Chapter 17

24 3 0
                                    

"Relita enggak mau lagi berharap kepada manusia Ma," ujar Relita parau dan tersendat, serta air mata yang terus mengalir.

"Maksud kamu apa Nak?" tanya Dina yang tak paham.

"Ma, Bisma adek kelas yang selalu Relita ceritakan udah ada calon istri Ma," jelas Relita sambil menangis sesegukan.

"Apa? Kok bisa? Bukannya kamu bilang Bisma itu belum ada pacar." tanya Dina skiptis.

"Enggak, enggak Relita salah Ma Bisma udah ada calon." ujar Relita yang masih menangis.

"Yaudah, kamu ikhlaskan saja Nak, mungkin kalian belum berjodoh." Dina berusaha menasehati Relita.

"Ta-tapi Ma, Relita cinta sama Bisma." cicit Relita.

"Iya Mama tau, tapi mau bagaimana lagi. Jika seperti ini jalannya. Kamu juga tidak bisa memaksa Bisma untuk menikah dengan kamu kan?"

"Iya Ma, Relita ngerti." ujar Relita seraya menyeka air matanya yang terus mengalir.

---

Sampai di depan rumah Chelsi akhirnya Bisma dan Chelsi pun masuk ke dalam rumah. Tidak ada obrolan antara mereka berdua sejak  diperjalanan mobil tadi.

"Kak, kakak mau tidur di kamar depan atau di kamar belakang?" tanya Chelsi.

"Kamar belakang aja." sahut Bisma yang sibuk dengan ponselnya.

"Oke." sahut Chelsi,"Kakak mau aku bikinin teh, kopi, atau coklat panas?" tanya Chelsi dengan antusiasnya.

"Enggak usah, kakak pengen istirahat aja. Kamarnya dimana?"

"Oh, iya kak disana." tunjuk Chelsi setelah itu Bisma pergi tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Chelsi.

Jujur dada Chelsi sedikit sesak kini. Tiba-tiba badannya melemas dia termenung sebentar memikirkan atas sikap Bisma tadi yang cuek dan tidak memperdulikan usahanya sedikitpun. ' enggak, Gue enggak boleh nyerah! Ini memang tujuan awal Gue. Apapun yang Gue mau harus Gue miliki!' batin Chelsi, lalu kembali tersenyum dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya.

---

Pagi telah datang mentari yang berwarna jingga 'pun telah turun dari singgasananya. Embun-embun bekas tetasan hujan malam tadi, masih melekat sempurna didaun, rumput, dan pepohonan.

Seorang wanita cantik telah rapi dengan menggunakan hijab yang selalu dia ikat kebelakang yes this is true itu Relita!

"Anak Mama pagi-pagi udah rapi aja, mau kemana?" tanya Dina sambil menyiram bunga.

"Mau ke rumah sakit Ma jenguk Mamanya Risky." jawab Relita sambil mengenakan snekersnya.

"Mama ikut dong. Memangnya Maminya Risky sakit apa sih?" tanya Dina penasaran.

"Hm, itu, sakit kanker stadium 3 ma, dan katanya Mamanya Risky udah enggak bisa bertahan hidup lebih lama lagi." ujar Relita seraya menunduk sedih.

"Apa!? Kok kamu enggak ngasih tau Mama sih? Maminya Risky itu sahabatnya Mama Relita!" Dina buru-buru meletakan selang air dan bersiap-siap berganti pakaian untuk menjenguk Maminya Risky.

Setelah 15 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan beroda dua Relita, akhirnya Relita dan Dina sampai ke rumah sakit dimana Risda Maminya Risky dirawat.

"Maminya dirawat diruang mana?" tanya Dina.

"Di ruang mawar Ma." sahut Relita.

Setelah sampai di ruangannya Dina dan Relita pun langsung menghampiri Setiawan dan Risky yang tengah menunggui Risda.

"Setiawan!" panggil Dina pelan," Kamu yang sabar yah." ujar Dina dan hanya dibalas anggukan oleh Setiawan.

"Bagaimana keadaan Risda?" tanya Dina.

"Kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Dokter bilang, kalau umur Risda sudah tidak akan panjang lagi." ujar Setiawan lirih, lalu Dina langsung menghampiri Risda.

"Yaampun, Risda kamu sahabat saya. Saya mohon kamu bertahan demi Risky, demi suami kamu." ujar Dina sambil memegangi tangan Risda yang tengah tertidur mata Dina sudah berkaca-kaca melihat sahabatnya yang terbaring lemah di atas kasur. Sedangkan Setiawan hanya menunduk sedih sambil memperhatikan Dina.

Sementara itu Relita dan Risky telah meninggalkan rumah sakit dan hendak membeli makanan, karna keluarga mereka sama-sama belum sarapan. Relita nampak termenung, dia masih memikirkan kejadian malam tadi yang membuat dadanya terasa sesak dan sakit, tanpa dia sadari cairan bening itu menetes tanpa diundang.

"Relita! Kenapa Lo nangis?" tanya Risky tiba-tiba sambil menatap Relita bingung.

"Ah, enggak kok Ki. Gue cuman kelilipan." alibi Relita dan langsung menghapus air matanya.

"Kalo, Lo ada masalah Lo cerita, jangan Lo pendam." ujar Risky lembut.

"Emm, enggak kok Ki Gue enggak papa." Relita tersenyum paksa berusaha menutupi kesedihannya.

"Lo bohong Ta. Gue tau, Lo enggak bisa bohongin Gue, Gue udah kenal banget gimana sifat Lo. Dan jangan lupa Gue udah kenal sama Lo selama lima tahun," ujar Risky.

Relita menghela napas pasrah," Lo enggak usah mikirin Gue dulu Ki. Lo pikiran keadaan nyokap Lo dulu aja."

"Lo sahabat Gue, dan sama pentingnya sama keluarga Gue, jadi Lo harus cerita sama Gue." ujar Risky.

"Gue belum siap Ki untuk cerita, dan Gue harap Lo ngerti." ujar Relita.

"Oke, kalo itu yang Lo mau. Gue bakal nunggu sampai Lo siap buat cerita." ujar Risky, lalu menggandeng tangan Relita.

"Ki." panggil Relita ragu.

"Iya, kenapa Ta?" sahut Risky.

"Emm, Gue boleh nanya enggak?"

"Iya, nanya aja Ta. Mau nanya kok pamit-pamit dulu. Memangnya Gue siapa Lo sih? Gue itu sa.ha.bat. Lo." ujar Risky dengan nada penekanan.

Relita hanya nyengir kuda, sementara Risky terkekeh pelan melihat kelakuan Relita yang menurutnya lucu.

"Jadi, gini, kalo misalnya Lo kan suka sama orang. Terus orang itu udah ada calon, padahal Lo tu cinta mati sama orang itu nah, apa yang harus Lo lakuin?"

"Bunuh diri." jawab Risky singkat.

"Ih, Gue serius Ky! Lo jangan becanda dong," Relita menatap Risky kesal, bukannya memberi solusi terbaik, malah memberi solusi yang tidak-tidak.

"Iya-iya." Risky nyengir kuda tanpa dosa,"Gue becanda doang kok, enggak usah bawa serius."

"Kalo Gue sih. Gue bakalan move on aja dan berusaha ikhlas, toh enggak ada gunanya juga kita terus bertahan. Percuma juga kita terus-terusan bertahan sama orang yang jelas-jelas enggak cinta sama kita dan udah ada calon. Gue kasih tau yah sama Lo Ta, kalo misalnya dia udah ada calon. Itu artinya dia itu cinta sama calonnya dan kita. Kita bisa apa? Memaksa orang itu untuk cinta sama kita? Enggak kan?" jelas Risky, sementara Relita hanya terdiam mendengar penjelasan Risky.












Voment yah! See you next part! Buat kalian yang udah mampir author ucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya.

Relita Story [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang