Mereka sudah sampai di Uks, terdapat Fatimah dan Preti didalam ruangan itu yang melihat Aksa membawa Aya dengan tergesa. Mereka bingung melihat kekhawatiran yang terpancar diwajah Aksa meskipun dia berusaha mungkin untuk tetap datar.
"Kenapa, Sa? Aya sakit?" tanya Fatimah terlebih dahulu dan ikut menuntun Aya ke brankar.
Aksa mengangguk tanpa melihat Fatimah, ia sangat cemas. Tatapannya tak henti menatap Aya, yang ditatap masih saja membeku terdiam.
Aksa menghela nafas, "Ay... Kok diem mulu. Yang mana sakit bilang ke gue." ujar Aksa lembut, tatapannya berubah sendu saat melihat Aya terdiam saja dengan muka merah itu.
Preti dan Fatimah menoleh satu sama lain, Aksa sangat khawatir melihat keadaan Aya yang belum pasti itu.
"Sa, Aya kenapa?" tanya Preti.
Aksa menoleh, "Gue gak tau, pas gue pegang tangan dia langsung diem dengan muka merah gini. Gue takut dia sakit." lirih Aksa dan kembali menatap Aya.
Sontak saja pernyataan itu membuat Preti dan Fatimah tertawa ngakak. Dan mendapat tatapan tajam dari Aksa, membuat mereka berhenti.
"Hahaha... Anjir lu Sa. Itu aja lu kagak tau artinya apa, hahaha." ujar Preti disela-sela tawanya.
Aksa menaikkan sebelah alisnya, "Emang apa?" tanya nya langsung menatap bingung kedua temen sekelasnya itu.
Fatimah terkekeh, "Aya tuh salah tingkah sama perlakuan lo. Muka merah itu karena salah tingkah, hahaha." jelas Fatimah.
"Ish! Engga kok engga!" seru Aya. Membuat Aksa menoleh nya cepat.
"Ay, lo gak apa-apakan?" tanya Aksa dan Menatap Aya sendu.
Melihat tatapan itu Aya tersenyum, "Gue gak kenapa-kenapa, Rey." balas Aya.
Preti dan Fatimah yang masih berada di Uks merasa menjadi obat nyamuk untuk kedua manusia ini. Mereka pun mendengus dengan kasar. Dan membuat Aya dan Aksa menoleh ke arah mereka berdua.
Aya terkejut melihat Preti dan Fatimah, "Eh ada kalian, kapan kesini? Kok ga keliatan ya?" kata Aya dengan santai. Fatimah memutar bola mata malas.
"Mana bisa lo ngeliat kita berdua, Ay. Mata lo aja fokus ke Aksa." cetus Fatimah.
Aya hanya cengengesan mendengar itu. Dia pun turun dari brankar, membuat Aksa bergerak cepat untuk membantunya turun. Aya terkekeh melihat itu.
Aya menghampiri Preti yang memasukkan obat-obat dilemari. "Preti, gimana? Gue boleh gabung Pmr kan?" tanya Aya dengan senyum mengembang.
"Oh iya, mumpung lo kesini ya. Gue lupa mau bilang tadi, habisnya lo sama Aksa asik berdua," sahutnya menatap Aya sekilas, "Boleh banget. Lo senin depan tugas ya, bareng Fatimah sama Lewi." jelasnya lagi.
Aya mengangguk semangat, "Oke oke, senin kan? Lusa dong." sahut Aya antusias dengan mata berbinar. Melihat itu Preti terkekeh dan tersenyum.
"Ay, balik kelas yuk. Gue anterin." ajak Aksa dan menarik Aya lagi untuk keluar. Aya pun hanya tersenyum lagi kepada Preti dan Fatimah sebagai tanda pamit.
Merekapun keluar dari Uks dan berjalan berdampingan menuju kelas. Meskipun koridor sepi, Aksa tetap saja memasang tampang datar nya itu. Meskipun datar, ketampanan yang Aksa dapatkan itu tak luntur karena datar, malah kedataran itu menambah daya tarik tersendiri di Aksa. Eaakkk wkwkwk.
Aya menatap Aksa yang disampingnya. Menatapnya dengan menyiratkan perasaan nya akhir-akhir ini. Egoiskah Aya jika ia ingin Aksa selalu untuknya? Selalu bersikap manis hanya untuknya? Khawatir karenanya? Dan selalu mendapat tatapan hangat dari Aksa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Is Mine
Teen FictionAnaya Asistha, gadis yang disapa Aya ini akan memasuki sekolah barunya SMA Anggrek. Ia datang terlambat karena sikap cerobohnya sendiri. Aksa Reyfann, Ketua Osis di SMA Anggrek. Ketua Osis yang menjunjung kedisplinan aturan sekolah. Hingga saat itu...