Hongkong 5

226 33 38
                                    

Jiyeon mengeringkan rambutnya dengan handuk, tubuhnya ia tutupi dengan bathrobe, baru saja membersihkan dirinya setelah bercinta dengan Lucas. Matanya memutar malas lagi-lagi melihat Wenxiao, terlalu malas sungguh membosankan melihatnya terus menerus.

"Wen, Lucas bilang dia mabuk. Tao tidak ada, jadi siapa yang akan merawatnya?"

"Jiyeon, apa kau tidur ditempat tuan Lucas semalam?" Jiyeon membelalakkan matanya, menutup sebagian wajahnya dengan handuk.

"Tidak ada yang dapat aku lakukan. Dia membuatku tidur bersamanya saat dia mabuk. Toh lagipula kau selalu berada di depan pintu saat itu terjadi" Wenxiao mengerutkan keningnya

"Kau seharusnya menjaga jarak sedikit dengan tuan Lucas" Jiyeon menatap Wenxiao, pria itu tetap mengatur emosinya "aku tidak dapat membantumu jika kau sendiri tidak pergi dari sana semalam".

"Aku tidak peduli! Itu bukan salahku!! Kau yang bilang bahwa aku harus menjaga sikapku!" Tetiba saja Jiyeon berbicara dengan volume keras pada Wenxiao, seperti ingin menyalahkan Wenxiao mengapa ia tidak membantu Jiyeon semalam untuk keluar dari rengkuhan Lucas. Dan sekarang Wenxiao semacam membuat protes pada Jiyeon karena bercinta dengan Lucas. Setidaknya itu yang Jiyeon tangkap, "kau tahu apa yang telah terjadi padaku berarti kau punya banyak keberanian untuk mengatakannya. Jika kau berkata seperti itu, mengapa tidak kau saja yang menggantikan posisiku saat ini?"

Wenxiao mendekat pada Jiyeon, wajahnya serius tapi terlampau datar. Melempar baju padanya. "Pakai bajumu"

"Hm"

"Jiyeon, do you want to go home? to Daniel?" Jiyeon mendadak tuli, mungkin ia sengaja

"Hah? eh— ke Korea?" Jiyeon meyakinkan pertanyaan Wenxiao lagi

"Bagi kami, tidak ada yang tahu kapan perang dengan Daniel akan berhenti selama kau masih ada disini" Wenxiao menggigit giginya sendiri, "aku juga ingin cepat-cepat keluar dari situasi seperti ini"

"Lalu, bisakah kau membiarkanku diam-diam pergi dari sini? Jika kau melakukan itu, kau juga bisa keluar dari situasi menyusahkan ini" Wenxiao menatap Jiyeon tajam, mengkritik ide wanita itu.

"Kau tidak tahu apa hukuman bagi seorang pengkhianat"

"Hukuman? Benar, Lucas sangat menyeramkan. Tapi kemarin dia terlihat sangat kacau" Jiyeon menjeda ucapannya sebentar, berpikir bagaimana kata-kata yang ia sampaikan, "setiap kali ada masalah, dia selalu bergumam 'sial kau Daniel'. Did Daniel do something to him?"

Wenxiao terdiam kemudian menjawab setelah sepersekian detik ia berpikir, "aku tidak tahu. Sepertinya dulu mereka mempunyai relasi yang baik meskipun sekarang organisasi mereka lawan satu sama lain, tapi Lucas tetap menghargai Daniel sebagai temannya"

"Apa dulu mereka sempat menjadi sahabat?"

"Ya sepertinya, tapi aku juga tidak terlalu tahu. Aku tidak pernah tertarik dengan urusan pribadi mereka" Jiyeon jadi mulai berpikir, selama ini Lucas tiba-tiba datang jauh dari Hongkong hanya demi sebuah disk. Ya meskipun Jiyeon tahu isi disk itu begitu penting untuk Lucas tapi untuk datang langsung ke Seoul, merepotkan. Mengapa Lucas tidak menyuruh anak buahnya untuk mengambil disk itu, mengapa dirinya dengan rela datang ke Seoul? Mengganggu Jiyeon untuk jauh dari Daniel. Alasan spesifik apa Lucas melakukan itu?

"Cepatlah pakai bajumu, nanti kau masuk angin" Ujar Wenxiao, sedikit khawatir jika Jiyeon akan sakit, jika wanita itu sakit bisa saja Daniel melancarkan aksinya lebih ekstrim. Sperti membunuh semua anak buah Lucas? Atau mungkin membunuh Wenxiao sendiri karena menyebabkan Jiyeon sakit, seram.

"Jadi apa masalahnya dengan semua kebencian mereka terhadap satu sama lain?" Tanya Jiyeon

"Tuan Lucas percaya bahwa Daniel terlibat dalam pembunuhan tuan Yin, bos sebelum Lucas. Tapi faktanya, pembunuhan dia diluar kendali Daniel"

Finder | ✔️ COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang