuhnya."
Subin duduk di hadapan Sehun dan memulai makannya.
"Apakah kau tak dapat melihat kalau dia berbeda? Dia tidak seperti model atau artis genit yang datang kemari dengan buah tangan lalu berusaha masuk untuk merusak privasiku. Dia berbeda, Subin.."
Subin mengangguk paham. "Baiklah. Ku rasa aku salah paham karena dia datang ke sini dalam keadaan mabuk."
Sehun mengangkat sendoknya, meniup kuah sup yang masih panas mengepul.
"Kalau ku pikir-pikir dia memang berbeda, Hyung," seru Subin saat suasana mulai hening.
"Ha? Apa maksudmu?"
"Ya. Dia tak mungkin seperti wanita-wanita yang mengejarmu. Aku melihat cincin melingkar di jari manisnya kemarin."
Sehun tersedak dengan fakta jujur dari Subin yang membuatnya kembali mengingat kenyataan. Sehun terlalu pusing selama dua hari ini membayangkan reaksi Hayoung saat bertemu Subin, saat Subin mengaku sebagi pacarnya, dan berpikir keras apa yang harus dilakukannya nanti saat bertemu Hayoung kembali, tapi ia lupa bahwa apapun yang dipikirkan Hayoung tentangnya tak akan dapat merubah status mereka.
Teman.
Ya. Kalau bisa lebih, mungkin Sehun bisa dibilang penyelamat Hayoung. Hanya sebatas itu.
oOo
Tok tok
Hayoung mendorong pintu berlapis kertas bermotif itu dengan perlahan sebelum gadis itu terpaku sesaat ketika matanya bertemu dengan sepasang mata lainnya yang tampak terkejut.
"Oh byeonhosa-nim?" sapa Hayoung ragu,ia menggigit bibir bawahnya menunggu reaksi dari wanita yang di panggilnya.
"Hayoung-ssi.. kau datang? Ada apa?"
Hayoung masuk ke dalam ruangan serba putih dengan sebuah ranjang tunggal, satu buah sofa di dekat jendela bersama dengan meja serta sebuah tv berukuran sedang yang di tempel di dinding. Hayoung menarik napas panjang dengan berat sebelum mengukir paksa senyum di bibirnya, berbeda dengan orang di dalamnya yang masih kebingungan. Hayoung segera menutup pintu lalu duduk di samping wanita itu.
"Aku membawakan cake untukmu," Hayoung tersenyum lebar memamerkan sebuah kotak di tangannya.
Oh Byeonhosa-nim tersenyum. "Apa perawat Song memberi tahu tentang ulang tahunku? Kau seharusnya tak perlu datang. Ulang tahun apa di usia setua ini."
"Oh Byeonhosa-nim ulang tahun hari ini? Aku tak tau..." ujar Hayoung seperti terkejut. "Aku membeli cake untuk merayakan ulang tahun ibuku bersama mu. Wah, kebetulan macam apa ini? Bahkan ulang tahun ibuku dan Byeonhosa-nim bisa sama," ujar Hayoung sambil tertawa renyah.
Oh Byeonhosa-nim ikut tersenyum. Merasa takjub dengan kebetulan yang terjadi. "Sepertinya kita memang ditakdirkan untuk bertemu.."
Hayoung mengangguk dengan senyum yang tak lepas, tangannya kini sudah sibuk dengan bungkusan yang di bawanya.
"Cha, karena Byeonhosa-nim berulang tahun hari ini, jadi Byeonhosa-nim yang membuat permohonan.."
Oh Byeonhosa-nim mengangguk antusias, memejamkan kedua matanya dan menakutkan kedua tangannya.
"Yeay.." Hayoung berteriak girang dan bertepuk tangan. "Selamat ulang tahun Byeonhosa-nim.." ujarnya lalu memeluk Oh Byeonhosa-nim erat.
"Terima kasih Hayoung-ssi.."
Hayoung melepaskan pelukannya. "Sekarang potong kuenya.."
Oh Jiwon, wanita itu berhenti saat Hayoung memberikan pisau cake padanya. "Kue ini untuk ibumu, seharusnya aku tidak memotongnya," ujarnya lembut.
Hayoung menggeleng. "Tak apa, aku membelinya untuk kita berdua.."
Oh Jiwon menggeleng. "Tadi aku berdoa semoga kau dan ibumu cepat bertemu. Hayoung-ssi pasti sangat kesusahan kan sendirian? Aku bisa membayangkan betapa kesepiannya dirimu.." ujar wanita paruh baya itu tulus, jemarinya kini pindah pipi Hayoung, mengelusnya lembut di sana.
Hayoung tersenyum pahit, matanya sudah berair dari tadi. "Kau mirip seperti ibuku, bahkan pelukan kalian terasa sama hangatnya.." ujar Hayoung setengah berbisik, air matanya terjun perlahan walau senyum itu masih terus terlukis di bibir yang sama.
"Aku mendoakan yang terbaik untuk ibumu.."
Hayoung mengangguk tanpa sadar tubuhnya di bawa masuk ke dalam dekapan hangat Oh Byeonhosa-nim. Ya, pelukan hangat Oh Jiwon, ibu kandung Hayoung.
oOo
buat yg gk tau
Byeonhosa/ 변호사 = pengacaraDeja Vu
Rabu
-10 Juni 2020perfectmatte
KAMU SEDANG MEMBACA
[APINK SERIES] : Déja Vu (Oh Hayoung)
FanfictionGadis berambut merah panjang bergelombang itu memeluknya hangat, seolah mereka adalah sahabat karib yang sudah lama tak bertemu. "Ah, Kim Chanmi. Ada apa disini?" Kim Chanmi, wanita itu tersenyum. "Aku ingin bertemu dengan tunangan ku..." Senyum itu...