1

921 20 3
                                    

Seorang cewek berambut coklat berjalan cepat menyusuri lorong sekolah dengan penuh gairah amarah yang terpancar di wajah nya, terutama saat mengingat kejadian yang membuatnya muak.

BRAKK!!!

Suara dobrakan pintu yang keras menghiasi seisi ruangan kelas yang sudah terisi oleh beberapa murid yang sudah datang sejak pagi. Mustahil bagi seorang Arra Windha untuk datang pagi, hanya karena untuk melabrak wanita lancang yang berani merusak kebahagiaan nya.

" Raa, tumben udah dateng jam segini " Sapa Venya sambil menepuk pundak Arra lengkap dengan senyuman ramah nya.

" Lo gausah sok baik di depan gue!! Lo pikir gue gak tau apa yang udah lo lakuin di belakang gue?! " Bentak Arra sambil menepis lengan Venya.

" Ma-maksud lo a-apa?! " Ucap gugup Venya sambil menatap Arra dengan tatapan bersalahnya. Dan ditanggapi dengan senyum samar milik Arra yang terpancar dari balik rasa kekecewaan nya.

" Gue tau kalo lo selingkuh sama cowok gue!! Lo tuh gak lebih dari sekedar perek tau gak? Gue muak liat muka lo yang sok polos dan kalem itu. Ternyata lo itu Medusa!! Kita tuh sahabat dan lo tenar di sekolah juga karna temenan sama gue. Kalo gak ada gue, lo itu bukan siapa siapa disini. Ngerti?! " Ucap Arra, lalu menjambak kuat rambut Venya dan menampar wajah putih pucatnya.

" Lo tuh gak tau yang sebenernya itu kayak gimana! Jangan hakimin Venya dulu sebelum lo tau yang kebenarannya!! " Ucap Dhifa sambil menampar pipi kanan Arra. Lalu dengan sigap, Arra pun menampar balik pipi kiri Dhifa.

" Lo gausah ikut campur!! Gue ada urusan sama si perek ini, bukan sama lo. Lo kan temen gue dan harusnya lo dukung gue dong " Ucap Arra sambil mulai menumpahkan air mata kecewa nya yang sudah susah payah ia bendung.

" Perlu lo ketahui kalo gue tuh sebenernya gak suka sama cara dan sikap lo perlakuin kita. Lo sering bertingkah sesuka lo yang tentu itu bikin gue sakit hati, jokes lo itu bisa bikin siapapun ngerasa sakit hati. Gue udah susah payah buat sabar ngadepin lo sampe akhirnya gue sekarang liat dengan mata kepala gue kalo lo labrak Sahabat lo ini tanpa tau kebenarannya seperti apa!! " Ucap Dhiffa sambil tersenyum puas melihat Arra dalam keadaan seperti ini.

" Ohh, ternyata kalian berdua sekongkol di belakang gue? Ini cara kalian berterimakasih sama gue? Lo berdua itu manusia paling berengsek yang pernah gue temuin, manusia gak tau terima kasih dan PEREK kayak kalian itu gak pantes hidup!! " Ucap Arra sambil mendorong Dhiffa dan Venya sampai akhirnya menabrak meja yang kemudian keluarlah darah segar dari pelipis kepalanya.

" Arra Windha!! Apa apaan kamu?! Sekarang juga kamu ikut saya ke ruangan BK " Ucap seorang guru yang selaku guru BK yang ternyata sudah di panggil oleh salah satu murid di kelasnya.

" Tapi bu di--- " Ucap Arra membela diri nya.

" Gak ada kata tapi tapian, sekarang juga kamu ikut saya ke ruangan saya!! "

Arra pun mengikuti langkah guru nya yang menuntun nya ke arah ruangan dingin yang menjadi tempat eksekusi bagi murid bermasalah di sekolah ini. Murid lainnya yang berada di sepanjang lorong sekolah melihat ke arahnya dengan tatapan penuh kemenangan, karna melihat seorang primadona sekolah yang suka bertindak sesukanya itu di giring ke ruang BK.

" Baguslah, akhirnya dia kena juga! Hahaha "

" Lagian jadi orang kebanyakan gaya si, makan tuh getah nya "

" Apa lo?! berani ngomongin gue?! Maksud lo apa?! Sini kalo mau ribut, gausah ngomongin gue dari belakang. Cupu lo! " Ucap Arra sambil mendorong beberapa orang yang berada di sepanjang lorong itu. Dan hanya di balas dengan tawaan puas dari seluruh murid yang pernah ia bully, labrak, dan hina.

Sesampainya di ruang BK, ruangan itu terasa dingin sekali dan penuh dengan catatan kriminal para murid nakal di sekolahnya. Ia adalah perempuan pertama yang masuk ke dalam ruangan terkutuk itu. Dan mungkin akan menjadi murid perempuan pertama dan terakhir yang masuk ke dalam ruangan itu.

SMA Tunas Bangsa, tempat dimana ia mencari jati diri. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah ternama dan terkenal di Ibukota Jakarta. Namun, kebanyakan dari mereka adalah murid yang pintar, kutu buku, dan berakhlak baik.

Berbeda dengan Arra Windha, ia satu satunya murid perempuan yang berbeda dengan yang lain. Sosoknya yang selalu malas, membuatnya ingin membolos jam pelajaran dan mengharapkan guru tidak datang dengan berbagai alasan yang ia buat.

" Maksud kamu apa melakukan hal kayak gitu? " Ucap dingin guru nya.

" Saya cuma membela harga diri saya, dia udah rebut cowok saya. Makanya dia pantes buat di sebut PEREK! " Ucap dingin Arra lengkap dengan penekanan saat menyebut kata Perek.

" Kamu tau kalo perbuatan kamu udah di luar batas? " Ucap gurunya lagi.

" Tapi saya disini cuma membela kebenaran buat diri saya sendiri. Kenapa sih mentang mentang saya banyak masalah jadi saya harus dihakimi walaupun saya gak salah gitu? Sekolah sampah. " Ucap Arra sambil menggebrak meja di depan nya.

" Arra Windha!! Bilang apa kamu?! Kamu mau di skorsing?! " Bentak gurunya lagi.

" Gak usah di skors, DO aja sekalian. Saya udah bosen sekolah disini " Ucap dingin Arra sambil melipat tangannya di depan dadanya.

" Besok tinggal tunggu surat pernyataan keluar " Jawab gurunya. Dan hanya di tanggapi oleh tatapan malas oleh Arra.

" Udah kan bu? Saya mau pulang aja ya. Capek sekolah mulu! " Ucap Arra pada guru nya yang sedang mati matian menahan marahnya.

" Kamu kembali ke kelas!! Karna ini belum saatnya pulang " Bentak guru nya. Dan hanya di balas dengan acungan jempol nya ke udara dan berlalu meninggalkan ruangan dingin itu untuk segera pulang ke rumahnya yang menurutnya membosankan itu.

Selama di perjalanan, hanya motor dan pejalan kaki yang berlalu lalang di sekitarnya. Ia berada di dalam mobil Lamborghini Aventador Lp720 miliknya. Berjalan menyusuri keramaian dan kepadatan Ibukota.

Setelah sampai di rumah, ia hanya menghabiskan waktu untuk sekedar berbaring di kasur dan mengotak atik Handphone nya. Untuk sekedar memenuhi hasrat rasa malasnya yang sering melanda.

Hidupnya berkecukupan, apa yang ia ingini bisa tercapai baik lewat orang tuanya dan ketiga kakak nya yang selalu memberinya uang jajan yang melebihi batas cukup untuk remaja seusianya. Maka tidak dengan segan ia mampu membeli keperluan nya setiap saat yang ia mau, baik itu perawatan kulit, peralatan make up, dan makanan yang ia mau, kapan saja dan kapan pun.

Fuck GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang