four

1.5K 309 47
                                    

"dari mana aja? bukannya gue nyuruh nunggu dan jangan kemana-mana ya?"

suara hyunjin sempat buat kaki-kaki seungmin gemetar, namun ia tampik dengan berusaha tetap tenang dan biasa saja. untuk kali ini saja ia tak ingin terlihat lemah di depan sang kekasih.

seungmin menatap wajah hyunjin yang sarat akan emosi. ekspresinya datar, dan dingin, dan tegas, dan benar-benar mengintimidasi sampai seungmin harus keras-keras menelan ludah. ia masih tak habis pikir bagaimana justru pria itulah yang marah alih-alih dirinya.

"lo denger kan, kim seungmin? gue tanya lo abis dari mana?"

"makan. sama temen."

pencahayaan di ruangan itu buat seungmin samar dalam membaca ekspresi sang kekasih. ia bahkan tersentak kaget begitu tubuhnya didorong paksa, hingga punggungnya membentur dinding. hyunjin marah, ia tahu itu.

"a friend? or a boyfriend?" geram hyunjin sarkas. seungmin mendecih, bosan dengan semua tuduhan tidak berdasar yang selalu sama keluar dari mulut si pria hwang.

"even if i told you the truth, you've never trust me," napas seungmin tercekat kala ia dihadapkan oleh manik kelam hyunjin yang seakan menyorotnya tajam. bukan pilihan yang tepat bagi seungmin memancing emosi si kekasih dengan mengelak semua ucapannya seperti ini. tapi sungguh, ia muak. ia muak ketika hyunjin selalu menganggapnya berbohong dan menyudutkannya begini.

"kenapa sih lo itu egois banget, hwang hyunjin? lo bisa dengan enaknya cium bibir orang yang katanya cuma temen? for a god sake, temen macam apa yang nyium temennya di bibir ha?!"

dan seungmin selalu tidak bisa menahan emosinya. mungkin itu yang buat ada lebih banyak pertengkaran bermuculan di antara mereka. mungkin hyunjin lelah, tapi seungmin pun lebih lelah. mungkin hyunjin bosan, dan pada dasarnya seungmin pun akan merasa bosan.

"that's different contexts. bianca murni temen gue ya anjing, dan si changbin changbin itu, apa lo nggak sadar dia suka sama lo?" nada-nada tinggi mengisi udara. amarah mencuat kemana-mana, dan tak ada yang bisa meredam. hyunjin hampir ingin melayangkan tinju andai tak ingat pria di depannya adalah kim seungmin.

"you such a bitch, kim, you are really such a bitch!"

agaknya, hyunjin telah melewati batas. semurka apapun itu, ia tak pernah sekalipun melontarkan umpatan-umpatan kasar seperti itu kepada seungmin. mungkin saja air mata dari yang lebih muda sudah seringkali terbuang begitu saja, namun hyunjin tak pernah sekalipun sebelum ini mendapati rasa sakit terpampang nyata dari kristal itu.

mata seungmin telah sempurna dilapisi kaca, yang siap retak dan pecah hanya dalam satu kedipan mata. ia memandangi hyunjin dengan tidak menyangka, ternyata serendah itu dirinya dihadapan sang kekasih.

harusnya seungmin tahu, kan? mengapa ia harus sekecewa ini?

"a-ah ... sure. i'm a bitch, who's didn't know,"

seungmin paksakan tawa, meski terdengar getir dan pedih. ia berbalik setelah menunduk dalam-dalam, mengajak raganya untuk pergi dari unit apartemennya. mungkin terdengar sangat tidak tahu diri, tapi tidak munafik bahwa seungmin sedikit berharap hyunjin datang dan menahannya untuk tidak pergi.

tapi, ya, memang dirinya siapa? hanya jalang 'kan?

\\

𝗹𝗶𝗲. #𝟭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang