Hadiwijaya' Family House, Pondok Indah, South Jakarta
Saat Adriana kembali ke kediaman keluarga Hadiwijaya, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Ciumannya dengan Narendra Winata bisa dibilang awal yang sangat bagus. Paling tidak karyawannya itu tak menolaknya mentah-mentah. Lagipula, dia punya seribu hingga sejuta cara untuk membuat Narendra setuju dengan permintaan gilanya. Suka atau tidak.
Ruang tengah sepi dan gelap, berikut ruangan lain di rumah tersebut, mengingat memang seperti itu lah kondisi rumahnya selama ini. Sepi dan dingin. Bangunan rumah dengan 3 lantai di kawasan perumahan terelit yang jadi incaran milyarder di Jakarta hanyalah sebagai mahkota pemanis. Bahwa keluarga Hadiwijaya punya posisi penting, mereka eksklusif dan punya kekuatan. Ekslusifitas
"Dari mana saja kamu?" Suara bass seorang pria menginterupsi saat Adriana hendak menaiki tangga ke lantai dua. Dia sudah akan mengabaikan pertanyaan tersebut, sebelum si pria sekali lagi menanyainya dengan nada meninggi.
"Adriana jangan abaikan saya. Saya tanya dari mana saja, kamu?""Bukan urusan lo." Satu kalimat pedas keluar dari bibir Adriana. Tidak ada sapaan formal atau sopan santun yang biasa dia tunjukkan ke depan umum. Hanya ada raut kebencian yang terang-terangan dia tutupi. Lampu menyala, dia bisa melihat sosok sang kakak tiri sekaligus manusia kedua yang paling dia benci di muka bumi berjalan menghampirinya. Kevin Adhitama. Yang pertama tentu saja ayah tirinya, Tuan Darrel Adhitama yang terhomat.
"Saya nanya baik-baik." Kevin menekankan sekali lagi. Kedua matanya menyipit saat melihat bercak merah di leher Adriana. Pria tersebut mengulurkan tangan disertai hembusan napas kasar.
"Kamu main-main sama siapa lagi malam ini, Na?"Adriana dengan kasar menepis tangan Kevin, memundurkan tubuh.
"Jangan pegang-pegang!" Ujarnya galak.
"Mau gue tidur sama siapa bukan urusan lo. Lo sebaiknya mikirin aja gimana biar tetap aman di posisi lo sebagai presiden direktur di Hadiwijaya Tech. Sebelum gue berubah pikiran dan ngedepak lo sama bapak lo ke jalan.""Sebenci itu ya kamu sama saya?" Kevin menunjukkan wajah muram. Kata-kata Adriana memang sepedas biasanya. Dia hanya sedih kenapa setelah bertahun-tahun Adriana masih saja membencinya sedemikian rupa?
"Udah tau nanya! Udah ya gue capek mau tidur!"
Kevin mencekal lengan Adriana, mengenggamnya erat.
"Saya tahu bukan urusan saya. Tapi ganti-ganti pasangan bakal bahaya buat kamu, Na. Kamu tahu kan saya selalu peduli sama k-"
"Bacot! Lo nggak tahu ada benda namanya kondom? Gue bisa jaga diri." Adriana bahkan hanya berciuman dengan Narendra. Ciuman panas yang bahkan dia tak sadar kapan pria itu membuat bercak merah di lehernya. Tapi ini sesuatu yang bagus. Kevin jadi marah padanya, syukur kalau sampai benci.
Sekali lagi Adriana menepis tangan Kevin dan buru-buru pergi ke kamarnya. Hanya sekitar 10 menit sebelum wanita tersebut kembali lagi ke lantai bawah dengan sebuah koper. Kevin yang memang masih belum beranjak, cepat-cepat menghampiri adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching The Throne (COMPLETED)
Ficción GeneralAdriana Hadiwijaya harus melahirkan seorang anak demi memantapkan posisinya sebagai Komisaris Utama di perusahaan keluarganya, Hadiwijaya Group. Masalahnya, wanita ini adalah wanita gila kerja yang tak sempat memikirkan perihal cinta. Tapi dia sud...