nine

1.6K 288 9
                                    

malam sudah larut, dan minho tidak tahu kenapa seorang hwang hyunjin menjadi seseorang yang berdiri di depan pintu apartemennya setelah bunyikan bel secara brutal. dan yang lebih mengherankan lagi, pria itu berdiri seperti orang linglung dengan banyak sekali luka lebam diwajahnya.

minho memang tidak menyukai hyunjin karena sikapnya kepada seungmin selama ini, tapi ia juga bukan orang yang tak punya hati untuk biarkan seorang tamu berdiri di depan pintu seperti orang bodoh. ia menyuruh hyunjin masuk, duduk di sofa sementara ia baru berniat tuk buatkan segelas minuman, sebelum suara nasal hyunjin menginterupsi.

"minho, lo tau di mana seungmin?"

dan dari banyaknya spekulasi tentang apa alasan si pria hwang mengunjungi unitnya, hal tadi menjadi opsi terakhir. minho sama sekali tidak menyangka hyunjin akan menanyakan itu. ia harusnya menjadi orang yang paling tahu dengan keberadaan si pria kim alih-alih dirinya.

hyunjin sadar, minho membombardirnya dengan tatapan tajam yang sarat akan kecemasan. pria itu kini bahkan telah mencondongkan tubuh, beri intimidasi berlebih kepada pria yang lebih muda. hyunjin harusnya tahu, bertanya pada minho tentang seungmin sama saja menyerahkan nyawa. namun, ia tak punya pilihan lain. tidak ketika bahkan ia sendiripun tak temukan sosok seungmin di manapun setelah kejadian di kafetaria beberapa waktu lalu.

"lo apain lagi temen gue?" nadanya tegas, tapi hyunjin tak bisa menyangkal bahwa ada getaran ditiap kalimat minho. pria itu cemas, pasti, sebab hyunjin pun rasakan hal yang sama. "lo apain seungmin, bangsat!"

kemudian, hyunjin hanya bisa kembali pasrah ketika wajahnya bertemu dengan tangan-tangan kuat minho. lebamnya bertambah, tapi itu tak sebanding dengan perasaan khawatir yang mengerubungi dadanya. dan dengan begini, sudah merupakan jawaban yang jelas kalau seungmin tidak sedang bersama minho.

tubuh hyunjin kalah telak. ia luka, dan sakit, dan rasakan perih menjalar pada seluruh bagian tubuhnya. terutama hati, dan pikiran. hyunjin kacau, ia bersumpah dirinya tak pernah sekacau ini. dirinya menyesal, sungguh.

hyunjin berjalan luntang-lantung setelah minho menendangnya supaya pergi. ia kehilangan arah tujuan, hidupnya hancur hanya karena perihal cinta. hyunjin akui dirinya teramat bodoh. ia tak pernah tahu bagaimana cara menghadapi kehidupan. ia terlalu arogan, terlalu percaya diri bahwa seluruh kehidupan berporos padanya. ia pun terlampau naif, berpikir bahwa seungmin akan selalu dan selamanya menjadi miliknya.

hari telah berganti, dinginnya malam sama sekali bukan masalah bagi tubuh hyunjin yang sudah gemetar hebat. kaki-kakinya tiba di depan unit apartemen miliknya bersama seungmin, yang beberapa jam lalu menjadi awal dari rasa panik dan kecemasannya.

hyunjin lelah. ia ingin setidaknya rasakan kembali hangat kasurnya bersama seungmin. ia rindu tawa pria itu, ia rindu suara itu.

pintu terbuka, indera penciuman hyunjin berhasil tangkap satu aroma khas yang sangat familiar. wangi vanila yang begitu manis dan candu, wangi milik kim seungmin. dengan tergesa, hyunjin berlari menuju kamarnya. ia bahkan tidak peduli alas kaki masih menempel di kakinya.

tidak ada yang lebih melegakan bagi hyunjin daripada melihat figur kim seungmin di dalam sana.

hyunjin merengkuh tubuh kekasihnya dari belakang, mendekapnya erat sebab tak mau ditinggalkan. ia kembali menangis di sana, memohon maaf berkali-kali dan berkata bahwa ia tak mau seungmin pergi darinya. hyunjin pun bisa merasakan tubuh yang direngkuhnya ini bergetar, pun juga menangis di sana.

"seungmin, please, stay here. don't go, stay here with me, please,"

dan seungmin hanya bisa menangis. ia menumpahkan emosinya dengan uraian airmata tanpa bisa mengungkapkan apapun melalui kata-kata.

\\

𝗹𝗶𝗲. #𝟭 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang