andai seungmin ditanya tentang apakah ia jenuh dengan hubungannya, tentu ia jenuh. hyunjin dengan segala keegoisan dan emosinya selalu berhasil buat seungmin marah. ia ingin berteriak dan mengatakan pada hyunjin bahwa pria itulah yang salah.
tapi lidahnya terlalu kelu. mulutnya sudah lelah menyangkal semua tuduhan hyunjin atas segala argumennya. mau sekeras apapun ia menjelaskan, kekasihnya tak akan pernah mau mendengarkan. sikapnya arogan, dan tingkat egoisnya bahkan mungkin lebih tinggi dari harga dirinya.
dan yang bisa seungmin lakukan hanyalah menangis. merutuki betapa bodoh dan lemahnya ia terhadap si pria hwang. bertanya apakah seungmin menyesal? jawabannya tidak. sungguh, setelah semua yang terjadi dan terlepas dari bagaimana keras hubungannya bersama hwang hyunjin, seungmin bahkan tidak pernah berpikir ia menyesal.
mungkin kecewa lebih tepat menjadi kata yang menggambarkan perasaannya saat ini. seungmin tidak menyesali satu tahunnya bersama hyunjin karena pria itu telah mewarnai hari-harinya, tapi seungmin kecewa karena nyatanya, mungkin saja satu tahun ini tak berarti apa-apa bagi hyunjin.
seungmin takut sendiri. ia takut ditinggalkan lagi.
dan bagaimana pun juga, semarah apapun hyunjin, atau sehebat apa pertengkaran di antara mereka, saat-saat seperti ini akan selalu terulang. lagi dan lagi.
ada hwang hyunjin yang akan datang, berusaha membawa seungmin kembali. pria itu datang dengan merengkuh tubuh seungmin yang kedinginan dikursi halte. hyunjin akan datang dengan membiarkan seungmin menangis lagi di dadanya. hyunjin akan datang dan katakan maaf sebanyak-banyaknya, meminta sebuah pengampunan atas segala kalimat kasar yang sebelumnya ia ucapkan.
"babe, i'm sorry. please, apologize me,"
selalu dan akan selalu begitu. bahkan seungmin sendiri tidak tahu apakah maaf itu tulus, sebab hari-hari berikutnya kata maaf tersebut tak bisa jadi jaminan bahwa sikap arogansi hyunjin akan berubah. pria itu akan tetap sama saja, dan seungmin merasa bodoh karena ia tak pernah bisa menolak permintaan maafnya.
"why, hwang hyunjin, why? why do you come to me again? why do you ask the sorry after all the things happend?"
hyunjin semakin eratkan tubuhnya pada sang kekasih, sama sekali tak peduli jika mereka telah menjadi tontonan gratis dan dramatis oleh orang-orang yang tak sengaja lewat. ia pun tak peduli sekuat apapun seungmin lepaskan diri darinya. katakan hyunjin menyesal, sebab ia baru menyadari jika kalimatnya di rumah tadi benar-benar kasar dan lukai perasaan seungmin.
"sorry sorry and sorry, babe, i'm really sorry. gue kelewatan sama lo. g-gue ... kalut,"
kalut katanya? seungmin ingin sekali lontarkan tawa sarkas dan tunjuk kuat-kuat wajah hyunjin, kemudian katakan padanya bahwa itu bukanlah alasan logis untuk sebuah pembelaan. emosi hyunjin tidak pernah stabil, ia selalu kalut untuk hal-hal sepele.
lalu, semudah itukah hyunjin meminta maaf?
"when you called me that, do you know if i end up deciding one thing?" seungmin selesaikan isakannya, mendongak dan tatap manik kelam milik prianya. sesuatu yang bahkan sampai detik ini tidak pernah seungmin pahami arti dari tatapannya. apakah ia benar-benar menyesal, atau hanya menjadi sebuah kepura-puraan semata agar seungmin tak pergi darinya.
"hyunjin, hubungan kita udah gak sehat--"
"babe, please!" hyunjin menyela dengan cepat, seakan-akan tahu ke mana kalimat seungmin akan bermuara. ia meraih wajah seungmin lalu menyatukan keningnya dengan milik si pria kim.
sementara itu, seungmin semakin ragu atas keputusannya seiring perlakuan hyunjin yang lagi-lagi buatnya nyaman. kalimat yang hendak ia ucapkan dengan lantang, berubah menjadi keraguan. ia tatap lagi wajah hyunjin, yang tengah pejamkan mata rasakan hembusan napasnya yang menerpa wajah itu. seungmin akhirnya hela napas panjang, mungkin beri hyunjin satu kesempatan terakhir tak akan jadi masalah besar. paling tidak, untuk hatinya.
"oke, hyunjin. the last chance,"
\\
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗹𝗶𝗲. #𝟭 ✓
Fanfiction[ 𝘩𝘺𝘶𝘯𝘫𝘪𝘯, 𝘴𝘦𝘶𝘯𝘨𝘮𝘪𝘯 ] hubungan itu penuh kebohongan. fairyfox-xo © 2020