Jamais vu

6 0 0
                                    

Hari terakhir di bulan Februari tiba. "Ah...kamu beruntung sekali, hari ini beberapa mata kuliah ku ditiadakan jadi kita bisa keluar lebih lama." Alice sedang menelpon Alex saat ia sedang pulang ke rumahnya. Dia berencana untuk ganti baju. Dia juga janjian dengan Alex di rumahnya. "Tadi...aku lihat lapangan skateboard. Ada grafiti bagus. Aku ingin melihatnya," kata Alex saat ia tiba di apartemen Alice.

Sore hari keduanya pergi ke lapangan itu. Sepi. Hanya ada gema suara kicauan burung. Alex begitu mengaguminya. Beberapa menit kemudian keduanya pergi dari lapangan ke tempat yang Alice mau.

"Hari ini kita akan berkulineria," kata Alice saat dia dan Alex tiba di tempat yang Alice ingin Alex tahu.

"Aku udah pernah kesini kok," kata Alex tiba-tiba. Alice menghentikan langkahnya langsung menatap tajam Alex. "Kenapa?" tanya Alex.

"Kamu bilang sudah pernah kesini?" kata Alice.

"Iya."

"Kamu pergi kesini denganku dan itu akan sangat dan jauh berbeda. Ayo percepat langkahmu!" Alice lalu menarik tangan Alex.

Alice memberitahu makanan Korea yang ia suka di daerah itu. Mereka pun mencicipinya. Mereka terus berada di situ hingga matahari hendak turun. Kemudian Alice dan Alex bergegas ke kampus mereka. "Apa rooftop itu bagus?" tanya Alex. Alice mengangguk dan terus berjalan tanpa menoleh ke arah Alex lagi. Tepat saat matahari terbenam mereka tiba di rooftop itu. Angin malam langsung menyapa mereka. "Ah dingin," kata Alice. Alex seketika membisu saat ia tiba di rooftop. Alice melihat ke arah Alex yang sedang melihat ke arah depannya.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Alice pada Alex. Tapi Alex enggan menjawabnya yang membuat Alice hanyut dalam kenangannya. Dia tiba-tiba kembali dalam kenangan masa lalunya. "Entah memori apa itu?"

"Aku melihat diriku menangis disini. Apa aku melakukan kesalahan? Apa seseorang telah berbuat sesuatu padaku? Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?" Dia kesal pada dirinya sendiri.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Alex pada Alice.

Angin membelai rambut Alice yang sekarang semakin panjang. Dingin. "Aku sedang melihat masa lalu ku."

"Masa lalu?"

"Apa kamu punya kenangan di tempat ini?"

"Tentang apa? Katakan padaku!"

Alice mulai bingung. Dia bahkan tidak tahu kenangan apa itu. "Seseorang datang...," Alice kemudian terdiam, "dia datang dan memelukku. Lalu...," kemudian dia melanjutkan ucapannya, "lalu...dia bilang 'jangan pernah menangis saat aku tak di sampingmu'." Alice menatap Alex sekarang. "Kenangan macam apa itu?" kata-kata Alice bahkan membuat Alex bingung. "Apa...kamu benar-benar tidak bisa mengingatnya?" sahut Alex. Alice mengangguk. "Kita juga mengambil beberapa foto." Alice kemudian ingat bahwa dia pergi ke rooftop itu untuk tugasnya. "Aku kesini untuk tugasku," katanya pada Alex.

"Ah sudahlah," Alice menyerah dengan kenangannya.

"Jadi apa yang kamu lihat?" Alice kembali bertanya pada Alex.

"Aku melihat kota Seoul yang indah." Alex menjawabnya lalu tersenyum pada Alice.

"Hey, Alice!" Alex berkata lagi.

"Ayo kita berjanji sesuatu."

"Janji apa?"

"Jangan berjanji kalau kamu tidak bisa menepatinya."

"Anggap saja ini hanya keinginan. Iya, keinginan." Alex terlihat antusias.

"Apa? Katakan saja."

"Aku ingin...," Alex tiba-tiba terdiam.

"Kamu ingin apa?"

"Aku ingin kita bertemu lagi. Saat kita...," Alex mengatakannya.

Keduanya pun meninggalkan jejak di rooftop itu. Alice dan Alex pun kemudian bergegas ke restoran yang terakhir mereka datangi. Seketika cuaca menjadi sedikit mendung dan rintik hujan mulai turun padahal Alice dan Alex baru setengah jalan. "Ah mulai gerimis," kata Alice. Mereka berdua pun berlari secepat mungkin untuk bisa tiba dia restoran itu. Hal yang tak Alex duga adalah dia bertemu teman-temannya yang sedang makan malam bersama. Akhirnya Alex dan Alice pun bergabung bersama teman Alex.

Alice menjadi sangat muda akrab dengan teman-teman Alex, mereka juga ramah pada Alice yang usianya lebih muda dari Alice. "Ah sayang sekali lusa kita harus pulang," sahut salah satu teman Alex. "Aku akan jamin Korea menjadi negara yang kalian rindukan," kata Alice. "Dan sepertinya aku akan merindukan kenangan kita disini," kata teman Alex yang lain.

Alice kembali sangat larut tapi sebelumnya dia sudah pamit dengan mommynya. Alice sangat berterima kasih karena Alex membuat hari Kamisnya menjadi hari baru untuknya. "Sampai ketemu besok," kata Alex. Alice melambaikan tangannya lalu masuk.

Summer Spring #5Where stories live. Discover now