Riski kini tengah mengendarai motor gedenya. dia berniat ingin menjenguk dan menemani maminya yang tengah sakit.
Setelah sampai dirumah dan memarkirkan motornya,dia sangat terkejut melihat Papa dan Maminya yang sedang berbincang-bincang didepan rumahnya,lalu Riski sengaja bersembunyi disebelah rumahnya dia ingin tau apa yang sedang diperbincangkan oleh Papa dan maminya yang terlihat seperti sangat bahagia.
Hmm kita salah selama ini,kita terlalu mengedepankan pekerjaan dan mementingkannya.sampai lupa dengan Riski, dia pasti sangat kecewa memiliki seorang ibu seperti aku, aku sebagai Maminya Riski merasa kalau aku sangat keterlaluan dengan Riski. bahkan sejak dulu aku tidak pernah memasakkan makanan untuk dia,tapi dia masih bisa tumbuh dewasa dengan diurus pembantu.aku masih tidak habis pikir dengan diriku sendiri yang bahkan tidak memperdulikan anaknya sendiri. Ucap dari seorang wanita parubaya itu tanpa terasa setetes air mata turun kewajah pucatnya.
Suasana yang tadinya dipenuhi dengan bahagia, kini berubah menjadi menyedihkan.
Sudah-sudah Mi Papa enggak mau lihat Mami nangis lagi,itu semua adalah kesalahan masa lalu Mami,dan tugas Mami sekarang adalah memperbaikki kesalahan Mami dulu.dengan mengulangnya dari awal.
Tapi Pa, Mami enggak bisa kewaktu awal lagi dimana Riski masih kecil,Mami enggak bisa kewaktu awal lagi untuk memperbaikkinya,dan,dan Mami---
Setiawan langsung memeluk istrinya itu,dan Risda Maminya Riski langsung menangis tersedu-sedu didalam dekapan Setiawan.Riski yang melihat pemandangan itu, hatinya sangat sakit dia sangat iba melihat Maminya kini yang tengah berwajah pusat dan bermata sembab karna menangis itu,tanpa sadar air matanya tengah menetes dipipinya, dia terpaksa harus menangis dan melanggar perintah Papanya untuk tidak pernah menangis, sebab dia anak laki-laki, toh dia juga manusia biasa yang memiliki perasaan pikirnya, lalu Riski dengan cepat menghampiri kedua orang tuanya itu dan ikut memeluk mereka berdua.
"Ma,Pa Riski senang melihat kalian sudah sadar dengan kesalahan kalian,Riski sangat terharu melihat ini,Riski udah lupain semua masa lalu Riski yang suram,dan kini Riski ingin merasakan kasih sayang kalian berdua lagi,walaupun Riski sudah besar." ucap Riski sambil tersenyum tulus.
"Ka-ka-kamu sejak kapan disini Riski?" tanya Setiawan yang terkejut, dan melepaskan pelukan mereka bertiga.
Risda hanya diam, dia tak bisa berkata apa-apa lidahnya terasa kelu untuk berbicara,mungkin ini efek karna dia tidak pernah memperdulikan Riski selama ini, yang ada hanyalah rasa yang bersalah yang menyelinap dihatinya saat ini.
"Mami kok diam,katanya mau memperbaikki hubungan Mami dengan Riski dan mengulang ini semua dari awal," ujar Riski sambil memajukan bibir bawahnya berusaha untuk mencairkan suasana yang canggung ini,padahal dengan Maminya sendiri,tapi terlihat seperti orang yang baru kenal saja" gumamnya.
Risda menahan tawanya melihat Riski yang tengah cemberut dengan memajukan bibir bawahnya itu,Riski sangat lucu menurut Risda.
"Kalo mau ketawa,ketawa aja Mi enggak ada yang larang kok.memangnya ada HAM yang mengatasnamakan dilarang tertawa." ujar Riski sambil tersenyum.
"Hahahaha," Setiawan tertawa garing mendengar lawakan Riski tadi, yang menurutnya sama sekali tidak lucu.
"Apaan sih Pa," ucap Riski yang tambah cemberut melihat Papanya yang tertawa garing,sungguh tidak menghargai anaknya yang sudah bersusah payah untuk melawak agar Maminya itu tertawa dan tidak sedih lagi.batinnya.
Lalu Risda tertawa dengan tulus,dia tertawa melihat suaminya dan anaknya itu,dia sudah lama.tidak merasakan kebahagiaan yang seperti ini,ini sangat hangat dan hatinya Risda kini tengah sangat bahagia,lalu Risda langsung memeluk Riski.
KAMU SEDANG MEMBACA
Relita Story [REVISI]
Novela Juvenil"Eh kakak kenapa? Kok kakak nangis disini?" tanya Bisma. "Ha? Hmm. Eng-gak kok. Kakak cuman lagi duduk aja," jawab Relita sambil menyeka air matanya. "Kakak bohong aku lihat kok daritadi, kalo kakak lagi nangis."