Seoul 6

555 53 21
                                    

"Jiyeon mengapa kau tidak buang saja boneka itu?" Suara Sieun begitu besar hingga Jiyeon menyuruhnya mengecilkan suara dengan jari telunjuk di depan bibirnya yang terbentuk seperti menyebutkan konsonan u.

"Sst. Tapi aku melewati semua masalah tadi hanya demi menemukannya." Senyum Jiyeon pada Sieun, ia membawa kantung plastik berisi snack ringan untuk dirinya dan kedua temannya makan malam ini. Jiyeon merogoh saku jeansnya, mengambil sebuah kunci kamar sewanya, tapi ada yang aneh, pintu kamar sewanya sedikit terbuka. Buru-buru Jiyeon membuka lebar pintu kamar sewanya mendapat pemandangan yang berantakan dari kamarnya, mulai dari kursinya yang terbalik, beberapa foto pajangan jatuh, jendela kamar yang terbuka, tripod kameranya jatuh. Kamera. Mata Jiyeon mengelilingi kamarnya menghentikan pencarian pada satu barang, tempat penyimpanan kameranya, agak sedikit lega, koleksi kameranya tidak ikut rusak.

"Kau baik-baik saja Jiyeon? Sepertinya mereka tidak mencuri apapun" Khawatir Gaeun pada kondisi Jiyeon dan kamar sewanya.

"Ini sangat kejam" hati Sieun yang begitu inosen.

***

"Selain kamera, tidak ada lagi yang bisa kita dapatkan dari sana" Pria berpakaian tuxedo berbicara dengan seseorang di seberang telpon genggamnya, panggilan dengan interlokal, Hong Kong.

at Hong Kong.

"Jadi kau tidak bisa menemukannya sama sekali? Aku tidak mau mendengar alasan apapun, mengertilah bahwa there is no next time" Lucas, dibalik suara yang berbicara dengan pria berpakaian tuxedo tadi adalah Lucas. Pria dengan mata lebar dan bibir tebal itu duduk dengan penuh kewibawaan dalam ruangannya, menatap pemandangan Hong Kong dari kaca jendela besar.

Such incompetence, bahkan tidak dapat menemukan satu disk data. Tinggal sedikit lagi dan aku akan dapat memulihkan kasus rahasia terbesar dari semua hala, bukti ada di tangan anak didik muda Daniel. Daniel mengambil resiko hanya untuk mengambil kembali anak itu. Aku tidak tahu apakah Daniel benar-benar tidak mau memberikan disk itu atau dia hanya percaya pada wanita muda itu. Tapi jika dia begitu penting bagi Daniel, wanita itu, Jiyeon, jika ia bergerak dengan teliti, semua ini akan seru.

Batin Lucas.

***

One week later, Korea.

"Karena insiden kemarin, pekerjaan-ku diserahkan ke Hayeon. I'm pissed" Di sebuah restoran pinggir kota, Jiyeon berbicara dengan telepon genggamnya, sembari menunggu seseorang tampaknya. "Hah? Apa? Aku hari ini sedikit si—" Jiyeon terkejut dengan kedatangan seseorang di hadapannya, seseorang itu menarik bangku hingga terdengar sedikit bunyi decitan.

"Boleh aku duduk?" Kemudian pria itu mendudukkan dirinya. Membuka kacamata hitam yang menutupi mata bulatnya, tampan, duh. "Apa kau ingat dengan ku?" Lucas masih dengan posisinya yang cool, im sorry this duh again, duh. Sedangkan Jiyeon sejak awal melihat Lucas menarik bangkunya, wanita itu gemetar hebat, sepertinya kejadian saat ia hamper tertembak oleh Lucas masih menyisakan ketakutan besar untuknya.

"Ah— Lucas" Jiyeon agak menurunkan telepon genggamnya.

"Ya, kau benar, Lucas. Apa kedua teman mu baik-baik saja?" Jiyeon tercekat, dalam pikirannya yang satu menolak bahwa pikirannya yang lain, yang mengatakan bahwa Sieun dan Gaeun sedang tidak baik-baik saja.

"Hei, Jiyeon!" Terdengar besar, itu suara Sieun dari dalam telepon genggamnya. Jiyeon kembali menempatkan telepon genggamnya ke samping telinga.

"Sieun, kau dimana sekarang?" Gemetar hebat Jiyeon bahkan tidak dapat ia sembunyikan, sampai tangan kirinya ikut menahan gemetaran dari tangan kanannya yang mengangkat telepon genggamnya.

Finder | ✔️ COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang