13

30 4 2
                                    

Banyak siswa yang menatap Aksa takut, melihat guratan kemarahan yang jelas terpampang diwajah tampan itu. Dan ada yang juga kasihan melihat kondisi Aya yang berantakan itu.

Aksa menatap lurus dengan pandangan sengit, tidak menatap disekitarnya. Ia ingin secepatnya sampai ke Uks. Sampai ia tidak sadar dibelakang teman-temannya mengikuti, Monic, Hayati, dan Gheana pun ada.

Hingga Monic pun lelah membujuk Hayati untuk tetap tenang, ia juga sama khawatirnya dengan keadaan Aya yang menyedihkan sekarang.

Aksa menendang pintu Uks dengan keras sehingga pintu Uks sedikit mengalami kerusakan, Marka dan Arkan yang melihat itupun menahan Aksa.

"Lepasin gue! Gue mau bawa Aya ke Uks!" teriak Aksa yang masih saja menendang pintu Uks yang belum terbuka.

"Tenang njir!" sahut Arkan emosi. Ia sangat kesal melihat Aksa saat ini, tidak ada gunanya ia menendang pintu Uks yang terkunci itu. Taklama itu pun Preti datang dengan tergesa dan segera membuka pintu itu.

Nafas Aksa memburu, ia sudah tidak sabar melihat Preti berusaha membuka pintu dengan kuncinya itu, "Cepetan!" perintahnya dengan tegas.

Pintu Uks sudah terbuka, Aksa membalikkan badan dan menatap Marka dan Arkan, "Lo berdua cariin Aya baju ganti. Baju dia basah." ujar Aksa kepada mereka. Ia pun melangkah masuk ke Uks dan menurunkan tubuh Aya perlahan.

Aksa mengusap wajahnya kasar, ia tetap berusaha tenang. Tetapi kemarahan itu semakin menjadi saat ia melihat mata Aya masih saja tertutup. Seseorang menepuk bahunya, membuat Aksa menoleh dan melihat kedua sahabat nya datang dan menyodorkan seragam lengkap.

"Tenang, Sa. Gue yakin Aya gak kenapa-napa." ujar Marka masih dengan menepuk bahu Aksa menenangkan sahabatnya itu dengan tangan yang menyodorkan seragam lengkap ke Aksa.

Aksa menghela nafas dan mengangguk. Ia pun menuju brankar Aya dan memberi seragam lengkap itu ke Hayati, "Gantiin baju Aya. Gue mau keluar selesaiin masalah itu." ujarnya.

Aksa pun beranjak pergi bersama kedua sahabatnya, Marka dan Arkan tidak akan membiarkan Aksa sendirian dalam situasi seperti ini. Mereka harus ada disamping Aksa untuk memastikan anak ini akan tetap tenang.

Disepanjang koridor semua siswa siswi melihat Ketua Osis mereka yang berbeda, Aksa berjalan tegak dengan tangan mengepal, rambut yang sudah basah karena keringat, baju kaus biasa. Sangat menambah ketampanannya. Membuat siswi menjerit akan hal itu. Tetapi Aksa sama sekali tidak memperdulikan itu.

Mereka sudah berada didepan BK, Aksa membuka pintu BK dengan perlahan
Disana sudah terdapat Prili dkk. Mereka bertiga pun masuk, Aksa duduk disamping samping Prili, ia sama sekali tidak menoleh.

"Bagaimana keadaan Aya, Aksa?" tanya Bu Eka.

Aksa menghela nafas, "Dia belum sadar, Bu." balas Aksa berusaha tenang.

Bu Eka menatap Prili, "Permasalahan kamu sama Aya apa, Prili? Kenapa kamu memperlakukan dia seperti itu? Kamu tau kan dia murid baru? Tolong jaga image sekolah ini dengan baik!" ujar Bu Eka dengan suara tinggi. Ia sudah tau betul sikap Prili. Tetapi menurut nya kali ini Prili sudah keterlaluan.

Prili menangis, "Ma-af kan Prili, Bu. Prili gak sengaja." sahutnya sesegukkan. Prili sangat takut sekarang, takut dengan Aksa dan di DO.

Bu Eka menatap teman-teman Prili satu persatu, "Kalian bertujuh, saya skors selama satu minggu, saya harap skors pertama membuat kalian jera. Tetapi jika tidak, kami pihak sekolah akan menindak lanjutkan kalian. Kalian tahukan, kalian itu sudah kelas 12 tolong jaga sikap jika ingin lulus dengan baik." ucap tegas Bu Eka, ia menatap Aksa terlihat Aksa kurang puas dengan keputusan itu.

Aksa berdiri, ia menatap Bu Eka, "Saya permisi, Bu." pamit Aksa dan melangkah keluar dari ruang Bk, diikuti kedua sahabatnya.

Saat mereka sudah keluar Arkan menarik kerah baju Aksa dan menatap Aksa tajam, "Lo bisa tenang gak?!" gertak Arkan yang sudah geram melihat sikap Aksa seperti itu.

Marka melongo mendengar ucapan Arkan yang panjang. Baru kali ini ia mendengar Arkan berbicara lebih dari dua kata. Sedingin itukah Arkan? Melihat Marka yang bengong Arkan mendengus.

Aksa tidak merespon perkataan Arkan. Ia masih saja tersulut emosi. Kepalan tangan itu masih terlihat, wajahnya sangat menyiratkan kemarahan.

"Mending kita balik ke Uks, Sa. Aya masih belum sadar, gak guna lo kayak gini karna udah terjadi." tutur Marka sambil mengusap bahu Aksa, Arkan pun mengangguk menyetujui ucapan Marka.

Aksa terdiam, taklama itu ia pun mengangguk dan melangkah menuju Uks. Sepanjang koridor masih banyak siswi yang masih disana, melihat Ketika Osis mereka berjalan diikuti kedua sahabatnya yang tak kalah berwajah tampan sepertinya. Ketiga pria itu sama sekali tidak tersenyum, terlebih Aksa.

Aksa menujukkan paras menakutkan, ia sangat marah saat ini. Mukanya semakin datar, sama sekali tidak terbekas tawa kemarin. Tetapi itu tak mengurangi ketampanan yang Aksa miliki, justru wajahnya seperti itu tetap membuatnya tampan dan membuat jeritan memuja yang terdengar untuknya. Dan lagi, ia sangat tidak peduli.

Sedangkan di Uks, Aya sudah sadar dan mendapati teman-temannya menunggu kesadarannya dengan wajah cemas. Terlebih Hayati, ia sangat mengkhawatirkan sahabatnya yang ceroboh ini.

"Gue tuh udah punya feeling ga enak pas dikantin, Mon. Ternyata Aya dapat masalah kan!" ujarnya penuh kekesalan. Monic terdiam, ia juga sama dengan Hayati, mempunyai perasaan tidak enak saat mereka dikantin hanya berdua tanpa Aya.

Aya terkekeh, "Udah ya, gue gak kenapa-napa, Hay." gumamnya pelan, ia mengusap lengan Hayati menenangkan, tetapi dengan wajah meringis menahan sakit tangannya.

Nurasiyah mendekat ke arah Aya, "Kalau badan lo masih sakit jangan banyak gerak, Ay." saran Nura.

Aya mengangguk, ia berusaha menahan sakit dibadannya saat ia memiringkan badannya. Melihat itu sontak teman-teman Aya menatap Aya tajam dan mendekat kearahnya.

"Kok lo budeg sih, Ya. Udah dibilang Nura lo jangan banyak gerak dulu!" sungut Gheana dan memegang tubuh Aya.

Aya menghela nafas, "Gue gak kenapa-napa astaga..." lirih Aya dan tersenyum.

Terdengar suara pintu Uks terbuka, semua yang berada di Uks pun menoleh ke arah pintu terkecuali Aya karena tubuhnya miring menghadap belakang pintu. Di pintu tersebut menampilkan Aksa, Arkan dan Marka.

Aksa melangkah ke brankar Aya tergesa, yang lain pun memberi jalan untuk Aksa. Hayati memundurkan diri, membiarkan Aksa bisa berhadapan dengan Aya.

Terlihat kecamasan yang terpancar dimuka datar itu. Aya menatap sendu ke arah Aksa, wajah yang mula nya datar menjadi hilang bersamaan suara lembut itu, "Rey..." lirih Aya tersenyum tipis.

Aksa pun duduk berhadapan dengan Aya, "Mana yang sakit, Ay? Bilang gue." ujar nya. Meskipun Aya sudah sadar tetapi itu tak menghilangkan rasa khawatirnya.

Aya terkekeh, "Gue gak kenapa-napa, Rey. Ish lucu banget sih mukanya." geram Aya dan berani mencubit gemas pipi tirus yang mulus itu.

Mereka melupakan orang sekitar mereka yang berada di Uks. Dunia serasa milik berdua, yang lain numpang. Buktinya sekarang mereka bercanda tawa, Aksa yang tadi nya terlihat menyeramkan sekarang berubah.

Arkan dan Marka tersenyum miring, memikirkan hal yang sama. Temannya ini mungkin menyukai Aya, begitupun Aya mungkin sudah mencintai sosok Aksa si Ketua Osis.



Hulla hello...
Gimana part ini? Biasa aja ya? Atau engga biasa- biasa aja?
Jangan lupa komen and subscribe ya..
Wkwkw salah dengan komen and vote
Oke next ya
-Salam hangat Aksaya🖤-



Aksa Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang