8

50 7 5
                                    

"Rey.. Udah sampai sini aja. Gue udah mendingan juga biar gue sendiri nuju kelas" ujar Aya saat mereka sudah dekat di kelasnya.

Aksa berdehem, "Hm engga, Ay. Biar gue anterin lo sampai kelas, bila perlu sampai bangku lo" sahut Aksa serius. Mendengar itu, Aya pun melotot. Dan benar, mereka sudah sampai dengan posisi tidak berubah.

Sesampainya di pintu kelas, semua mata memandang Aksa dan Aya, "Permisi bu, saya ingin mengantarkan Aya. Tadi dia izin di Uks karena sakit perut, Bu" jelas Aksa yang masih memegang pundak Aya. Aya melihat teman sekelas nya melongo melihat bagaimana kedekatannya dengan Aksa.

Bu Irna selaku guru yang mengajar pun sempat melongo, segini nya Aksa terhadap Aya? Aya hanya mules biasa sampai di tuntun jalannya sampai ke kelas? Mules doang padahal, bukan ke senggol motor.

Kembali mengatur ekspresi nya, Bu Irna mempersilahkan Aya masuk, dan membuat sekelas tersentak kaget lagi. Aksa ikut masuk dan masih menuntun Aya ke bangkunya. Dan kembali membuat Bu Irna melongo melihat pemandangan Abg yaitu murid nya sendiri. Yang ia ketahui tentang Aksa, Aksa jarang sekali berdekatan dengan lawan jenis nya kecuali ada keperluan, seperti dengan anggota osis nya. Itu pun tidak sedekat ini.

Saat Aya sudah duduk, ia menatap Aksa malu, "Hm.. Makasih ya, Rey" ujar Aya tersenyum lebar menampak kan gigi nya, melihat itu Aksa tersenyum dan mengangguk.

"Gue ke kelas dulu, nanti pulang sama gue aja" gumam Aksa, dan beralih menatap Bu Irna yang masih cengo melihat ke arahnya, "Bu, permisi. Terimakasih" pamit Aksa tersenyum singkat dan berjalan ke arah pintu meninggalkan kelas Aya.

Sepergi nya Aksa dari kelas Aya membuat semua tersadar kembali dan menatap Aya, "Cie.." ujar seisi kelas kepada Aya, Aya yang mendengar itu menutup wajah merah tomatnya.

"Aya.. Aya.. Ibu sampai baper tau gak?" kelakar Bu Irna, membuat seisi kelas tertawa.

Mereka pun kembali fokus ke pelajaran, Aya masih saja merasakan pedih di perutnya. Hayati melihat itu menatap cemas, "Ya, lo masih sakit?" ujar Hayati pelan dan membongkar tas mencari minyak kayu putih nya.

Aya menggeleng pelan, "Engga kok, Hay. Cuman pedih dikit lah gapapa" ujar Aya tersenyum, Hayati tau Aya berbohong pada nya, dapat di lihatnya Aya masih memegang perutnya.

Hayati pun menoleh ke belakang, "Yel, lo ada minyak kayu putih ga?" tanya Hayati kepada teman sekelasnya yang dibelakang, Yelita Lara Sati.

Yelita yang semula lagi mencatat pun melepaskan pulpennya, "Bentar Hay, gue cari dulu," ujar Yelita dan membuka tas nya, setelah didapat kan nya, Yelita pun menyerahkan minyak kayu putih itu, "Sorry Hay, lama.. Nih" ujar nya lagi, Hayati pun mengambilnya dan mengucapkan Terimakasih.

Melihat keadaan Aya yang masih memegang perutnya pun sesegera mungkin Hayati memberi minyak kayu putih itu, "Nih.. Nih! Minyak kayu putih, lumurin tuh di perut" ujar Hayati dan mengambil tangan Aya supaya secepatnya mengobati perutnya.

Aya mendengar itu kaget, "Lo gila, Hay? Dikelas? Entar yang cowok gak sengaja liat gimana?" bisik Aya dengan kesal.

Hayati menyengir, "Hehe.. Ya mau gimana lagi? Dari pada perut lo makin sakit. Gamau tau cepetan pakek! Gue lindungin" ujar Hayati memaksa, dia pun melihat sekitar, aman kayak nya mungkin.

Aya memutar bola matanya, menurut, "Iya iya bawel lo" cetus Aya dan membuka kancing baju nya sedikit.

Sedikit kesusahan, Hayati pun ikut membantu melindungi Aya. Hingga suara berat itu terdengar, "Anjir! Lo berdua ngapain woi?! Lo juga, Aya. Lo nahan berak ya?" seru Andika yang berada disamping Gheana, membuat seisi kelas menatap Aya dan Hayati.

Mendapat tatapan itu, Aya pun mengeluarkan tangannya dari dalam baju seragamnya, sedangkan Hayati mengubah posisi duduk nya dengan benar.

Hayati menggulung buku nya dan memukul Andika, "Enak aja lo! Ngapain sih segala ngeliat ke belakang!" cetus Hayati dan masih memukul-mukul Andika.

Aksa Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang