Bab 7 : Teror dimulai

42 5 0
                                    

  Semenjak perkenalanku dengan Hendrick hari itu, banyak yang beranggapan bahwa aku sudah tidak waras. Seperti berbicara sendiri, tertawa secara tiba tiba, dan yang lainnya.

  Padahal, aku selalu merasa bingung dan tak jarang aku memarahi mereka. Karena, aku tidak tahu, kalau ternyata ucapan mereka itu benar, atau sebuah fakta. Namun, karena aku yang masih tidak tahu tentang kebenaran Hendrick yang asli, aku selalu menganggap diriku yang benar, teman temanku yang salah. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.

  Lambat laun, aku mulai menjadi bulan bulanan di kelas.

                            *****

  "Hei, Kevira! Kamu lagi ngomong sama siapa?" tanya seorang anak laki laki di kelasku.

  "Aku? Sama Hendrick lah. Masa kamu gak liat?" jawabku dan bertanya balik ke anak laki laki itu.

  "Hendrick? Hahahahahahaa! Mana ada? Yang ada kamu itu lagi ngomong sendirian! Aneh banget sih! Hahahahaa....." jawab anak itu dengan nada yang sedikit mengejek.

  "Jangan sembarangan kalo ngomong! Kamu gak tau apa apa! Orang Hendrick ada di sebelah aku!" balasku dengan teriakan kesal.

  "Wih wiiih... Si Kevira ngamuk nih! Hahaahaaa... Si dingin ternyata bisa ngamuk juga ya?! Hahahahahahaaa.." balas anak itu lagi dengan cukup keras. Sehingga banyak juga yang mendengarkan suara itu dan ikut menertawakanku.

  "Apa salahku?! Aku cuma mau ngobrol sama Hendrick aja salah! Kamu kalo benci sama aku ngomong dong! Jangan di pendem aja! Jadi laki ko jiwa cewek?!" balasku dengan nada yang lebih keras. Bahkan terdengar seperti teriakan maut :*

  "Kalian bisa diam atau tidak sih?! Kakak sudah bilang berapa kali?! Jangan pernah kalian mengganggu Kevira! Kevira itu masih baru! Dan kalian dengan seenaknya menghina Kevira! Kalian tahu tidak kalau dia anak siapa?! Anak pengusaha sukses di London! London! Kalian itu bukan apa apa! Hanya bedebah bedebah yang tidak berguna dan seenaknya mengejek seseorang! Biarkan saja Kevira seperti itu! Jangan suka ikut campur hidup orang! Paham kalian, ha?!" teriak Kak Fitri yang tiba tiba datang dan memarahi mereka yang telah menertawakanku dan menghabiskan sisa sisa kesabaranku.

  "..." diam, hening, sunyi, dan sepi. Itulah yang terjadi di kelasku. Tak terdengar keributan kembali seperti tadi. Kata kata Kak Fitri bisa membuat mereka terdiam seketika.

  "Kalian tidak bisa menjawab, ha?! Baiklah... Kelas di mulai dari sekarang! Kita akan mengadakan ulangan dadakan! Terkecuali Kevira. Kakak hanya akan memberikan tugas untuknya. Dan kalian, tak usah banyak bicara! Langsung saja tulis soalnya! Waktunya hanya dua puluh menit!" teriak kak Fitri lagi.

  "Yaah... Kak! Kevira curang! Masa cuma di kasih latihan?!" ucap seorang anak perempuan yang tidak terima dengan usul kak Fitri.

  "Diam kamu! Cepat kerjakan atau kakak seret kamu ke ruang kepala sekolah!"

  "Huh... Dia selalu mendapatkan apa saja. Seperti di bela oleh guru guru dan selalu di puji oleh pak kepala sekolah. Lihat saja, aku yang akan menggantikan posisimu itu!" gumam Aurel, atau yang biasa di sebut "Si Cabe Merah" di sekolahku.

Dua puluh menit kemudian...

  "Waktunya sudah habis! Kumpulkan di depan sekarang juga! Habis ini kita langsung ulangan matematika!" ucap kak Fitri tiba tiba.

  "Si... siap kak" balas teman temanku.

  Aku cukup iba melihat mereka yang tersiksa. Tega rasanya membiarkan teman sendiri ulangan dadakan sebanyak dua kali, namun kita tak ikut ulangan tersebut. Lalu, mulutku membuka suara.

Ghost DormitoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang