Hongkong 3

210 42 42
                                    

Jiyeon meremas bajunya, air mata masih dengan seru menghujani wajahnya. Dia sudah tidak kuat lagi dengan keadaan seperti ini. Jika Jiyeon terjebak ditengah-tengah perseteruan Daniel dan Lucas, sudah jelas ia akan lebih memilih berada diposisi Daniel.

I'm going home, to where Daniel is.

Jiyeon mebalikkan tubuhnya, lari dari Wenxiao beruntung memang kamarnya jauh dari kamar Lucas, terlampau jauh jadi ajudan pria Tiongkok itu tidak banyak berada di lantai yang sama dengan kamar Jiyeon. Wanita itu berlari keluar gedung flat khusus untuk kediaman Lucas, dasar pria kaya.

"H-hei!! Kau mau pergi kemana Park Jiyeon?" Teriak Wenxiao setelah menyadari Jiyeon lari dari sana. Ajudan Lucas itu juga ikut berlari mengejar Jiyeon, sayang, Wenxiao menyadari kepergian Jiyeon setelah jaraknya agak jauh sehingga tidak berhasil mengejarnya.

Sebenarnya saat Jiyeon pergi keluar gedung, Tao, anak lelaki kecil itu tengah membuang sampah dan melihat kepergian Jiyeon yang terburu-buru.

.

.

Penuh dalam pikirannya, ia tidak mau berada disana lagi, Jiyeon ingin pulang ke Korea. Baju putihnya sudah lusuh, keringat mengucur disana tanpa henti. Ia sempat berhenti untuk mengatur nafasnya dan melihat kebelakang, berharap Wenxiao tidak mengikutinya lagi.

Ternyata harapan itu tidak terkabulkan, Wenxiao masih berkeliling mencarinya. Jiyeon segera bersembunyi di balik tiga bakul keranjang buah yang ditumpuk.

"Hei! Siapa kau?" Seorang pria bertubuh besar datang dengan keranjang buah ditangannya, mengamati Jiyeon yang terlihat lusuh, "apa kau seorang pencuri?"

Jiyeon memutar bola matanya sebentar, ia hanya mengerti sedikit dari apa yang dibicarakan pria yang sepertinya adalah pemilik toko buah ini. "Bukan! Aku bukan seseorang yang jahat. I'll be out of your way soon, just please be quiet" Jari telunjuknya ia posisikan di tempat mulutnya, menyuruh pria itu untuk tetap diam.

"Oh— I didn't realize. Aku tidak berpikir bahwa kau akan datang kemari, aku sudah mengumpulkan uang yang kupinjam tapi aku belum dapat mengumpulkan sepenuhnya." Pria itu mendadak panik, ekspresinya benar-benar seperti orang yang ketakutan. "Aku hanya punya sebanyak ini. Sisanya aku janji aku akan membayarnya..." Bahkan ia memberikan Jiyeon satu balok uang.

"Wait a sec... you've got it wrong" Pria itu tetap memohon untuk Jiyeon mengambil uangnya, "I said you've got it wrong!!"

Sekarang Jiyeon baru sadar, semua perlakuan pria ini hanya karena tatonya. "I'm not who you think...!"

***

Tangannya terjulur ke depan, Jiyeon menatap nanar tatonya. Dia cukup sedih karena dikira salah satu anak buah Lucas, juga jika ia tetap bersembunyi di toko kecil seperti itu, sudah jelas dia akan tertangkap, sepertinya kemanapun ia pergi selama masih di Hongkong ia akan tertangkap.

Nyatanya bagi Jiyeon, Hongkong bukanlah sebuah pulau atau negara bagian sebesar dan seindah yang orang katakan. Tidak ada yang tahu dimana anak buah Lucas berada, Jiyeon tidak dapat mempercayai siapapun. Mungkin saja polisi juga sudah bekerjasama dengan Lucas, sehingga semua orang juga tidak percaya bahwa jika Jiyeon mengatakan dirinya telah diculik oleh Lucas.

Sieun dan yang lainnya pasti mengkhawatirkaku, aku juga tidak tahu apa yang terjadi pada Daniel. Aku harus pulang secepat mungkin, batin Jiyeon.

Jiyeon sudah kehilangan akalnya, ia menaiki pagar yang menjadi pembatas serta pengaman seseorang untuk tidak jatuh ke pantai lepas yang berada di bawah jembatan kayu. Tapi dirinya justru tertarik ke belakang, seseorang menariknya. Jiyeon terjatuh, memalingkan pandangannya menatap pelakunya, rupanya Tao, anak kecil itu pelakunya.

Finder | ✔️ COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang